Tuesday, 15 April 2014
Iman
Suatu hal yang luar biasa terjadi ketika iman mengguncangkan dunia. Dari hal yang begitu sederhana yaitu iman. Orang benar akan hidup oleh iman. Tanpa iman tidak ada satupun orang yang berkenan kepada Tuhan. Pada jaman sekarang, iman sudah ditutupi oleh banyak pengajaran. Iman tidak datang hanya dengan mendengar pengajaran atau melayani Tuhan. Bila segala sesuatunya tidak didorong oleh Tuhan itu bukan iman. Kita perlu beriman setiap hari. Iman timbul dari pendengaran Firman Kristus. Ketika kita menjadi orang yang percaya dimulai dengan iman.
Sesuatu yang Tuhan lakukan bukanlah suatu yang spektakuler yang dapat manusia lakukan. Hal yang luar biasa itu terjadi di Kalimantan Barat. Di beberapa daerah di sana, banyak yang b ertobat dan dibaptis. Hampir 8 hari Darwin dan Yopie Pelamonia (Yogyakarta) berada ke Kalimantan barat. Hal yang luar biasa terjadi karena iman. Dimulai dari sesuatu yang sederhana ketika 2 sister dan 2 brother yang bertobat di Yogyakarta dan Salatiga kembali ke daerah asalnya yaitu Kalimantan Barat. Di sana mereka rindu ada yang bertobat dan diselamatkan seperti mereka. Hal yang mereka lakukan adalah terus memberitakan Injil. Sampai suatu saat terjadi ledakan dengan banyak orang bertobat di daerah mereka. Orang yang bertobat berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda, bahkan banyak dari mereka yang memakai jampi-jampi, penglaris atau berbagai macam kekuatan yang dimasukkan dalam badannya. Daerah tempat mereka menginjil kuat sekali dengan hal-hal yang bersifat mistis. Ketika Darwin dan Yopie baru tiba di Kalimantan terlihat sekali bahwa mereka bersemangat sekali untuk mendapatkan Tuhan. Banyak yang bertobat dan dibaptis di Kalimantan Barat. Kelihatannya mudah sekali terjadi pertobatan di sana. Bagi di kota lain, kelihatannya sulit orang menerima pertobatan. Banyak yang sudah mendengar Firman tetapi tidak ada iman. Mereka lebih mempertahankan apa yang sudah mereka percayai. Di sana hanya ada iman. Begitu juga di sini, harus ada iman. Sekarang kita hanya memerlukan iman. Jika tidak ada iman, tidak heran penginjilan menjadi sulit. Semua terjadi karena iman dan Tuhan beserta dengan kita yaitu orang yang percaya. “Sebab barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan” (Roma 10:13). Ada suatu seruan dari dalam hati mereka untuk mereka diselamatkan. Tetapi tanpa iman, Tuhan tidak akan mendengar seruan itu. Imanlah yang menggerakkan hati Tuhan. Pada Lukas 18:35-39, ada seorang buta yang mendengar tentang Yesus dan ketika Yesus melewatinya, ada seruan iman yang diserukan oleh orang buta itu kepada Yesus. Yesus berhenti karena ada seruan dari orang buta itu. Satu keinginan dari dirinya bahwa ia ingin dapat melihat. “Lalu kata Yesus kepadanya:”Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan Engkau”(Lukas 18:42). Iman orang itu yang menyelamatkannya. Orang buta tadi sembuh karena iman.
“Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”(Roma 10:14-15). Kabar baik adalah kabar yang mengubah hidup seseorang. Ada orang yang harus diutus untuk memberitakan Injil baru ada orang yang dapat percaya dan berseru untuk diselamatkan. Ketika kita percaya barulah kita berseru kepada Tuhan. Banyak orang hanya percaya tetapi mereka tidak mau berseru dan bertobat. “Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: “Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?” (Roma 10:16). Banyak orang yang tidak mau percaya dengan pemberitaan Injil. Karena banyak orang yang sudah memiliki kepercayaan sendiri. Mereka pikir bahwa mereka sudah kristen tetapi kenyataannya kristen yang mereka hidupi hanyalah kekristenan yang hanya berasal dari agama dan tidak berasal dari Firman Tuhan.
“Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10:17). Bicara tentang percaya yang sesungguhnya adalah iman yang timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh Firman Kristus yaitu Firman yang diurapi dan hidup.
Kemanapun Yesus pergi ia banyak bicara tentang iman bahkan dalam Ibrani 11:1-2 sebelum Yesus Kristus, sudah ada iman dari orang-orang percaya lainnya, seperti Daud yang memiliki kepercayaan yang kuat kepada Tuhannya. Lalu iman bisa kita dapati pada Habel, Nuh, Abraham. Dahulu bangsa yang menerima keselamatan hanyalah bangsa Israel, bangsa yang lain tidak memiliki keselamatan. Tetapi bangsa Israel tidak semuanya beriman. Hanya dua orang yang beriman yaitu Yosua dan Kaleb. Dari murid-murid Yesus yang dipilihpun ada juga yang tidak beriman. Banyak orang kristen senang bila diatur oleh gereja yang mati karena mereka lebih senang jika manusia yang mengatur daripada Tuhan. Dalam jemaat Tuhan yang mengatur gerejanya adalah Tuhan. Yesuslah kepala jemaat dan kita adalah tubuhnya.
Orang-orang yang dibaptis di Kalimantan Barat adalah berasal dari latar belakang agama Katolik. Walaupun dari latar belakang Katolik mereka tidak sulit untuk dibaptis, karena kita bagikan apa yang sesuai dengan Firman Tuhan, bahwa Yesus juga dibaptis dan juga ada iman yang membuat mereka semakin kuat. Pada Lukas 4:18 berbicara hal yang sama dengan Yesaya 61:1, bahwa ada urapan yang menyertai kita ketika Roh Tuhan turun. Yesuspun harus diurapi pada saat itu dan barulah ia memulai pelayanan-Nya. Kita bukan hanya dibaptis saja tetapi juga diurapi untuk memberitakan Injil. Jika kita tidak memberitakan Injil, kita cenderung untuk memikirkan diri kita sendiri. Banyak gereja yang tidak mengajarkan ini, mereka berpikir yang bisa berkhotbah hanya pendeta saja. Ketika kita sudah diurapi kita bisa langsung berkhotbah. Di Kalimantan, ketika mereka dibaptis banyak hal terjadi, ada binatang keluar dari tubuh orang-orang yang dibaptis. Segala jimat, jampi-jampi atau kekuatan yang dimasukan ke dalam tubuh mereka keluar dan tidak berkuasa lagi atas mereka. Setelah mereka bahasa roh mereka melihat ada sesuatu yang berbeda. Roh mereka sudah berbeda dari yang lainnya. Setelah mereka dibaptis, mereka mulai memberitakan Injil dengan berani. Pada Ibrani 11, semuanya karena iman. Banyak orang yang berusaha mendefinisikan tentang iman tetapi tidak pernah mengerti. Kita diselamatkan karena hanya ada iman.
Dalam kita memberitakan Injil yang kita butuhkan hanya iman. Tanpa iman kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kebaikan tidak akan pernah bisa menyelamatkan kita tetapi iman yang menyelamatkan kita. Yang menyenangkan Tuhan adalah Iman kita. seperti orang buta itu. Yang menyenangkan Tuhan dari orang buta itu adalah seruannya dan imannya. Seperti 10 orang kusta hanya 1 yang datang mengikut Yesus. “Lalu Ia berkata kepada orang itu:” Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau” (Lukas 17:19). Iman orang itu yang menyelamatkan orang itu. Kita harus percaya bahwa ke depan kita akan banyak orang bertobat dan dibaptis. Mari kita mengingat 3 hal mengenai Daud ketika mengalahkan Goliat yaitu tidak ada ketakutan, sadari kita anak-anak perjanjian dan kita datang dalam nama Tuhan.
