Saturday, 18 April 2015

Hidup yang Mengalahkan Maut

Hidup yang Mengalahkan Maut 

Apakah Saudara mengucap syukur bahwa Saudara diselamatkan?  Kita mengucap syukur pasti karena ada sesuatu yang terjadi.  Respon tiap-tiap orang dalam mengucap syukur pasti berbeda-beda karena setiap orang mengalami peristiwa yang berbeda.  Namun seharusnya kita mengucap syukur dalam segala hal.  Kalau kita mau belajar untuk selalu bahagia maka kebahagiaan kita tidak ditentukan oleh keadaan atau situasi di sekitar kita.  Tuhan ada di luar situasi-situasi yang di sekitar kita.  Oleh karena itu, kita harus mengenal siapa Tuhan kita.  Umat yang mengenal Tuhannya akan kuat dan bertindak.  Sama halnya hubungan kita dengan orang lain.  Semakin jauh kita mengenal pribadi seseorang maka kita semakin intim dengan dia.  Kalau kita tidak dekat dengan seseorang atau menghakimi seseorang, itu karena kita salah paham dengan dia.  Jika tidak ada salah paham maka kita akan berjalan dengan damai sejahtera.  Kuncinya adalah satulah dengan Tuhan, baru kita bisa satu dengan orang lain.  Kasihilah Tuhan, baru kita bisa mengasihi manusia.  Apabila kita mengasihi seseorang dengan kekuatan sendiri, kita pasti kecewa.  Contohnya waktu kita memberitakan Injil kepada orang.  Ingat, hanya Tuhan yang bisa mengubah seseorang.

Mari kita baca Roma 7:21-25.  Dari ayat itu kita bisa lihat bahwa semua kelemahan atau ketidakberdayaan itu berasal dari dosa.  Kalau kita ingin semangat, tetapi tiba-tiba malas, kita harus tahu bahwa itu karena ada dosa yang berkuasa dalam anggota-anggota tubuh kita.  Kita memang manusia celaka.  Mengapa bisa dikatakan celaka?  Contohnya kita ingin baik pada seseorang, tapi yang kita lakukan salah, maka itu menjadi kecelakaan bagi orang yang ingin kita tolong.  Seperti itulah salah satu gambaran dari manusia celaka.  Kita bisa punya niat baik untuk menolong seseorang, tapi niat baik yang bukan dari Tuhan itu bisa menjadi kecelakaan.  Seperti inilah hidup yang kita alami dan Tuhan datang untuk melepaskan kita dari kesemuanya.
Dari sini saya semakin sadar, mengapa manusia dikatakan berdosa waktu makan buah pengetahuan yang baik dan jahat.  Yang jahat memang sudah jelas menjadi kehancuran, tapi yang baik juga ternyata bisa menghancurkan.  Mari perhatikan, berapa kali kita berusaha baik pada seseorang tapi itu malah merusak dia?  Pelajari hidup ini.  Kita bisa berkata ingin menjadi berkat bagi orang lain, tapi kalau itu berasal dari kebaikan kita maka kita tidak akan pernah menjadi berkat bagi orang lain.  Dari zaman dulu, kita sudah ditanamkan oleh nenek moyang kita kalau kita harus kerja keras, harus sukses, dsb.  Kalau tidak seperti itu, kita bisa mati.  Sama halnya dengan Adam dan Hawa waktu keluar dari taman Eden.  Mereka tidak lagi mempunyai pikiran seperti di taman Eden.  Yang mereka pikirkan yaitu bagaimana mereka bekerja keras. Waktu di taman Eden pernahkah Tuhan berkata bekerja keraslah supaya kamu hidup?  Tidak pernah. Tuhan yang memelihara Adam dan Hawa.  Tuhan hanya memerintahkan mereka untuk mengusahakan taman itu, beranakcucu, bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukkanlah.  Ini semua perintah Tuhan ketika Adam belum jatuh ke dalam dosa.  Lalu sekarang kita tidak mungkin bisa melakukan perintah itu kalau kita tidak hidup di dalam Tuhan.  Sehebat apapun manusia, tetap dia adalah manusia celaka.  Oleh karena itu, tidak mungkin apa yang baik dari kita bisa menyelamatkan orang lain.  Lalu siapa yang bisa melepaskan tubuh maut ini?  Yesus Kristus, Tuhan kita.  Lihatlah pertukaran pada kayu salib.  Selanjutnya dari ayat Roma 7:25 ada kata melayani, melayani berarti tidak ada pilihan.  Sejak lahir manusia tidak ada pilihan yaitu dia harus melayani hukum dosa.  Kita tidak bisa menjadi benar kecuali oleh karena kita dibenarkan Tuhan (memperoleh kebenaran).

