Monday, 11 January 2016

Pengertian yang benar di dalam Tuhan

Pengertian yang benar di dalam Tuhan

SEGALA sesuatu yang menjadi penghalang di dunia ini adalah dosa. Dalam setiap kehidupan memerlukan perjuangan, salah satunya dalam sebuah pernikahan. Suatu hal yang mustahil ketika Tuhan tinggal di dalam diri manusia yang begitu bobrok. Socrates adalah seorang filsuf yang menulis sebuah perkataan
mengenai pernikahan. Socrates menulis “Pada akhirnya, pernikahan. Jika kamu memperoleh istri yang baik, kamu akan menjadi bahagia; jika kamu mendapat istri yang buruk, kamu akan menjadi seorang filsuf.” Pernyataan tersebut muncul berdasarkan apa yang dialami oleh Socrates. Setiap persoalan yang terjadi pasti memiliki jalan keluar, tetapi jika jalan keluar berasal dari diri kita sendiri maka ujung-ujungnya akan terusmenerus salah. Kesalahan yang terjadi pada dasarnya karena manusia itu hidup di luar Tuhan (tetap di dalam dosa).

Pernikahan terjadi bukan hanya sekedar mencari kehidupan yang lebih baik. Pernikahan terjadi karena masing-masing mempelai sudah mengalami kegembiraan di dalam Tuhan. Sebuah pernikahan dapat terjadi apabila dua orang mengalami jatuh cinta. Hellen Keller menuliskan bahwa “Apa yang pernah kita nikmati kita tidak akan pernah kehilangan itu. Cinta yang dalam yang pernah kita alami itu menjadi bagian dari kita.”
Sebelum terjadi pernikahan sudah terdapat cinta yang saling mengena satu sama lain. Oleh karena itu suatu pernikahan merupakan perwujudan bahwa mereka bukan lagi dua melainkan satu di dalam Tuhan. Ketika dua pihak menyatukan cintanya maka pernikahan memerlukan sebuah komitmen sampai keduanya dipisahkan yaitu saat dipanggil oleh Tuhan. Iman diperlukan untuk menjalani sebuah pernikahan, tanpa iman
maka sebuah pernikahan akan menjadi kacau. Pernikahan di dalam Tuhan berbeda dengan pernikahan yang dilakukan oleh dunia ini.

“Hikmat yang sejati datang pada setiap daripada kita ketika kita menyadari seberapa sedikitnya pengertian kita tentang kehidupan, diri kita, dan dunia sekeliling kita” (Socrates). Pada saat Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka tidak mengerti apa itu dosa. Adam dan Hawa hanya mengerti mengenai taat dan tidak taat. Sampai pada akhirnya mereka tidak mentaati Tuhan dan jatuh ke dalam dosa. Saat ini, kita sebagai orang yang sudah mengetahui tentang dosa harus memiliki pengertian yang benar tentang Tuhan. Pada saat ini
banyak orang yang sepertinya sedang berusaha memberikan seminar mengenai sebuah pernikahan, namun sebenarnya orang tersebut dalam pernikahannya juga bermasalah. Apa yang dapat menjaga sebuah pernikahan? Pernikahan dapat dijaga dengan iman. Iman timbul dari pendengaran-pendengaran
akan firman Kristus. Dasar kekuatan dari masing-masing calon pengantin adalah pertemuan mereka dengan Kristus melalui pertobatan dan kelahiran kembali. Perlunya iman dalam sebuah pernikahan karena dengan kekuatan manusia seseorang sulit memberi contoh.