Pada Markus 11:23 imanlah yang dapat memindahkan gunung. Iman timbul dari pendengaran Firman Kristus. Dengan iman kita akan mendoakan banyak orang baik mujizat, kesembuhan dan terjadi keselamatan. Pada saat kita beriman, Iblis tidak akan bisa mencobai tetapi pada sata kita tidak beriman, Iblis akan berusaha sedemikian rupa mencobai kita. Jadi milikilah iman setiap hari. Kita adalah orang-orang yang menang. Mari kita terus mendukung brother sister kita di Kalimantan Barat. Kita sudah melihat hati kita diubahkan oleh Tuhan, sekarang kita akan melihat hati orang banyak akan diubahkan. Jangan bangga dengan pertemuan yang hebat tetapi kita perlu percaya bahwa Tuhan akan melakukan perkara-perkara yang luar biasa dalam hidup kita.
Khotbah:
Darwin Egan Lontoh
Jubilee Semarang
Monday, 7 April 2014
Kesaksian Pertobatan dan kelahiran kembali
Saya berada di Semarang bukanlah suatu yang kebetulan. Saya diajak oleh paman untuk bekerja di Semarang. Ternyata pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan yang saya inginkan dan saya sempat menyalahkan paman saya. Pada hari Minggu saya diajak oleh paman saya ke tempat ibadah. Saya datang dan heran dengan jemaatnya. Mereka dapat melompat lepas waktu pujian penyembahan dan merekapun ramah. Sampai akhirnya saya mengenal salah satu sister dan dia mulai kesaksian tentang pertobatan kelahiran kembali. Sister tersebut mengajak saya untuk ke center dan mengajak saya untuk datang cellgrup.
Awalnya saya menganggap saat ini saya tidak butuh pertobatan karena saya merasa saya adalah anak yang baik dan saya aktif dalam pelayanan gereja sehingga saya merasa belum pernah melakukan dosa yang sampai besar. Saya merasa diri saya masih baik- baik saja sampai pada akhirnya mereka bertanya kepada saya “Apakah hidup saya sudah sungguh-sungguh dengan Tuhan ? Dan saat itu saya tahu bahwa saya butuh pertobatan itu walaupun saya seorang anak yang baik tetapi dikatakan di Yesaya 64:6 bahwa kebaikan manusia seperti kain yang kotor di hadapan Tuhan. Pada 1 Januari saya memutuskan untuk bertobat dan waktu itu tepat saya berhenti dari pekerjaan. Saya punya pilihan untuk pulang ke Blora namun tidak tahu kenapa saya tetap ingin tinggal di Semarang. Saya tahu Tuhan merancangkan yang terbaik bagi saya. Selama saya tinggal di center, sister-sister selalu berbagi kesaksian. Walaupun saya sudah memutuskan untuk bertobat, tetapi sifat kebaikan dan pelayanan saya yang dulu masih saya pegang. Itulah kesombongan saya di hadapan Tuhan sampai pada akhirnya saya tersentak saat ibadah penghiburan di rumah salah satu sister yaitu tentang Lazarus dan orang kaya. Orang kaya itu telah menyia-nyiakan waktu dan kesempatan. Saya dapat di Kisah Para Rasul 2 : 38 sehingga saya memutuskan untuk sungguh-sungguh dengan Tuhan dan mengalami pertobatan kelahiran kembali. Saat itu saya dapat mengampuni paman dan bos saya yang dulu. Saya merasakan sukacita yang luar biasa setelah dibabtis yaitu rasa untuk menyampaikan kebenaran tentang Tuhan itu ada. Walaupun ada yang menganggap saya terlalu muda sehingga mereka belum meresponi, namun saya tetap ingin selalu bicara tentang pertobatan kelahiran kembali sehingga orang yang di Blora maupun di sekitar saya mengerti tentang itu dan merasakan apa yang saya rasakan.
