Keuangan
“Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Matius 6:24). Di mana-mana banyak yang bermasalah dengan keuangan. Kita tidak bisa berkata bahwa kita tidak perlu uang karena dunia ini sudah menetapkan sistem bahwa di manapun atau dalam keadaan apapun orang akan memerlukan uang. Pada Matius 6:24, ketika kita berbicara tentang keuangan, kita tidak akan lepas dari Mamon. Ketika kita mengabdi kepada dua tuan pasti ada kebimbangan. Keputusan dan tindakan menjadi tidak benar. Pastikan kita memilih salah satu yang akan kita utamakan, Tuhan atau Mamon. Dua-duanya bisa menjadi Tuan dan juga bisa memperhambakan kita. jika kita mengutamakan Mamon maka kita tidak menyembah Tuhan dengan benar dan hidup kita akan terus dalam kegelisahan. “Carilah kerajaan Tuhan dan kebenarannya maka semua akan ditambahkan kepada-Mu”(Matius 6:33) Mamon adalah suatu kebutuhan. Tuhan menunjukan bagaimana hidup itu. Jika kita terikat oleh mamon, kita akan dikendalikan oleh Mamon dan juga oleh sistemnya. “Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu akan diterima di dalam kemah abadi”(Lukas 16:9). Bersahabat dengan Mamon bukan berarti menjadi hambanya. Di luar negeri, banyak orang bunuh diri karena rekening di banknya tidak cukup untuk memenuhi kehidupannya selama setahun, karena ia merasa ketika ia tidak bisa memenuhi kehidupannya untuk jangka panjang, hidup mereka akan selalu ketakutan. Sebenarnya masalahnya ada pada cara pikir standar hidup mereka harus seperti itu. Jika tidak, mereka tidak akan bahagia. Tuhan mau kita belajar dengan sungguh-sungguh karena jika kita tidak berpegang teguh dengan apa yang kita hidupi di dunia ini kita akan merana. Selama ini kita tertipu karena walaupun kita sudah memiliki segalanya tetapi kita masih berpikir bahwa kita tidak memiliki apa-apa
Ada seorang wanita Jerman yang memutuskan hidup tanpa uang. Ia adalah seorang yang kaya. Suatu ketika ia berpikir untuk menjual hartanya dan hidup tanpa uang. Jadi apa yang ia kerjakan ditukar dalam bentuk lain seperti makanan, tempat tinggal, tiket pesawat. Ia biasa hidup dalam kekayaan tetapi tidak biasa hidup dalam kebahagiaan. Apa yang manusia miliki belum tentu hal itu menjadi suatu kebahagiaan dalam hidupnya. Ketika seseorang sudah terbiasa dengan gaya hidup yang serba mewah menjadi gaya hidup yang biasa-biasa saja, mereka akan frustasi dan mereka tidak bahagia. Suatu kebahagiaan itu penting. Jika kita mendapati hidup kita tidak bahagia, kita tidak akan menikmati hidup ini.
Ada 3 hal yang harus tetap ada dalam kerasulan yaitu Nama Yesus, tidak ada yang berkekurangan dalam jemaat dan juga Roh Kudus dan Api. Di sini kita hanya berbicara mengenai tidak ada yang kekurangan di dalam jemaat. Ketika kita melihat kehidupan pada perjanjian baru tidak ada sesuatu yang tabu ketika berbicara tentang keuangan. “orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa” (Kisah Para Rasul 2: 41-42). Kesenangan orang yang sudah bertobat lahir baru adalah berkumpul, memecahkan roti dan berdoa. “Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama” (Kisah Para Rasul 2:43-44). Segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Menjadi kepunyaan bersama jika kita menjadi keluarga. Ketika mereka dibaptis, mereka menjadi keluarga, yaitu bagian dalam jemaat Tuhan. Bersama-sama orang-orang kudus kita menjadi satu keluarga. “dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing” (Kisah Para Rasul 2:45). Saudara datang dalam gereja ini bukan hanya sekedar berpartisipasi saja tetapi ada komitmen dengan memberi diri. Ketika seorang memberi diri di dalam jemaat, barulah kehidupan kerasulan dimulai, ada tanda-tanda mujizat dan karunia-karunia lain yang menyertai. Ada Rasul yang harus dipercayai bisa menjaga hidup dalam jemaatnya.
