LTT 2015

Jubilee Indonesia.

Go make desciple

Jubilee Indonesia.

LTT 2015

Jubilee Indonesia.

We are Jubilee

Jubilee Indonesia.

Heaven or hell?

Jubilee Indonesia.

Monday, 24 November 2014

Terus Beritakan Injil, Hidup di Dalamnya, dan Setia

Terus Beritakan Injil, Hidup di Dalamnya, dan Setia 

Berbicara tentang Kerajaan Sorga dan panggilan kita itu tidak bisa dibayar murahan.  Saudara tidak bisa membayar harganya kalau hanya setengah hati.  Dengan seperti itu, Saudara bisa saja kandas di tengah jalan.  Namun apabila Saudara bertekun di dalam firman, terus hidup di dalamnya, dan memberitakan Injil kerajaan sorga di mana-mana maka itu yang membuat Saudara diselamatkan.  Paulus saja sampai berkata “celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil”.  Berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus terus disampaikan kepada seluruh makhluk.  Setelah itu barulah kesudahannya.  Kalau kita tidak terus memberitakan Injil, kita bisa menjadi serupa dengan dunia ini.  Jangan mengkonsumsi apa yang dari dunia, tapi konsumsilah hal-hal kerajaan sorga sehingga kita bisa merebut jiwa-jiwa di dunia ini.  Kita harus terus fokus terhadap panggilan yang Tuhan beri.
Ada 3 hal yang harus kita lakukan supaya kita terus hidup di dalam panggilan Tuhan:
1.  Berita pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan.
Kalau hal ini tidak lagi mengalir dari dalam kita maka kita harus berseru,
berdoa, bahkan berpuasa supaya gairah untuk memberitakan Injil keluar
lagi.  Mari kita kembali mengingat ketika kita awal bertobat dan dilahirkan kembali.  Bukankah kita mau memberitakan Injil tanpa disuruh?  Sekarang ke mana gairah itu?  Apakah pekerjaan, sekolah, kuliah yang menghalangi kita?  Dan apakah alasan-alasan itu diterima oleh Tuhan?  Renungkan perumpamaan tentang 5 gadis bodoh dan 5 gadis bijaksana.  5 gadis bodoh tahu tujuannya, tetapi mereka terlambat sehingga mereka akhirnya ditolak oleh mempelai prianya.  Kita harus waspada dengan hal-hal seperti ini.  Jangan merasa sudah tahu segalanya.
“…Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!”  (Matius 4:17).  Inilah isi Injil yaitu supaya orang masuk ke dalam Kerajaan Sorga.  Kalau Saudara tidak bergairah lagi tentang ini, bagaimana Saudara mau memberitakannya?  Saudara pasti akan memberitakan yang lain.  Semua orang berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Tuhan, tapi kalau pemberita-pemberitanya sudah tidak mengutamakan dan memikirkan yang lain, ya bagaimana?  Kerajaan Sorga sudah dekat dan Saudara adalah pemberita-pemberitanya.  Jangan sampai kita menukarkan Kerajaan Sorga dengan kesuksesan yang ditawarkan oleh dunia.  
Di Matius 3:1-2 Yohanes Pembaptis juga memberitakan tentang Kerajaan Sorga sudah dekat, tapi mari kita lihat tentang Yesus Kristus.  Dalam Kisah Para Rasul 1:1-3 dikatakan bahwa Yesus itu hidup.  Menurut Saudara apakah Yesus betul-betul hidup atau mati?  Mungkin dulu Saudara pernah beriman bahwa Yesus hidup, tapi apakah sekarang Yesus tetap hidup dalam Saudara?  40 hari setelah Yesus bangkit, Ia terus memberitakan tentang kerajaan Tuhan.  Hal ini juga yang harus terus kita minta kepada Tuhan secara pribadi maupun saat bersama-sama.  Kerajaan Sorga itu tidak hanya dekat, tapi Kerajaan Sorga ada di dalam kita.  Jika kita masuk ke dalamnya maka kita harus membayar harganya dan menyerahkan hidup kita seluruhnya.  
Selanjutnya tentang Paulus dalam Kisah Para Rasul 28:30-31.  Dia terus memberitakan Injil dan itu juga yang harus kita lakukan.  Dalam ayat itu diceritakan bahwa Paulus menyewa rumah sendiri dan menerima semua orang yang datang kepadanya.  Hal ini Paulus lakukan untuk berita Injil, bukan yang lain.  Paulus berbicara tentang Injil dengan terus terang, artinya tidak ada maksud tersembunyi yang ditujukan hanya untuk dirinya sendiri.  Pemberitaan Injil ini tugas siapa?  Tugas kita.  Kesadaran ini harus kita tingkatkan di dalam diri kita supaya kita tidak tersesat dengan pesona dunia ini.  Jaga berita ini supaya jangan berlalu begitu saja.  Semua orang harus mendengarnya.  Pastikan mereka tidak hanya mendengar, tapi juga menjadi bagian di dalamnya.
2.  Kita wajib hidup di dalamnya.
Kita tidak hanya memberitakan, tapi juga hidup di dalamnya.  Paulus berkata, “celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil karena waktu aku memberitakan Injil bisa-bisa aku sendiri ditolak”.  Jadi Injil bisa menolak kita meskipun kita sudah memberitakannya.  Di 1 Korintus 9:27 dikatakan kita harus menguasai seluruhnya, ini bicara tentang fokus.  Jadi kita tidak cukup memberitakan Injil saja, tapi masih ada syarat lain yaitu jangan kita sendiri ditolak setelah kita memberitakan Injil.  Lalu bagaimana bisa hidup di dalam Injil dan terus?  Ya kita harus menjadi murid.  Kalau hanya memberitakan saja kita seperti seorang “calo”.