Kesaksian:
Yani – CG Ambassador of Christ
Jubilee Semarang
Awalnya saya menganggap saat ini saya tidak butuh pertobatan karena saya merasa saya adalah anak yang baik dan saya aktif dalam pelayanan gereja sehingga saya merasa belum pernah melakukan dosa yang sampai besar. Saya merasa diri saya masih baik- baik saja sampai pada akhirnya mereka bertanya kepada saya “Apakah hidup saya sudah sungguh-sungguh dengan Tuhan ? Dan saat itu saya tahu bahwa saya butuh pertobatan itu walaupun saya seorang anak yang baik tetapi dikatakan di Yesaya 64:6 bahwa kebaikan manusia seperti kain yang kotor di hadapan Tuhan. Pada 1 Januari saya memutuskan untuk bertobat dan waktu itu tepat saya berhenti dari pekerjaan. Saya punya pilihan untuk pulang ke Blora namun tidak tahu kenapa saya tetap ingin tinggal di Semarang. Saya tahu Tuhan merancangkan yang terbaik bagi saya. Selama saya tinggal di center, sister-sister selalu berbagi kesaksian. Walaupun saya sudah memutuskan untuk bertobat, tetapi sifat kebaikan dan pelayanan saya yang dulu masih saya pegang. Itulah kesombongan saya di hadapan Tuhan sampai pada akhirnya saya tersentak saat ibadah penghiburan di rumah salah satu sister yaitu tentang Lazarus dan orang kaya. Orang kaya itu telah menyia-nyiakan waktu dan kesempatan. Saya dapat di Kisah Para Rasul 2 : 38 sehingga saya memutuskan untuk sungguh-sungguh dengan Tuhan dan mengalami pertobatan kelahiran kembali. Saat itu saya dapat mengampuni paman dan bos saya yang dulu. Saya merasakan sukacita yang luar biasa setelah dibabtis yaitu rasa untuk menyampaikan kebenaran tentang Tuhan itu ada. Walaupun ada yang menganggap saya terlalu muda sehingga mereka belum meresponi, namun saya tetap ingin selalu bicara tentang pertobatan kelahiran kembali sehingga orang yang di Blora maupun di sekitar saya mengerti tentang itu dan merasakan apa yang saya rasakan.
Kesaksian:
Yani – CG Ambassador of Christ
Jubilee Semarang
Keuangan
Keuangan
“Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Matius 6:24). Di mana-mana banyak yang bermasalah dengan keuangan. Kita tidak bisa berkata bahwa kita tidak perlu uang karena dunia ini sudah menetapkan sistem bahwa di manapun atau dalam keadaan apapun orang akan memerlukan uang. Pada Matius 6:24, ketika kita berbicara tentang keuangan, kita tidak akan lepas dari Mamon. Ketika kita mengabdi kepada dua tuan pasti ada kebimbangan. Keputusan dan tindakan menjadi tidak benar. Pastikan kita memilih salah satu yang akan kita utamakan, Tuhan atau Mamon. Dua-duanya bisa menjadi Tuan dan juga bisa memperhambakan kita. jika kita mengutamakan Mamon maka kita tidak menyembah Tuhan dengan benar dan hidup kita akan terus dalam kegelisahan. “Carilah kerajaan Tuhan dan kebenarannya maka semua akan ditambahkan kepada-Mu”(Matius 6:33) Mamon adalah suatu kebutuhan. Tuhan menunjukan bagaimana hidup itu. Jika kita terikat oleh mamon, kita akan dikendalikan oleh Mamon dan juga oleh sistemnya. “Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu akan diterima di dalam kemah abadi”(Lukas 16:9). Bersahabat dengan Mamon bukan berarti menjadi hambanya. Di luar negeri, banyak orang bunuh diri karena rekening di banknya tidak cukup untuk memenuhi kehidupannya selama setahun, karena ia merasa ketika ia tidak bisa memenuhi kehidupannya untuk jangka panjang, hidup mereka akan selalu ketakutan. Sebenarnya masalahnya ada pada cara pikir standar hidup mereka harus seperti itu. Jika tidak, mereka tidak akan bahagia. Tuhan mau kita belajar dengan sungguh-sungguh karena jika kita tidak berpegang teguh dengan apa yang kita hidupi di dunia ini kita akan merana. Selama ini kita tertipu karena walaupun kita sudah memiliki segalanya tetapi kita masih berpikir bahwa kita tidak memiliki apa-apa
Ada seorang wanita Jerman yang memutuskan hidup tanpa uang. Ia adalah seorang yang kaya. Suatu ketika ia berpikir untuk menjual hartanya dan hidup tanpa uang. Jadi apa yang ia kerjakan ditukar dalam bentuk lain seperti makanan, tempat tinggal, tiket pesawat. Ia biasa hidup dalam kekayaan tetapi tidak biasa hidup dalam kebahagiaan. Apa yang manusia miliki belum tentu hal itu menjadi suatu kebahagiaan dalam hidupnya. Ketika seseorang sudah terbiasa dengan gaya hidup yang serba mewah menjadi gaya hidup yang biasa-biasa saja, mereka akan frustasi dan mereka tidak bahagia. Suatu kebahagiaan itu penting. Jika kita mendapati hidup kita tidak bahagia, kita tidak akan menikmati hidup ini.