Di 1 Korintus 15:12 dan 17, dikatakan Kristus tidak hanya mati tapi Dia juga bangkit.  Sekarang realitasnya kita menghidupi kebangkitan Kristus atau tidak?  Kalau kita masih takluk kepada maut berarti kita tidak menghidupi kebangkitan.  Ingat, setelah Yesus bangkit Dia bisa menembus tembok dan tiba-tiba berada di antara murid-murid-Nya.  Yesus bangkit dari tubuh yang binasa dan mengenakan yang tidak dapat binasa.  Lalu apakah kita harus menunggu mati dulu baru bisa mengalami kemenangan dan mengenakan yang tidak dapat binasa?  Tidak.  Namun dikatakan jika roh kita makin kuat maka kita bisa mengalahkan kekuatan daging kita.  Kita ini memiliki tubuh yang binasa dan tidak dapat binasa, mana yang lebih kuat?  Yang kita hidupi keinginan daging atau yang bisa membangkitkan roh kita?  Jika roh bangkit maka tubuh maut bisa dikalahkan, sakit penyakit juga bisa dikalahkan.  Musuh terakhir yang harus kita kalahkan adalah maut (1 Kor 15:26).  Kita adalah tentara Tuhan dan ujung dari
yang kita lawan adalah maut.  Inilah peperangan kita.  Kalau kita masih dikuasai oleh kekuatiran, kesepian, ketakutan, dan apa saja yang menghancurkan diri kita berarti kita belum bisa mengalahkan maut.
Selanjutnya di Ulangan 14:24-26.  Ini bicara tentang perpuluhan.  Sebenarnya Tuhan tidak sayang dengan uang.  Uang itu hanya alat, tapi kalau uang sudah menjadi tuan maka kita akan dikuasai oleh uang.  Di Ulangan 10:14-18 tertulis tentang apa yang Salomo lewati sampai dia jatuh. Di situ Tuhan mengajarkan supaya raja-raja jangan terpaut pada dunia ini karena kalau terpaut mereka akan lupa akan hukum-hukum Tuhan.