“Calo” Injil hanya bisa memberitakan Injil, tapi tidak hidup di dalamnya.  Saudara harus memberi diri untuk menjadi murid.  Dalam Lukas 14:25-27 judul perikopnya adalah segala sesuatu harus dilepaskan untuk mengikut Yesus.  Kita harus lepaskan kalau mau betul-betul menerima mahkota kemenangan Tuhan.  Di ayat itu diceritakan banyak orang berduyun duyun mengikuti perjalanan Yesus.  Hati-hati dengan kata-kata di ayat ini.  Perjalanan di sini adalah perjalanan fisik, bukan perjalanan roh karena mereka cenderung mencari enaknya saja.  Diikuti orang yang hanya mencari enaknya saja,  itu malah menjadi beban.  Waktu itu, Yesus ingin mencari orang-orang yang lebih sungguh-sungguh lagi, bukan sekedar yang mau ikut-ikutan.  Dan syaratnya yaitu sampai nyawa sendiri pun harus dilepaskan karena kalau tidak maka ia tidak dapat menjadi murid Yesus.  Kemudian ia harus memikul salib dan mengikut Yesus.  Ini merupakan syarat selanjutnya setelah segala sesuatu dilepaskan.  Hal ini seperti sebuah penyeleksian dimana tidak ada kompromi.  Semakin tinggi tingkatannya maka syarat-syaratnya pun akan semakin tinggi.
Kalau sikap hati kita tidak terus berpegang pada syarat-syarat itu maka kita bisa dicemooh orang (Lukas 14:28-33).  Hidup kita pasti diperhatikan orang, tapi jangan takut dan berusaha menyelamatkan diri kita sendiri.  Jangan gunakan kekuatan kita sendiri.  Tuhan sudah menyediakan kekuatan yang berlimpah-limpah.  Mari pastikan kemenangan kita.  Jangan sampai kalah.  Jika kita kalah, kita akan menanggung penderitaan berkali-kali lipat termasuk diperbudak.  Oleh karena itu, jangan sembrono dalam mengambil keputusan-keputusan penting.  Kita perlu pemuridan.  Tanamkan dalam diri kita masing-masing “aku mau jadi murid Kristus”.
3.  Kita harus tetap setia.
Dalam 2 Timotius 2:1 judul perikopnya panggilan untuk ikut menderita.  Maksud menderita di sini yaitu menderita dalam pemberitaan tentang pertobatan dan pengampunan dosa.  Di ayat tersebut, kita dipanggil anak berarti Tuhan benar-benar fokus kepada kita.  Seorang bapa pasti lebih fokus kepada anaknya sendiri daripada yang lain.  Namun sebagai anak ada saat di mana kita juga diuji oleh bapa.  Hanya saja seorang bapa pasti tidak menginginkan kematian anaknya ketika anaknya diuji.  Kemudian di situ dikatakan jadilah kuat oleh kasih karunia berarti kita harus tambahkan kekuatan kita dengan kasih karunia.  Bukan tambahkan dengan sakit hati atau kekecewaan, tapi dengan kasih karunia.  Peperangan yang kita jalani semakin kuat dan kuasa kita harus lebih kuat dalam kita oleh kasih karunia itu.  Untuk menjadi kuat oleh kasih karunia prosesnya yaitu ikutlah menderita sebagai seorang prajurit (2 Tim 2:2-4).  Kalau tidak ikut menderita bisa-bisa kita tidak sampai pada keselamatan yang kekal.  Kita harus terus dalam perjuangan dan tidak memusingkan soal-soal penghidupan.  Tidak memusingkan bukan berarti tidak diperhatikan, tapi jangan sampai pusing memikirkan soal-soal penghidupan.  Ingat, sebagai prajurit kita mempunyai komandan dan seorang prajurit harus fokus komandannya yang memberi komando.
Kemudian, kita juga harus mengikuti aturan mainnya seperti olahragawan (2 Tim 2:5).  Jika kita ingin menjadi juaranya kita harus mengikuti aturan mainnya.  Tuhan terus memperhatikan kita, tapi kita harus terus berjuang supaya menjadi juaranya.  Selanjutnya kita juga perlu bertekun seperti seorang petani (2 Tim2 :6).  Kalau kita bertekun pasti ada hasil.  Meskipun sedikit, tapi pasti ada.  Perhatikan, renungkan, camkan, Tuhan akan memberimu pengertian dalam segala hal (2 Tim 2:7).  Kadang kita salah, kita belum berperang, belum menabur, belum berlatih, tapi kita sudah minta banyak pengertian.  Padahal waktu diberi pengertian belum tentu kita bisa melakukan dalam prakteknya.  Yang jelas, pengertian itu diberikan supaya kita terus melangkah.  Tuhan menyediakan pengertian waktu kita taat.  Percayalah Tuhan pasti memberi pengertian.
Injil keselamatanlah yang harus diberitakan, bukan injil-injil yang lain karena semua orang harus diselamatkan (2 Tim 2:8-10).  Namun sekarang pertanyaannya, mengapa firman Tuhan seolah-olah terbelenggu padahal Saudara tidak sedang dipenjara?  Ini yang kita perlu bertobat jika pemberitaan Injil tidak terus bekerja.  Paulus sabar menanggung semua penderitaan bagi orang-orang pilihan Tuhan.  Kalau Saudara mementingkan diri sendiri maka Saudara tidak akan pernah menjadi sabar.  Ini berbicara tentang memuridkan dan dimuridkan.
Waktu Saudara memuridkan, Saudara perlu sabar melihat buah-buah itu menjadi nyata.  Kita harus mau membayar harganya supaya keselamatan itu sampai kepada semua orang.  
Kita harus mati dengan Dia kalau kita mau bangkit bersama-sama dengan Dia (2 Tim 2:11-12).  Tidak pernah ada kebangkitan kalau tidak ada kematian.  Kemudian kita juga akan memerintah bersama-sama dengan Tuhan.  Namun kita perlu bertekun karena untuk memerintah kita perlu hikmat pemerintahan dan itu harus belajar dengan ketekunan.  Selanjutnya, ini karakter yang harus kita pegang juga untuk menyelesaikan panggilan Tuhan yaitu kesetiaan (2 Tim 2:13).  Kesetiaan itu pasti diuji dalam penderitaan bahkan dalam menghadapi kematian.  Contoh kesetiaan bisa dilihat dari Sadrakh, Mesakh, dan Abednego.  Walaupun mereka dimasukkan ke dalam dapur perapian, mereka tetap memilih untuk menyembah Tuhan.  Lalu Daniel, dia juga dimasukkan ke dalam kandang singa, tetapi dia tetap tidak mau menyimpang dari Tuhan.  Sekarang bagaimana dengan kesetiaan Saudara kepada Tuhan dan jemaat?  Kesetiaan terhadap pergerakan?  Kesetiaan dalam pemuridan?  Kesetiaan dalam pemberitaan Injil? Mari cek diri kita masing-masing.  Apakah berita Injil terus kita sampaikan dan kita terus hidup di dalamnya, dan setia?  Tanpa itu semua, kita tidak akan mencapai keselamatan yang kekal.