Ada 3 hal yang harus tetap ada dalam kerasulan yaitu Nama Yesus, tidak ada yang berkekurangan dalam jemaat dan juga Roh Kudus dan Api. Di sini kita hanya berbicara mengenai tidak ada yang kekurangan di dalam jemaat. Ketika kita melihat kehidupan pada perjanjian baru tidak ada sesuatu yang tabu ketika berbicara tentang keuangan. “orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa” (Kisah Para Rasul 2: 41-42). Kesenangan orang yang sudah bertobat lahir baru adalah berkumpul, memecahkan roti dan berdoa. “Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama” (Kisah Para Rasul 2:43-44). Segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Menjadi kepunyaan bersama jika kita menjadi keluarga. Ketika mereka dibaptis, mereka menjadi keluarga, yaitu bagian dalam jemaat Tuhan. Bersama-sama orang-orang kudus kita menjadi satu keluarga. “dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing” (Kisah Para Rasul 2:45). Saudara datang dalam gereja ini bukan hanya sekedar berpartisipasi saja tetapi ada komitmen dengan memberi diri. Ketika seorang memberi diri di dalam jemaat, barulah kehidupan kerasulan dimulai, ada tanda-tanda mujizat dan karunia-karunia lain yang menyertai. Ada Rasul yang harus dipercayai bisa menjaga hidup dalam jemaatnya.
Ada otoritas rohani yang dimiliki oleh rasul. Dengan system keegoisan manusia yang dibangunsedemikian rupa membuat manusia sulit untuk memberi dirinya. Di sini kita bisa melihat kehidupan jemaat mula-mula pada perjanjian baru. Tidak ada kehidupan yang individual. Jika tidak ada tujuan maka tidak ada gunanya segala sesuatu menjadi kepunyaan bersama. Kehidupan jemaat mula-mula juga diikuti oleh Komunis tetapi Komunis jatuh karena mereka bisa mengikuti kehidupan jemaat mula-mula tetapi mereka tidak mempunyai tujuan. Gereja menjadi nyata jika hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Bagaimana kita berbicara memenangkan bangsa-bangsa jika kita masih hidup di dalam prinsip-prinsip individual yang masih kita hidupi. Ketika kita memberitakan Injil dan orang itu mengambil keputusan bertobat pastikan orang itu dipenuhi Roh Kudus. Jika tidak dipenuhi Roh Kudus orang itu akan kosong dan kembali pada kehidupannya yang lama. Banyak kepemimpinan menjadi suatu wacana saja, tetapi harus ada tindakan yang nyata. “Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.” (Kisah Para Rasul 4:32). Banyak orang yang memiliki impian untuk menjadi kaya, tetapi pada buku motivasi, banyak motivator yang merubah cara pandangnya dari seorang yang berpikir untuk kaya berubah menjadi seorang yang pemberi. Mereka kayapun tidak bahagia. Hal yang paling membahagiakan dalam hidup mereka adalah memberi dan melepaskan. Bill gates membuat kelompok yang melakukan kegiatan sosial yaitu berbagi dengan orang-orang lain. Mereka bisa bahagia hanya dengan memberi, tetapi kebahagiaan mereka sementara karena tujuan mereka hanya untuk menyenangkan orang lain. Hal ini berbeda dengan jemaat karena mereka bukan untuk menyenangkan manusia lagi. Jemaat mula-mula, mereka gembira dan tulus hati. Jika Anda masih menampakkan muka yang muram dan sedih tanda bahwa Anda tidak bahagia. Mari kita belajar berhubungan dengan orang lain. Kita memberi karena kita tergerak, bukan lagi karena sistem dunia ini. Berbagi harus ada dalam kehidupan jemaat. Kisah para rasul 4:33-37, di dalam jemaat tidak ada yang berkekurangan. Banyak gereja yang mengkhotbahkan perpuluhan karena mereka kekurangan, tetapi kita bukanlah jemaat yang berkekurangan karena penyediaan mereka datangnya dari Tuhan. Kita juga harus belajar melepaskan karena kita memiliki tujuan, yaitu jadikan semua bangsa murid Tuhan. Kita bukan gereja yang dininabobokan dengan suasana pertemuan yang nyaman tetapi tidak melakukan apa-apa. Kita adalah jemaat yang bukan hanya hidup dalam pengajaran tetapi didikan dan latihan supaya kita pergi siap untuk diutus.