Pada saat Andrie dan Merlyn memutuskan untuk menuju ke dalam sebuah pernikahan, hal tersebut berawal dari masingmasing di antara mereka bertemu dengan Tuhan. Mereka harus mengenal terlebih dahulu siapa Tuhan dalam kehidupannya. Dasarnya adalah bahwa hanya Yesus satu-satunya jalan dan kebenaran dan hidup. Masing-masing pribadi harus dibenarkan terlebih dahulu oleh Tuhan. Dibenarkan berarti diberikan hati
yang baru dan roh yang baru. Tuhan mengambil hati yang keras dan memberi hati yang taat. Selain itu, Tuhan juga memberikan Roh Kudus. Kita harus memiliki hikmat yang benar di dalam Tuhan supaya kita memiliki pengertian yang benar tentang Tuhan dalam kehidupan kita. Terdapat sebuah pernyataan mengenai jatuh cinta, yaitu “Kamu tahu kamu sedang jatuh cinta ketika kamu tidak bisa tidur karena kenyataan pada akhirnya lebih baik daripada apa yang kau impikan” (Dr. Seuss). Pada kenyataannya orang yang jatuh
cinta akan sulit untuk tidur. Begitu juga saat kita jatuh cinta kepada Tuhan, kita akan terus terjaga untuk merenungkan firman Tuhan. Orang yang jatuh cinta dengan Tuhan akan menyenangi sebuah realita bertemu dengan banyak orang. Pada saat jatuh cinta, seseorang rela untuk memberikan apa saja. Apabila cinta
itu sudah pudar, seseorang dapat merasakan kembali jatuh cinta karena ada Tuhan dalam hidupnya. Dalam Matius pasal 18, terdapat seorang yang berhutang banyak kepada raja tetapi pada akhirnya ia diampuni dan hutangnya dibebaskan. Namun, ketika orang tersebut bertemu dengan orang yang berhutang tidak lebih banyak dari dirinya justru ia menyiksa orang tersebut. Ia memaksa temannya itu untuk membayar semua hutangnya. Orang yang berhutang itu menunjukkan bahwa ia suka diampuni tetapi ia tidak dapat mengampuni orang lain. Itulah yang terjadi ketika seseorang hanya mau dikasihi tetapi tidak mau mengasihi. Seringkali, pernikahan terjadi hanya karena ia ingin dikasihi bukan karena ia ingin mengasihi. Dalam hal mengikut Tuhanpun bisa terjadi hal seperti itu. Seseorang hanya mau untuk dikasihi oleh Tuhan tetapi ia tidak mau memberikan seluruh hidupnya untuk Tuhan. Tanpa kasih Tuhan yang murni, seseorang tidak dapat
mengasihi orang lain dengan tulus.

Dalam Matius 18:1-5 dikatakan bahwa satu-satunya jalan untuk hidup dalam kebenaran Tuhan adalah dengan bertobat. Murid Yesus menanyakan siapakah yang terbesar diantara muridmurid-Nya.
Hal tersebut memperlihatkan adanya motivasi bahwa mereka ingin melihat siapa yang terhebat diantara mereka. Dalam sebuah pernikahan, tidak akan ada lagi tuntutan siapakah yang paling berpengaruh dalam pernikahan tersebut. Masing-masing harus memiliki kepolosan seperti anak kecil yang hidup apa adanya. Jika seseorang menginginkan untuk menjadi yang terbesar, ia harus menjadi rendah hati seperti anak kecil.
Anak kecil tidak akan mengatur, ia akan taat kepada apa yang ia senangi. Jika kita hidup dalam Tuhan, kita akan menyenangi hal-hal tentang Tuhan. Hal pertama yang perlu dilakukan supaya kita menjadi seperti anak kecil adalah bertobat. Seperti yang tertulis dalam Matius 4:17, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga
sudah dekat!" Kerajaan Tuhan datang melalui Yesus Kristus, karena barangsiapa yang merendahkan diri ia akan menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Mengucap syukurlah dengan apa yang sudah Tuhan kerjakan dalam kehidupan kita. Namun tidak cukup hanya mengucap syukur saja, tetapi kita juga
harus memberitakan kepada orang lain apa yang sudah Tuhan kerjakan dalam hidup kita.


Kotbah: Darwin Egan Lontoh

0 comments:

Post a Comment