Khotbah:
Hosea Hartono
Jubilee Semarang

Kita Mempunyai Peperangan Yang Harus Dimenangkan

Kita Mempunyai Peperangan Yang Harus Dimenangkan 

Beberapa waktu ini saya dapat tentang spirit peperangan.  Mungkin dari Saudara ada yang bertanya, kita kan sekarang tidak sedang dalam peperangan.  Secara jasmani kita memang tidak ada peperangan, tapi kita harus punya spirit peperangan karena sebenarnya kita mempunyai musuh.  Sadarkah Saudara bahwa kita mempunyai musuh?  Mari kita baca Efesus 6:10-11.  Di ayat tersebut dikatakan “kenakanlah seluruh senjata”, tidak ada di ayat ini tertulis bahwa kita sudah menang.  Berarti masih ada peperangan yang harus kita menangkan.  Kita akan menang jika Tuhan datang untuk yang kedua kalinya karena waktu itu Dia akan menghukum musuh-musuh-Nya.  Selama kita masih hidup di dunia berarti keadaan kita masih di dalam peperangan karena musuh kita adalah Iblis (Ef 6:12).  Ini yang harus kita sadari.  Sayangnya banyak orang Kristen tidak sadar akan hal itu sehingga mereka terlarut dalam keinginan mata, keinginan daging, dan keangkuhan hidup.
Ada sebuah kutipan dari Patton: “We’re gonna keep fighting. Is that CLEAR? We’re gonna attack all night, we’re gonna attack tomorrow morning. If we are not VICTORIOUS, let no man come back alive!”  (Kita akan terus bertempur. JELAS? Kita akan terus menyerang sepanjang malam, kita akan menyerang besok pagi. Jika kita tidak MENANG, biarlah tidak ada orang yang kembali dengan hidup!).  Ini adalah suara dari seorang jenderal yang memimpin peperangan.  Kita di sini sedang dilatih untuk berperang dan untuk menjadi pemenang.  Kita bisa tahu teori berperang, tapi kalau tidak pernah berperang ya bagaimana?  Kita juga bisa tahu teori memberitakan Injil, tapi jika kita tidak pernah memberitakan Injil maka kita tidak akan pernah menjadi orang yang memenangkan jiwa.  Mari kita perhatikan.  Dulu kita lahir dari kampus, tapi lihatlah sekarang, mahasiswa di dalam jemaat sudah tinggal berapa?  Saya tidak melihat jumlah, tapi kita memang butuh orang untuk memenangkan jiwa.
Apakah kita orang-orang yang berani menyuarakan kebenaran di luar sana?  Untuk apa kita menjadi orang yang hanya berani berkoar-koar di dalam gereja?  Mari cek diri kita masing-masing, apakah kita sudah menjadi “veteran” perang?  Jika kita tidak bangkit maka kita akan tersiksa di sini karena kita mempunyai misi untuk memenangkan jiwa-jiwa.  Ini yang membuat kita bergairah yaitu kita terus memenangkan jiwa.  Kejatuhan gereja-gereja adalah ketika pemimpinnya sudah nyaman, sudah ada fasilitas sehingga ia merasa bukan waktunya lagi untuk bertempur.  Akhirnya yang terjadi orang-orang yang dipimpinnya mengalami degradasi.  Kita harus menetapkan diri, sampai tua pun kita akan terus di antara orang-orang muda untuk menyuarakan kepada mereka supaya mereka terus bangkit.
Paulus memandang orang-orang yang dipimpinnya sebagai teman-teman sekerja bukan sebagai anak buah (2 Kor 6:1).  Ia berkata supaya mereka jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah mereka terima.  Ini berlaku bagi kita juga karena kita bisa membuat sia-sia apa yang sudah kita terima.  Sekarang pertanyaannya, apakah kita masing-masing sudah menerima kasih karunia?  Kalau sudah menerima maka kita tidak bisa lari.  Oleh karena itu, Injil bukan berbicara hanya emosional saja.  Di Lukas pasal 14 dikatakan jika kamu mau membuat menara duduk dulu dan membuat anggarannya.  Jangan-jangan kalau tidak membuat anggarannya, kamu berhenti di tengah jalan dan tidak menyelesaikannya.  Lalu datanglah lawanmu dan mencemooh kamu.  Bahkan apabila kamu mau berperang, hitung dulu prajuritmu kira-kira dengan 1000 orang bisa atau tidak melawan 10.000 orang, kalau tidak bisa ya lebih baik berdamai saja.  Tuhan memberikan karunia-karunia roh, tapi kita tidak menggunakannya maka itu akan terbuang sia-sia atau hanya menjadi sampah.  Semua yang diberikan Tuhan itu sangat berguna, tapi kita mau menggunakannya atau tidak.
Pada waktu Tuhan berkenan, Dia akan mendengarkan kita (2 Kor 6:2).  Pada waktu Dia berkenan, tingkap-tingkap langit akan dibukakan dan karunia-karunia akan dicurahkan.  Hari ini adalah hari penyelamatan, jangan sampai kita melewatkannya dengan percuma.  Kita dipanggil ada tujuan.  Jika Saudara belum tahu untuk apa dipanggil berarti Saudara belum diselamatkan karena pemanggilan itu tidak mungkin tanpa ada tujuannya.  Bodoh jika ada seseorang yang tidak tahu mengapa dia dipanggil.  Makin lama dia akan binasa karena ketidaktahuannya.  Pastikan bahwa kita benar-benar selamat.
Banyak orang menyangka jalannya lurus padahal ujungnya kebinasaan.  Namun kita akan terus menyuarakan kebenaran dan bertanya apakah mereka sudah diselamatkan.  Apabila kita tahu betapa berharganya jiwa seseorang maka kita akan berjuang sedemikian rupa supaya ia selamat.  Kebaikan dan kejahatan manusia tidak akan pernah bisa menyelamatkan.  Yang bisa mengubah manusia hanya kasih agape Tuhan.  Cobalah dengan berbagai cara untuk menyelamatkan generasi-generasi manusia.  Kita akan lihat bahwa cara-cara itu tidak akan bisa menyelamatkan karena hanya Injil yang mampu membebaskan manusia.  Hanya Roh Tuhan yang bisa mengubah manusia menjadi baik menurut Tuhan.
Kembali kepada kata-kata Patton, kita akan terus berperang, menyerang.  Untuk ibu-ibu yang sudah tua, berdoalah untuk kita yang berperang.  Berdoalah untuk pemberitaan Injil kita.  Bagi Saudara yang sudah lama tidak memberitakan Injil, kembalilah, minta kepada Tuhan supaya dipenuhi lagi.  Dari awal kita dipanggil untuk menjadi pasukan khusus.  Kita harus melatih diri kita sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki.  Kita tidak akan memberitakan Injil kalau kita tidak “membuat waktu” untuk memberitakan Injil.Mari kita baca Yosua 3:1-5.  Jika kita ingin menaklukkan sesuatu kita tidak bisa hanya mengintai terus.  Kita bukan pasukan pengintai, tapi pasukan penakluk.  Pasukan itu harus diatur dan kita juga perlu cermat, cerdik, fokus jika mau pergi berperang.  Kita tidak bisa asal pergi begitu saja (emosional).  Selain itu, kita juga tidak bisa menggunakan kekuatan sendiri karena kita akan kecewa kalau menggunakan kekuatan kita sendiri.  Kita harus mengutamakan Tuhan ketika kita pergi memberitakan Injil.  Tuhanlah yang berperang bagi kita, tapi kita yang melaksanakannya di tengah-tengah medan peperangan.