Ada otoritas rohani yang dimiliki oleh rasul. Dengan system keegoisan manusia yang dibangunsedemikian rupa membuat manusia sulit untuk memberi dirinya. Di sini kita bisa melihat kehidupan jemaat mula-mula pada perjanjian baru. Tidak ada kehidupan yang individual. Jika tidak ada tujuan maka tidak ada gunanya segala sesuatu menjadi kepunyaan bersama. Kehidupan jemaat mula-mula juga diikuti oleh Komunis tetapi Komunis jatuh karena mereka bisa mengikuti kehidupan jemaat mula-mula tetapi mereka tidak mempunyai tujuan. Gereja menjadi nyata jika hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Bagaimana kita berbicara memenangkan bangsa-bangsa jika kita masih hidup di dalam prinsip-prinsip individual yang masih kita hidupi. Ketika kita memberitakan Injil dan orang itu mengambil keputusan bertobat pastikan orang itu dipenuhi Roh Kudus. Jika tidak dipenuhi Roh Kudus orang itu akan kosong dan kembali pada kehidupannya yang lama. Banyak kepemimpinan menjadi suatu wacana saja, tetapi harus ada tindakan yang nyata. “Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.” (Kisah Para Rasul 4:32). Banyak orang yang memiliki impian untuk menjadi kaya, tetapi pada buku motivasi, banyak motivator yang merubah cara pandangnya dari seorang yang berpikir untuk kaya berubah menjadi seorang yang pemberi. Mereka kayapun tidak bahagia. Hal yang paling membahagiakan dalam hidup mereka adalah memberi dan melepaskan. Bill gates membuat kelompok yang melakukan kegiatan sosial yaitu berbagi dengan orang-orang lain. Mereka bisa bahagia hanya dengan memberi, tetapi kebahagiaan mereka sementara karena tujuan mereka hanya untuk menyenangkan orang lain. Hal ini berbeda dengan jemaat karena mereka bukan untuk menyenangkan manusia lagi. Jemaat mula-mula, mereka gembira dan tulus hati. Jika Anda masih menampakkan muka yang muram dan sedih tanda bahwa Anda tidak bahagia. Mari kita belajar berhubungan dengan orang lain. Kita memberi karena kita tergerak, bukan lagi karena sistem dunia ini. Berbagi harus ada dalam kehidupan jemaat. Kisah para rasul 4:33-37, di dalam jemaat tidak ada yang berkekurangan. Banyak gereja yang mengkhotbahkan perpuluhan karena mereka kekurangan, tetapi kita bukanlah jemaat yang berkekurangan karena penyediaan mereka datangnya dari Tuhan. Kita juga harus belajar melepaskan karena kita memiliki tujuan, yaitu jadikan semua bangsa murid Tuhan. Kita bukan gereja yang dininabobokan dengan suasana pertemuan yang nyaman tetapi tidak melakukan apa-apa. Kita adalah jemaat yang bukan hanya hidup dalam pengajaran tetapi didikan dan latihan supaya kita pergi siap untuk diutus.
Pada 2 Korintus 9:1-5, Paulus tidak memaksakan sesuatu kepada jemaatnya. Jika jemaat tidak bisa menghidupi kebutuhannya maka ia bisa bekerja. “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2 Korintus 9:7). Kita kita mengerjakan visi dengan kerelaan hati maka Tuhan juga yang akan menyediakan.
Orang yang memberi adalah orang yang berkecukupan. Semakin menahan, kehidupan rohani mereka akan semakin terkikis. 2 Korintus 9:8-15 bicara tentang Tuhan adalah Tuhan yang menyediakan benih. Tuhanlah yang menyediakan benih. Pemberian adalah benih. Seorang petani yang bijaksana selalu meyisihkan benihnya untuk ditabur. Perpuluhan adalah suatu pemberian yang sulung dan awal sebelum kita memakainya untuk kebutuhan yang lainnya. Sulung tanda untuk menguji hati kita yang kita bawa ke rumah Tuhan. Jika kita tidak menabur berarti ada suatu yang salah dalam hidup kita. Ketika kita menabur, Tuhanlah yang melipatgandakan benih itu setelah itu ada buah-buah kebenaran yang Tuhan tumbuhkan. Seperti janda yang taat pada Elia dan Elia membuat buli-buli minyak janda itu penuh. Tuhan menyediakan segala sesuatu. Kita tidak akan berkekurangan dan tidak akan berkelebihan. Ketika ada kelebihan kita akan pusing memikirkannya. Tujuan kita di dunia ini untuk memenangkan banyak orang bukan hanya sekedar menjadi kaya. Ketika kita pergi misi ada penyediaan Tuhan. Jika kita bekerja, bekerjalah sebaik-baiknya. Ke depan banyak kota-kota yang akan kita menangkan. Pekerjaan misi sudah banyak terjadi. Mari kita menjadi orang-orang yang siap.
Khotbah: Sukaryo Ksatria
Jubilee Semarang
0 comments:
Post a Comment