Pada 2 Korintus 9:1-5, Paulus tidak memaksakan sesuatu kepada jemaatnya. Jika jemaat tidak bisa menghidupi kebutuhannya maka ia bisa bekerja. “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2 Korintus 9:7). Kita kita mengerjakan visi dengan kerelaan hati maka Tuhan juga yang akan menyediakan.
Orang yang memberi adalah orang yang berkecukupan. Semakin menahan, kehidupan rohani mereka akan semakin terkikis. 2 Korintus 9:8-15 bicara tentang Tuhan adalah Tuhan yang menyediakan benih. Tuhanlah yang menyediakan benih. Pemberian adalah benih. Seorang petani yang bijaksana selalu meyisihkan benihnya untuk ditabur. Perpuluhan adalah suatu pemberian yang sulung dan awal sebelum kita memakainya untuk kebutuhan yang lainnya. Sulung tanda untuk menguji hati kita yang kita bawa ke rumah Tuhan. Jika kita tidak menabur berarti ada suatu yang salah dalam hidup kita. Ketika kita menabur, Tuhanlah yang melipatgandakan benih itu setelah itu ada buah-buah kebenaran yang Tuhan tumbuhkan. Seperti janda yang taat pada Elia dan Elia membuat buli-buli minyak janda itu penuh. Tuhan menyediakan segala sesuatu. Kita tidak akan berkekurangan dan tidak akan berkelebihan. Ketika ada kelebihan kita akan pusing memikirkannya. Tujuan kita di dunia ini untuk memenangkan banyak orang bukan hanya sekedar menjadi kaya. Ketika kita pergi misi ada penyediaan Tuhan. Jika kita bekerja, bekerjalah sebaik-baiknya. Ke depan banyak kota-kota yang akan kita menangkan. Pekerjaan misi sudah banyak terjadi. Mari kita menjadi orang-orang yang siap.