Ada tertulis “kuduskanlah dirimu”, ini berbicara kita melepaskan keinginan mata, keinginan daging, dan keangkuhan hidup karena itu semua yang mengganggu kita dalam berperang.  Sadari, betapa seriusnya kita harus hidup.  Mari cek hidup kita masing-masing.  Ada lubang atau tidak di dalam bejana kita.  Cek kalau kekuatan kita menjadi lemah.  Cek kalau banyak kecelakaan atau kerugian dalam hidup kita.  Cek mengapa kita tidak diberkati oleh Tuhan.  Kuduskanlah dirimu maka Tuhan akan melakukan perbuatan yang ajaib di depan kita.
Ada kata-kata dari Patton.  “Dorong, dorong dan dorong.  Anda harus mendorong tubuh hingga energi penghabisan kemudian melanjutkan.  Anda tidak memperoleh apa-apa hanya dengan bekerja hingga tubuh Anda mengatakan bahwa Anda lelah dan sangat lelah.  Tubuh hanya akan terbentuk dan bertumbuh sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan oleh pikiran atas tubuh yang malas itu.  Jika anda hanya berolahraga hingga tubuh terasa lelah, tubuh akan menjadi malas dan berhenti lebih cepat setiap kalinya.  Anda harus mencapai titik sangat lelah dan melanjutkan.  Dengan cara itu tubuh akan mengerti kita harus meningkatkan kekuatan tubuh kalau pikiran gila itu mendorong dengan sekeras ini.  Jika Anda selalu berhenti saat Anda merasa lelah Anda tidak akan memperoleh apa-apa.  Begitu Anda mengizinkan tubuh mengatakan kepada pikiran kapan akan berhenti Anda pasti kalah.  Anda tidak akan mendapat manfaat dengan mendengarkan tubuh.  Kita akan menjadi jauh lebih kuat kalau kita mendorong tubuh kita menggunakan sekitar sepersepuluh dari kekuatan tubuh kita dan kurang dari sepersepuluh pikiran kita.”  Seorang Achiever adalah orang yang berani menggerakkan tubuhnya.  Kita bisa mempunyai pikiran kuat, tapi kalau tubuh tidak mengikuti pikiran kita ya sama saja.  Bagaimana Tuhan akan bekerja kalau kita tidak bekerja dan tubuh kita mengikuti kemalasan kita?  Tubuh kita harus di dorong sedemikian rupa.  Kalau kita mau mencapai sesuatu kita harus melatih diri kita.  Hari ini memang belum terjadi apa-apa, tapi kita akan terus maju, terus berperang, terus menyerang kerajaan kegelapan.  Semangat bertempur harus kita pelihara.  Kalau ada yang lemah datangi dan berdoa untuk dia.  Jangan ada yang cuek di antara kita.  
Bagaimana Tuhan mempersiapkan pasukannya?  Yaitu dengan Tuhan bawa ke padang gurun.  Di padang gurun kita akan berlatih.  Kita makan manna dan artinya kita percaya pada penyediaan Tuhan.  Kita berhadapan dengan panas, kekurangan, kalajengking, ular, tapi itu untuk melatih kita menjadi kuat.  Dalam firman Tuhan ada tertulis, yang keluar dari Mesir yaitu 600.000 laki-laki, tapi yang siap berperang hanya 40.000 orang.  Bahkan di Yosua 4:11-13 diceritakan dari sekian banyak yang lahir di Mesir hanya tinggal dua orang yaitu Yosua dan Kaleb.  Di dalam Tuhan juga ada yang namanya seleksi alam.  Kalau kita terus memberontak maka kita akan binasa.
Ini contoh seleksi alam yang terjadi pada bangsa Israel di padang gurun.  Tuhan yang menewaskan bangsa Israel waktu itu di padang gurun (1 Kor 10:5).  Ada 4 dosa yang dilakukan oleh bangsa Israel yaitu menyembah berhala, percabulan, mencobai Tuhan, dan bersungut-sungut (1 Kor 10:6-10).  Empat dosa ini yang menghalangi umat Tuhan untuk menyelesaikan panggilannya.  Berhati-hatilah supaya Saudara jangan jatuh (1 Kor 10:11-12).  Tidak ada yang bisa sombong di sini.  Mari kita semua menjadi pelaku-pelaku firman Tuhan dan bukan hanya menerima informasi saja.  Inilah cara Tuhan menyeleksi bangsa Israel hingga akhirnya muncul pasukan yang siap menaklukkan tanah Kanaan.  Jangan takut menghadapi banyak musuh kalau Saudara kudus dan Tuhan ada di pihak Saudara.  Jika kita berperang dengan Tuhan, itu bukan lagi dengan gagah perkasa atau kekuatan kita, tapi oleh Roh-Nya (Yosua 5:13-15).  Rahasia kemenangan kita adalah ketika Tuhan bersama-sama dengan kita.  Pastikan keempat dosa ini tidak ada.  Ini berbicara kudus dan tidak campur.  Kita ditetapkan untuk menjadi hamba Tuhan maka ikutilah Tuhan.  Jangan ikuti perasaan kita.
Apa yang tertulis dalam 2 Korintus 6:3-7 adalah berbicara tentang integritas sebagai pelayan-pelayan Tuhan.  Kembali seperti yang sudah tertulis di atas bahwa kita harus menang dalam suatu pertandingan.  Semua pertandingan baik, tapi kalau tidak memperoleh kemenangan maka kita tidak mendapatkan kemuliaan (2 Kor 6:14-18).  Mari kita baca di Wahyu 21:5-6.  Di ayat itu tertulis barangsiapa haus maka ia akan Ku beri minum.  belum selesai.  Kita harus menanggung, memikul apa yang menjadi beban kita.    
Berarti yang tidak haus tidak akan diberi minum.  Selanjutnya ada tertulis di ayat 7 barangsiapa menang, berarti ada pertempuran.  Pertempuran kita Jangan tanggungkan beban kita ke orang lain.  Lalu di ayat 8 ada tertulis tentang neraka, tapi banyak orang tidak percaya bahwa dia bisa masuk ke dalam neraka.  Sadar, kita semua harus punya rasa takut akan Tuhan.  Betapa seriusnya hidup di dalam Tuhan.  Mari kita kuatkan diri kita sedemikian rupa.  Mari kita tidak lewatkan hari-hari kita begitu saja.  Kejarlah panggilan tertinggi dalam hidupmu dan tidak perlu melihat orang lain (Wahyu 14:3-5).  Panggilan kita adalah apa yang Tuhan katakan kepada masing-masing pribadi kita.  Mari kita berlomba-lomba menyelesaikan panggilan sorgawi.  Dan kita akan terus memperingatkan kepada orang-orang bahwa hidup itu tidak main-main.  Hari Tuhan datang seperti pencuri dan kita semua harus berjaga-jaga supaya kita tidak binasa.