Sebenarnya menang itu mudah, tapi masalahnya pikiran kita bisa mencapainya atau tidak (1 Kor 15:54-55). Iblis itu hanya menakut-nakuti kita supaya kita mengikutinya dan tidak mengikut Tuhan.  Jika kita terus mengenakan yang dapat binasa maka maut tidak akan pernah ditelan oleh kemenangan.  Oleh karena itu, hiduplah di dalam Kristus supaya kita tidak binasa.  Hidup ini menjadi rumit karena kita jatuh pada dunia ini. Ketika hukum diberikan baru kelihatan mana yang benar dan mana yang tidak (1 Kor 15:55).  Oleh sebab itu, hukum Taurat tidak dihapuskan supaya manusia tahu dirinya berdosa atau tidak.  Lalu apabila kita sudah tahu kebenaran, tapi masih menghidupi yang tidak benar, ini namanya bodoh.  Seharusnya kita berseru kepada Tuhan supaya diselamatkan karena pertolongan kita berasal dari Tuhan.  Dalam kesulitan apapun, pertolongan kita hanya di dalam nama Yesus.  Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya.  Orang benar akan hidup oleh karena percayanya (iman).  Kalau kita berusaha hidup dengan kekuatan kita sendiri maka maut mulai menjalar lagi dalam hidup kita.  Iblis sering mendustai kita dengan berkata 50 % dunia dan 50 % Tuhan, itu tidak masalah.  Ini tidak bisa.  Tuhan hanya perintahkan “ikutlah Aku!”  Lihat di Lukas pasal 14 dikatakan jika kamu tidak membenci bapamu, ibumu, istrimu, anakmu, menantumu, maka kamu tidak bisa menjadi murid-Ku.  Bahkan jika kamu tidak membenci nyawamu sendiri kamu tidak bisa menjadi murid-Ku. Tuhan ingin memisahkan kita dari manusia jasmaniahnya kita.  Itu syarat pertama untuk mengikut Yesus. Lalu kedua, kalau kamu tidak memikul salib dan mengikut Aku maka kamu tidak bisa menjadi murid-Ku.  Kita harus melewati padang gurun kalau mau mengikuti Tuhan.  Kita juga harus memerintah, mengalahkan maut supaya kita bisa mengikut Tuhan.  Sadar, kalau kita tidak mengikut Tuhan dengan sungguh-sungguh maka tidak mudah mengambil hal duniawi dari otak kita.  Jangan berpikir maut itu gampangan.  Sekarang pertanyaannya, bisakah Saudara melawan kejahatan yang ada di dalam hati Saudara?  Tidak bisa, kecuali Tuhan yang menganugerahkannya kepada Saudara.  Dahulu Tuhan sudah menang, tapi bagaimana dengan Saudara?  Saudara menang atau tidak hari ini?  Kita semua tidak bisa menghidupi monumen yang dulu.  Selama masih dikatakan hari ini ya hari ini.  Bukan kemenangan kemarin karena yang kemarin itu sudah masa lalu.  Hari ini menang atau tidak, hari ini menghidupi kejahatan atau tidak, hari ini berkuasa atau tidak.  Kadang kita berpikir hari ini kalah tidak apa-apa, kan masih ada hari esok.  Tahukah bahwa hari esok tantangannya lebih berat?  Kebanyakan dari kita goyah karena memang ada Iblis yang terus mencobai kita (1 Kor 15:58).  Iblis menanti waktu yang baik untuk menyerang kita dan dia datang dengan lemah lembut. Dia datang untuk merangsang manusia lahiriah kita di mana ujungnya selalu kepada diri kita sendiri.  Oleh karena itu, syarat yang ketiga dari mengikut Yesus yaitu kalau kita tidak melepaskan segala sesuatu dari milik kita maka kita tidak bisa menjadi murid Yesus.  Selain itu, kita juga tidak boleh melupakan persekutuan kita dengan Tuhan (keintiman dengan Tuhan).

Inilah kehendak Paulus yaitu mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya (Filipi 3:10).  Bagaimana dengan kita?  Apa kehendak kita?  Ingat, sedikit ketidakpercayaan itu tetap saja namanya tidak percaya.  Terang ya terang, sama sekali tidak ada kegelapan.  Kalau masih ada sedikit saja kegelapan dalam hati kita berarti itu bukan terang.  Terang yang dari Tuhan pasti menelanjangi kegelapan.  Mengapa masalah kita tidak selesai-selesai?  Karena kegelapan itu tidak disingkirkan.  Waktu kegelapan itu diusir baru masalah selesai.  Kembali ke kitab Filipi, di ayat 11.  Kita seharusnya memiliki kehendak seperti Paulus supaya kita bisa bangkit dari antara orang mati dan bisa mengenakan yang tidak dapat binasa.  Kita harus mengejar Tuhan dengan segenap hati supaya manifestasi Tuhan sungguh-sungguh ada di tengah dunia ini (Filipi 3:12).  Hidup kita harus benar-benar murni.

Jika ya katakan ya, jika tidak katakan tidak, lebih dari itu berasal dari si jahat.  Bagaimana kita mau memberitakan Injil kalau masih ada kegelapan dalam hati kita?  Memang sepertinya gila kalau hidup seperti ini.  Namun kita mau hidup yang kita hidupi itu karena firman Tuhan, bukan karena orang.  Jangan takut tidak bisa hidup karena Tuhan yang menyediakan.  Jangan takut maut menguasai kita jika kita di dalam terang.  Belajar untuk taat.  Dosa ya dosa.  Sedikit ragi bisa mengkhamirkan seluruh adonan.  Jadilah hamba-hamba Tuhan yang hidup dengan kebenaran.  Mari kita kalahkan maut yang ada di dalam kita.  


Khotbah:Sukaryo Ksatria
Jubilee Semarang

0 comments:

Post a Comment