Khotbah: Sukaryo Ksatria
Jubilee Semarang
“Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Matius 6:24). Di mana-mana banyak yang bermasalah dengan keuangan. Kita tidak bisa berkata bahwa kita tidak perlu uang karena dunia ini sudah menetapkan sistem bahwa di manapun atau dalam keadaan apapun orang akan memerlukan uang. Pada Matius 6:24, ketika kita berbicara tentang keuangan, kita tidak akan lepas dari Mamon. Ketika kita mengabdi kepada dua tuan pasti ada kebimbangan. Keputusan dan tindakan menjadi tidak benar. Pastikan kita memilih salah satu yang akan kita utamakan, Tuhan atau Mamon. Dua-duanya bisa menjadi Tuan dan juga bisa memperhambakan kita. jika kita mengutamakan Mamon maka kita tidak menyembah Tuhan dengan benar dan hidup kita akan terus dalam kegelisahan. “Carilah kerajaan Tuhan dan kebenarannya maka semua akan ditambahkan kepada-Mu”(Matius 6:33) Mamon adalah suatu kebutuhan. Tuhan menunjukan bagaimana hidup itu. Jika kita terikat oleh mamon, kita akan dikendalikan oleh Mamon dan juga oleh sistemnya. “Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu akan diterima di dalam kemah abadi”(Lukas 16:9). Bersahabat dengan Mamon bukan berarti menjadi hambanya. Di luar negeri, banyak orang bunuh diri karena rekening di banknya tidak cukup untuk memenuhi kehidupannya selama setahun, karena ia merasa ketika ia tidak bisa memenuhi kehidupannya untuk jangka panjang, hidup mereka akan selalu ketakutan. Sebenarnya masalahnya ada pada cara pikir standar hidup mereka harus seperti itu. Jika tidak, mereka tidak akan bahagia. Tuhan mau kita belajar dengan sungguh-sungguh karena jika kita tidak berpegang teguh dengan apa yang kita hidupi di dunia ini kita akan merana. Selama ini kita tertipu karena walaupun kita sudah memiliki segalanya tetapi kita masih berpikir bahwa kita tidak memiliki apa-apa
Ada seorang wanita Jerman yang memutuskan hidup tanpa uang. Ia adalah seorang yang kaya. Suatu ketika ia berpikir untuk menjual hartanya dan hidup tanpa uang. Jadi apa yang ia kerjakan ditukar dalam bentuk lain seperti makanan, tempat tinggal, tiket pesawat. Ia biasa hidup dalam kekayaan tetapi tidak biasa hidup dalam kebahagiaan. Apa yang manusia miliki belum tentu hal itu menjadi suatu kebahagiaan dalam hidupnya. Ketika seseorang sudah terbiasa dengan gaya hidup yang serba mewah menjadi gaya hidup yang biasa-biasa saja, mereka akan frustasi dan mereka tidak bahagia. Suatu kebahagiaan itu penting. Jika kita mendapati hidup kita tidak bahagia, kita tidak akan menikmati hidup ini.
Ada 3 hal yang harus tetap ada dalam kerasulan yaitu Nama Yesus, tidak ada yang berkekurangan dalam jemaat dan juga Roh Kudus dan Api. Di sini kita hanya berbicara mengenai tidak ada yang kekurangan di dalam jemaat. Ketika kita melihat kehidupan pada perjanjian baru tidak ada sesuatu yang tabu ketika berbicara tentang keuangan. “orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa” (Kisah Para Rasul 2: 41-42). Kesenangan orang yang sudah bertobat lahir baru adalah berkumpul, memecahkan roti dan berdoa. “Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama” (Kisah Para Rasul 2:43-44). Segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Menjadi kepunyaan bersama jika kita menjadi keluarga. Ketika mereka dibaptis, mereka menjadi keluarga, yaitu bagian dalam jemaat Tuhan. Bersama-sama orang-orang kudus kita menjadi satu keluarga. “dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing” (Kisah Para Rasul 2:45). Saudara datang dalam gereja ini bukan hanya sekedar berpartisipasi saja tetapi ada komitmen dengan memberi diri. Ketika seorang memberi diri di dalam jemaat, barulah kehidupan kerasulan dimulai, ada tanda-tanda mujizat dan karunia-karunia lain yang menyertai. Ada Rasul yang harus dipercayai bisa menjaga hidup dalam jemaatnya.