Khotbah:
Sukaryo Ksatria
Jubilee Semarang

Hidup oleh roh kudus

Hidup oleh roh kudus 

Mari kita baca Yohanes 7:37-39.  Di ayat tersebut Yesus berdiri dan berseru.  Itu menandakan bahwa Ia serius dan Ia ingin diperhatikan ketika sedang berbicara.  Yesus ingin orang-orang mendengarkan-Nya.  Pada waktu itu Yesus berkata, “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!”  Kita tidak bisa hanya datang, tapi kita juga harus minum dari apa yang Dia tawarkan.  Kita harus hidupi dan berjalan di dalam aliran-aliran air hidup itu yaitu Roh Kudus.  Yesus dimuliakan ketika Roh Kudus datang kepada kita dan waktu itu Yesus belum dimuliakan.  Kemudian di Kisah Para Rasul pasal 19 Yesus sudah dimuliakan karena Roh Kudus sudah turun.  Yesus telah mati, bangkit, naik ke sorga, dan Ia memberikan Roh Kudus kepada kita sebagai Penolong.
Dalam Kisah Para Rasul 19:1-3 diceritakan bahwa beberapa murid belum pernah mendengar tentang Roh Kudus.  Namun sekarang pertanyaannya, semisal mereka pernah mendengar tentang Roh Kudus apakah otomatis mereka sudah menerima Roh Kudus?  Belum tentu.  Waktu itu mereka dibaptis dengan baptisan air Yohanes.  Apakah baptisan itu benar?  Benar, tapi ada baptisan lain yaitu baptisan Roh Kudus dan api.  Mereka sudah berada di jalan yang benar hanya saja di tengah perjalanan tidak ada yang meneruskan.  Dengan kata lain tidak ada yang memberitakan lagi tentang Yesus, padahal Yohanes Pembaptis dari awal sudah berbicara tentang Yesus.  Tanpa Yesus mereka bisa tersesat, tapi hal itu tidak terjadi karena Paulus datang kepada mereka (ke Efesus) dan meneruskan apa yang sudah mereka dengar sebelumnya.
Dulu kita sudah mendapatkan Roh Kudus waktu kita bertobat dan dilahirkan kembali, tapi bagaimana dengan sekarang?  Bisa saja kita sudah lupa dengan Roh Kudus.  Kita perlu kembali kepada kasih yang mula-mula yaitu hidup oleh Roh Kudus.  Di Kisah Para Rasul 4:29-31 para rasul berdoa supaya mereka dipenuhi oleh Roh Kudus.  Apakah sebelumnya mereka belum penuh oleh Roh Kudus?  Ya sudah.  Hanya saja mereka minta keberanian lebih lagi karena itu hari yang berbeda.  Jadi setiap hari mereka perlu minta keberanian.  Seharusnya kita juga seperti mereka, setiap hari meminta keberanian untuk memberitakan Injil dan kekuatan untuk mengatasi masalah.  Jangan sampai kita terus menerus datang ke orang supaya kita didoakan.  Belajarlah untuk berdoa bagi diri sendiri dan memotivasi diri sendiri.  Ada banyak ayat dalam firman Tuhan untuk memotivasi diri sendiri.  Setelah itu, baru kita memotivasi orang lain.
Ayat di Kisah Para Rasul 1:8 menuju kepada Roh Kudus.  Yesus pun tidak dapat berbuat apa-apa tanpa Roh Kudus.  Dengan Roh Kudus kita memiliki kuasa dan kuasa itu akan terus ada dan kita tidak mungkin menjadi orang yang loyo-loyo.  Namun bukan berarti kita tidak pernah loyo.  Kita bisa loyo, tapi kita harus bangkit lagi.  Jika ada Roh Kudus maka kita memiliki kuasa dan selubung itu diambil dari pada kita (2 Kor 3:17-18).  Apa yang kita ikat di bumi akan terikat di sorga, apa yang kita lepaskan di bumi akan terlepas di sorga.  Memang untuk masuk ke dalam kerajaan Tuhan tidak ada yang gampangan.  Kita harus melewati pintu yang sesak.  Orang yang ingin masuk tidak bisa dengan santai-santai dan hanya sedikit orang yang mendapatkannya.
Paulus berani berbicara seperti yang tertulis dalam 2 Timotius 1:1 karena dia tahu panggilannya yaitu untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus.  Kemudian di ayat 2-4 diceritakan tentang nenek moyang Timotius dan kita juga perlu tahu siapa nenek moyang kita karena dari sini kita bisa  melihat kasih karunia Tuhan bekerja.  Selain itu, di ayat tersebut diceritakan bahwa Paulus begitu ingin bertemu dengan Timotius karena pekerjaan Timotius luar biasa.  Timotius dulunya adalah seorang yang pendiam, tapi Paulus pernah berkata kepadanya jangan ada seorangpun menganggap engkau muda atau rendah karena Paulus melihat Kristus yang ada di dalam Timotius (2 Tim 1:5-6).
Kita sebagai orang yang sudah bertobat dan dilahirkan kembali tidak bisa berkata bahwa kita adalah orang yang pendiam karena berita Injil harus di dengar oleh banyak orang.  Bagaimana Injil bisa sampai kepada banyak orang kalau kita pendiam?  Dari 12 murid Yesus hanya 1 yang tidak mati martir yaitu Yohanes.  Murid Yesus yang lainnya mati martir dan mereka mati pasti karena pemberitaan Injil.  Mereka mau seperti itu karena Roh Kudus yang ada di dalam mereka.  Kita juga bisa berbeda atau berubah karena Roh Kudus.  Tanpa Roh Kudus maka karakter lama kita bisa kembali.  Misalnya sebelum dilahirkan kembali kita adalah orang yang pendiam dan setelah dilahirkan kembali kita tidak menjadi pendiam lagi.  Namun apabila kita tidak terus di dalam Roh Kudus maka karakter pendiam kita bisa kembali lagi.  Dengan Roh Kudus pasti ada karunia-karunia roh yang keluar dari dalam diri kita.  Roh Kuduslah yang membuat karunia roh berkobar, tapi kadang kita lupa atau sibuk.  Padahal ada banyak karunia roh.
“Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. (For God hath not given us the spirit of fear; but of power, and of love, and of a sound mind.)”  -2 Timotius 1:7-.  Ketertiban sama artinya dengan sound mind (pikiran yang tertib, benar, teratur, positif).  Pertama Paulus menuliskan tentang kuasa (power) kemudian kasih (love) dan ketertiban (sound mind).  Kuasa tidak dapat bekerja tanpa kasih dan ketertiban.  Kalau kita berbicara tentang berpikir, itu tidak bisa tanpa kuasa dan kasih Tuhan karena tanpa keduanya kita bisa sombong.
Kita sudah dipindahkan dari kerajaan kegelapan ke dalam kerajaan Anak-Nya yang kekasih (Kolose 1:9-13).  Dalam Wahyu 12:10, berbicara tentang 4 hal yaitu keselamatan, kuasa, pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya.  Keempat hal ini bisa terjadi karena Roh Kudus.  Jika kita memiliki Roh Kudus maka kita tidak hanya selamat tapi keempatnya juga akan kita dapatkan.  Tanpa keempat hal di atas maka kita akan didakwa oleh Iblis terus menerus sehingga kita menjadi orang yang lemah karena dakwaan itu.  Selain itu, dengan pikiran yang  positif (tertib) kita pasti tidak mudah untuk didakwa.  Kita melihat segala sesuatu menjadi berbeda karena positif.
Tuhan menyuruh kita untuk melalui jalan yang sempit (Mat. 7:13).  Ternyata untuk mendapatkan Roh Kudus itu jalannya sesak karena ada Iblis yang menahan kita supaya kita tidak bisa mendapatkannya.  Iblis akan menipu kita dengan segala cara.  Namun Tuhan tetap perintahkan untuk masuk meski tidak mudah.  Banyak gereja menyampaikan bahwa untuk datang ke Tuhan itu gampang, padahal sebenarnya tidak gampang.  Kita harus berjuang untuk masuk kerajaan sorga melalui pintu yang sesak itu.  Kita harus dilahirkan kembali untuk dapat melihat kerajaan sorga.  Mungkin kita marah atau tersinggung ketika ada yang memberitakan Injil kepada kita , tapi waktu kita menerimanya kita akan melihat perubahan dalam diri kita.  Yesus mengajak untuk masuk melalui pintu yang sesak, karena lebarlah jalan yang menuju kepada kebinasaan.   Hanya sedikit orang yang bisa masuk dan apakah kita termasuk di dalamnya (Mat. 7:14)?  Kalau sedikit, apakah itu gampangan?  Tidak, tapi kita harus berjuang.  Ketika kita memberitakan Injil kepada orang, kita harus beriman.  Masalah dia bertobat atau tidak, itu hanya Tuhan yang tahu.  Kita hanya memberitakan dan jangan memaksa.  Jangan hilang dari pergerakan dan panggilan Tuhan karena dari sinilah kita bisa memberitakan Injil.  Namun kita tidak bisa memberitakan Injil kalau kita tidak diutus.  Orang yang diutus adalah orang yang memiliki kuasa, kasih, dan pikiran yang jernih (tertib).  Tanpa pikiran yang tertib, kita pasti mulai mencari sesuatu yang hanya untuk diri sendiri.  Jangan malu untuk memberitakan Injil (2 Tim 1:8-11).  Injil inilah yang mematahkan maut dan tidak dapat binasa.  Ingat, panggilan kita sudah luar biasa sejak sebelum permulaan zaman.    