Ada otoritas rohani yang dimiliki oleh rasul. Dengan system keegoisan manusia yang dibangunsedemikian rupa membuat manusia sulit untuk memberi dirinya. Di sini kita bisa melihat kehidupan jemaat mula-mula pada perjanjian baru. Tidak ada kehidupan yang individual. Jika tidak ada tujuan maka tidak ada gunanya segala sesuatu menjadi kepunyaan bersama. Kehidupan jemaat mula-mula juga diikuti oleh Komunis tetapi Komunis jatuh karena mereka bisa mengikuti kehidupan jemaat mula-mula tetapi mereka tidak mempunyai tujuan. Gereja menjadi nyata jika hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Bagaimana kita berbicara memenangkan bangsa-bangsa jika kita masih hidup di dalam prinsip-prinsip individual yang masih kita hidupi. Ketika kita memberitakan Injil dan orang itu mengambil keputusan bertobat pastikan orang itu dipenuhi Roh Kudus. Jika tidak dipenuhi Roh Kudus orang itu akan kosong dan kembali pada kehidupannya yang lama. Banyak kepemimpinan menjadi suatu wacana saja, tetapi harus ada tindakan yang nyata. “Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.” (Kisah Para Rasul 4:32). Banyak orang yang memiliki impian untuk menjadi kaya, tetapi pada buku motivasi, banyak motivator yang merubah cara pandangnya dari seorang yang berpikir untuk kaya berubah menjadi seorang yang pemberi. Mereka kayapun tidak bahagia. Hal yang paling membahagiakan dalam hidup mereka adalah memberi dan melepaskan. Bill gates membuat kelompok yang melakukan kegiatan sosial yaitu berbagi dengan orang-orang lain. Mereka bisa bahagia hanya dengan memberi, tetapi kebahagiaan mereka sementara karena tujuan mereka hanya untuk menyenangkan orang lain. Hal ini berbeda dengan jemaat karena mereka bukan untuk menyenangkan manusia lagi. Jemaat mula-mula, mereka gembira dan tulus hati. Jika Anda masih menampakkan muka yang muram dan sedih tanda bahwa Anda tidak bahagia. Mari kita belajar berhubungan dengan orang lain. Kita memberi karena kita tergerak, bukan lagi karena sistem dunia ini. Berbagi harus ada dalam kehidupan jemaat. Kisah para rasul 4:33-37, di dalam jemaat tidak ada yang berkekurangan. Banyak gereja yang mengkhotbahkan perpuluhan karena mereka kekurangan, tetapi kita bukanlah jemaat yang berkekurangan karena penyediaan mereka datangnya dari Tuhan. Kita juga harus belajar melepaskan karena kita memiliki tujuan, yaitu jadikan semua bangsa murid Tuhan. Kita bukan gereja yang dininabobokan dengan suasana pertemuan yang nyaman tetapi tidak melakukan apa-apa. Kita adalah jemaat yang bukan hanya hidup dalam pengajaran tetapi didikan dan latihan supaya kita pergi siap untuk diutus.
Pada 2 Korintus 9:1-5, Paulus tidak memaksakan sesuatu kepada jemaatnya. Jika jemaat tidak bisa menghidupi kebutuhannya maka ia bisa bekerja. “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2 Korintus 9:7). Kita kita mengerjakan visi dengan kerelaan hati maka Tuhan juga yang akan menyediakan.
Orang yang memberi adalah orang yang berkecukupan. Semakin menahan, kehidupan rohani mereka akan semakin terkikis. 2 Korintus 9:8-15 bicara tentang Tuhan adalah Tuhan yang menyediakan benih. Tuhanlah yang menyediakan benih. Pemberian adalah benih. Seorang petani yang bijaksana selalu meyisihkan benihnya untuk ditabur. Perpuluhan adalah suatu pemberian yang sulung dan awal sebelum kita memakainya untuk kebutuhan yang lainnya. Sulung tanda untuk menguji hati kita yang kita bawa ke rumah Tuhan. Jika kita tidak menabur berarti ada suatu yang salah dalam hidup kita. Ketika kita menabur, Tuhanlah yang melipatgandakan benih itu setelah itu ada buah-buah kebenaran yang Tuhan tumbuhkan. Seperti janda yang taat pada Elia dan Elia membuat buli-buli minyak janda itu penuh. Tuhan menyediakan segala sesuatu. Kita tidak akan berkekurangan dan tidak akan berkelebihan. Ketika ada kelebihan kita akan pusing memikirkannya. Tujuan kita di dunia ini untuk memenangkan banyak orang bukan hanya sekedar menjadi kaya. Ketika kita pergi misi ada penyediaan Tuhan. Jika kita bekerja, bekerjalah sebaik-baiknya. Ke depan banyak kota-kota yang akan kita menangkan. Pekerjaan misi sudah banyak terjadi. Mari kita menjadi orang-orang yang siap.
Khotbah: Sukaryo Ksatria
Jubilee Semarang