Khotbah:
Darwin Egan Lontoh
Jubilee Semarang

Percaya dan Taat

Percaya dan Taat 

Mari kita baca Amsal 4:18.  Kita perlu cek diri kita, apakah kita bertumbuh dan berubah.  Seperti tema jemaat yang tertulis di depan yaitu dari kemuliaan ke kemuliaan (from glory to glory).  Kita harus terus hidup oleh iman.  Kemarin kita bisa semangat atau bahagia, tapi kalau sekarang kita tidak semangat atau bahagia lalu apa gunanya?  Tidak peduli apapun keadaan kita, kita harus memulai lagi dengan semangat.  Mari perhatikan diri kita, hari demi hari berubah atau tidak?
Jika kita ingin benar (tidak tersandung) berarti kita harus memiliki cara pikir yang benar (Amsal 4:19).  Barangsiapa pintar dalam matematika belum tentu ia pintar dalam kehidupan.  Hiduplah oleh iman.  Jika ada masalah selesai ya selesai.  Kita tidak lagi melihat ke belakang.  Namun itu bukan karena hebatnya kita meski ada dikatakan dalam firman Tuhan “imanmu telah menyelamatkan engkau”.  Hal itu bisa terjadi karena Yesus sudah lakukan terlebih dahulu.  Ia memberi contoh kepada kita, Tuhan menjadi manusia.  “Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku…”  (Amsal 4:20-21).  Ini yang akan membuat kita terang terus yaitu kita memikirkannya.  Yang sering menjadi kesalahan kita adalah kita kurang berpikir.  Banyak orang suka mendengar kotbah, tapi mereka tidak melihat apakah dirinya berubah.  Oleh karena itu, mereka jadi “tersandung”.  Pernahkah Saudara memikirkan ketika Saudara bodoh?  Itu perlu dipikirkan, tetapi jangan terus di dalam kebodohan.  Perhatikankanlah perkataan Tuhan berarti kita harus lihat, dengar, baca, dan pikirkan.  Sama seperti Yosua yang merenungkan firman Tuhan siang dan malam.  Merenungkan berarti memikirkannya.  Kita saja kalau ingin bisa rumus matematika harus baca rumus itu dengan serius, tidak bisa baca dengan asal-asalan.  Baca firman Tuhan pun harus serius.  Dan ini hasil dari kita merenungkan perkataan Tuhan yaitu “…menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka.”  (Amsal 4:22).  Renungkan dan pikirkan apa yang firman Tuhan katakan.
Mari kita baca Yohanes 8:1-11.  Perhatikan kata-kata ayat per ayat.  Menurut Saudara perempuan itu berbuat dosa lagi tidak setelah Yesus berkata jangan berdosa lagi mulai dari sekarang?  Kalau perempuan itu tidak ikut Tuhan, dia pasti berdosa lagi.  Dia memang diampuni, tapi kalau tidak ikut Tuhan dia bisa berdosa lagi.  Seperti 10 orang kusta, semua disembuhkan tapi hanya satu yang kembali kepada Tuhan dan mengikut Dia, itulah perbedaannya.  Mari kita pikirkan.  Bagaimana bisa manusia tidak berbuat dosa lagi dari sekarang?  Ya pasti tidak bisa kecuali dia ikut Tuhan.  Perempuan yang berzinah itu jika tidak ikut Yesus suatu saat bisa tertangkap lagi karena berzinah.
Kita yang sudah bertobat dan dilahirkan kembali bisa berdosa lagi jika kita tidak terus ikut Tuhan (1 Yoh 3:9, 5:1-2). Jika kita tidak bersama Tuhan pasti berdosa.  Lalu jika seperti itu apakah kita boleh berdosa lagi dan bertobat lagi?  Sekali kali tidak.  Oleh karena itu, mari lihat hidup kita.  Kita terus beriman untuk hidup bersama-sama Tuhan atau tidak.  Jangan anggap remeh hal ini karena kenyataannya banyak yang hilang.  Dulu semangat di sini dan sekarang sudah tidak ada.  Manusia tanpa Tuhan sukanya memikirkan diri sendiri.  Kekristenan tidak hanya percaya, tapi juga harus taat (Roma 1:5).  Percaya tanpa taat itu hanya sekedar ikut-ikutan.  Kita beragama Kristen karena orangtua kita Kristen.  Bukan dari kita sendiri yang mendengar Tuhan.  Lalu bagaimana kita bisa mendengar dari Tuhan?  Ya harus ada orang yang memberitakan kepada kita.  Dari kecil kita sudah ke gereja, tapi belum tentu sudah mendengar Tuhan.  Bisa saja hanya ikut-ikutan.
Waktu di Manado, KKR di mana Darwin kotbah itu bertemakan kasih Yesus mengubah segala sesuatu.  Tema itu benar.  Kalau kita mendapat kasih agape pasti kita mengasihi Tuhan dan orang lain.  Caranya bagaimana mengasihi orang lain?  Yaitu dengan memberitakan Injil.  Jika kita mengasihi orang lain tanpa memberitakan Injil dan tanpa melakukan perintah-perintah-Nya berarti kita tidak taat.  Kasih mengubah segala sesuatu yaitu mengubah kita dari kegelapan kepada terang.  Oleh karena itu, dosa bisa dikalahkan ketika kita bersama-sama dengan Kristus yaitu Yesus yang diurapi.
Yesus menerima orang yang berdosa, tapi setelah orang itu menerima Yesus seharusnya dia tidak berdosa lagi.  Misalnya orang yang letih, lesu dan berbeban berat, setelah menerima Yesus tidak mungkin ia letih dan lesu terus.  Yesus pasti kuatkan yang lemah dan yang miskin diperkaya.
Kita menjadi kepala dan bukan ekor.  Lihat hidup Saudara, masih terang atau tidak?  Masa orang yang sudah dilahirkan kembali kalah dengan hidup ini.  Di mana iman Saudara?  Yesus berkata “apakah Ku dapati iman di bumi?”  Iman itu mengalahkan dunia (1 Yoh 5:4).  
Banyak orang mau percaya, tapi tidak mau taat.  Banyak orang hanya mau memikirkan dirinya sendiri.  Gereja bisa penuh dengan orang percaya, tapi bukan orang percaya dan taat.  Bahkan di Kolose dikatakan di dalam jemaat dan Kristus sebagai kepala.  Namun sekarang manusia bisa menjadikan dirinya sendiri sebagai kepala.  Jemaat adalah tubuh Kristus yaitu kumpulan orang yang sungguh-sungguh kepada Tuhan.  Jadi bukan karena ada kepentingan pribadi kita masuk ke dalam sebuah gereja seperti ada rekan bisnis, suku dan ras sama atau adat yang sama.  
Kita dipindahkan dari kegelapan kepada terang (Kolose 1:12-13, 16, 20).  Jadi kita diambil bukan disuruh untuk berpindah.  Bukan kita yang jalan sendiri atau pergi dari situ, tapi kita dipindahkan (diambil).  Di dalam jemaat Tuhan memberikan rasul, nabi, gembala, pengajar, dan pemberita Injil.  Tanpa ada kerasulan tidak heran pengajarannya jadi tidak benar.  Harus dimulai dari kerasulan.  Yesus saja memulainya dari 12 rasul.  Sekarang manusia gantikan kerasulan dengan pendeta, uskup, paus yang tidak ada di Alkitab.  Rasullah yang meneruskan firman-Nya (Kol 1:25-29).  Tidak sembarang orang bisa meneruskan firman-Nya.  Kalau rasul betul-betul meneruskan apa yang Yesus katakan seperti Yesus dengan 12 rasul-Nya.  Kata Kristus artinya yang diurapi berarti bukan hanya supaya kita percaya, tapi supaya kita juga taat.  Ketika kita memberitakan Injil pastikan mereka tidak hanya percaya, tapi juga taat.  Mari kita ingat kembali tentang pewahyuan, perjumpaan dengan Tuhan, kuasa, dan tujuan.  Pernahkah kita bangun pagi lalu tidak tahu apa yang mau kita lakukan?  Itu paling tidak enak.  Paling kita akan tidur lagi, tapi jangan harap kita jadi bahagia setelah bangun tidur.  Karena itu, tidak enak kalau hidup tanpa tujuan.  Keempat hal itu harus ada di dalam kita karena kita diajarkan untuk percaya dan taat.  Kita tidak bisa melakukan perintah Tuhan tanpa berjumpa dengan Tuhan dan tanpa kuasa.  Manado adalah kota dengan banyak gereja dan KKR sering diadakan di sana.  Kalau di Jawa mungkin sudah bosan, tapi di sana tidak pernah bosan mengadakan KKR.  Sebenarnya banyak orang di sana yang haus akan kebenaran. Darwin punya visi suatu saat ada jemaat yang berdiri di Manado.  Mereka sungguh-sungguh bersemangat dan bisa saja disesatkan, tapi Tuhan tahu keinginan mereka.  Inilah yang disebut kasih kepada sesama yaitu dengan memberitakan kabar baik (Roma 10:15-17).  Lalu bagaimana orang-orang bisa percaya?  Yaitu dengan firman yang diurapi dan orang-orang yang diurapi ketika memberitakan.

Khotbah:
Darwin Egan Lontoh
Jubilee Semarang

Jangan Mau Dibutakan Oleh Ilah Zaman Ini

Jangan Mau Dibutakan Oleh Ilah Zaman Ini 

Percaya adalah kata yang mudah diucapkan, tapi untuk percaya itu tidak gampang.  Misalnya ada orang yang ingin mempunyai seorang anak dan dia membutuhkan mujizat.  Dia pasti mencari sedemikian rupa untuk mendapatkan seorang anak.  Kita jangan menghakimi orang yang sedang mencari karena bisa saja waktu mereka sudah menemukan, kita tertinggal dari orang yang mencari itu.  Carilah kerajaan Tuhan dan kebenaran-Nya.  Bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Tuhan mencari makanan, minuman, pakaian, tapi Saudara carilah kerajaan Tuhan dan kebenaran-Nya maka semuanya itu akan ditambahkan.
Mari kita lihat contoh orang yang mencari yaitu Salomo.  Apakah Saudara adalah orang yang sungguh-sungguh mencari sesuatu di dunia ini seperti Salomo?  Kita perlu menyelidiki siapa diri kita (Pengkotbah 2:3).  Salomo membangun istana-istana, taman-taman, dsb (Pengk. 2:4-8).  Ia berusaha mencari keindahan-keindahan dari dunia ini.  Itulah manusia.  Bukankah manusia dalam hidupnya berusaha mencari kebahagiaan?  Contohnya adalah kuliah.  Saudara kuliah untuk bekerja kemudian Saudara mengumpulkan harta untuk memenuhi berbagai kebutuhan atau mewujudkan impian.  Semuanya itu berbicara tentang kebahagiaan.  Secara materi Salomo lebih hebat daripada Daud (Pengk. 2:8-10).  Suatu ketika setelah Salomo selesai dengan apa yang ia bangun, ia tiba-tiba terdiam.  Ia melihat bahwa apa yang ia bangun semuanya sia-sia (Pengk. 2:11).
Kita bisa ada di dalam gereja, tapi sebenarnya pengejaran kita masih yang lain.  Itulah sifat dari agamawi.  Kita membungkus dengan bagus bagian luarnya saja.  Padahal menutupi masalah itu tidak akan membuat kita merdeka.  Banyak orang ingin berubah, tetapi tidak bisa berubah.  Mengapa?  karena mereka tidak bisa melepaskan pandangannya yang dulu atau yang sebelumnya.  Mereka sudah tahu bahwa pondasi yang mereka pegang ini membuat masalah, tapi mereka tidak mau melepaskannya.  Hikmat-hikmat yang lama harus dibongkar terlebih dulu, baru kita bisa menemukan siapa diri kita yang sesungguhnya.  “Nilai sejati dari seorang manusia bisa ditemukan dalam kadar seberapa besar ia telah memperoleh pembebasan dari dirinya”  (Albert Einstein).  Kenyataannya yang menghambat kita untuk mencapai yang lebih besar adalah diri kita sendiri.  Kita ini harus berpikir.  Tidak hanya datang ke gereja saja tanpa berpikir.  Seharusnya kita berpikir apa yang menghambat perkembangan kita.  Sebenarnya jawabannya adalah karena kita tidak mau keluar dari kotak yang sudah kita anggap benar.  Oleh karena itu, kita tidak bisa meraih hal-hal yang lebih besar.  Mari lihat siapa kita di dalam Tuhan.  Perjumpaan dengan Tuhanlah yang membuat hidup kita tidak biasa-biasa saja.
Apa yang kita pikirkan tentang kemuliaan?  (Roma 8:18).  Itu sesuatu yang sifatnya jasmani atau sesuatu yang ilahi yang dikejar oleh nabi-nabi.  Kita belum banyak mengalami (hidup dalam kemuliaan), tapi terkadang kita sudah tertutup dengan ilah zaman ini sehingga kita berhenti mengejarnya.  Dengan sangat rindu, dunia menantikan anak-anak Tuhan dinyatakan (Roma 8:19).  Mengapa sangat rindu?  Karena manusia sudah ditaklukkan kepada kesia-siaan (Roma 8:20).  Sama seperti apa yang terjadi pada Salomo, ia membangun ini-itu tapi kenyataannya sia-sia.  Jika pengejaran kita hanya sebatas pada hal jasmaniah saja maka kita tidak akan bertemu dengan Tuhan.  Kita mengajak orang ke gereja bukan hanya supaya mereka diberkati, tapi kita ingin memberitakan tentang kerajaan Tuhan.  Sebenarnya bukan manusia yang menginginkan supaya mereka takluk pada kesia-siaan, tapi karena Tuhanlah dengan kemahakuasaan-Nya Dia yang menaklukkan manusia di dalam kesia-siaan hidup.
Kita mau bahwa di dalam hidup ini kita menemukan suatu kehidupan.  Kalau apa yang kita kejar di dunia bisa memberikan hidup yang kekal maka kita tidak perlu mengejar Tuhan.  Pernahkah Saudara tertegun dengan semua yang sudah Saudara kejar?  Ternyata hasilnya hanya seperti itu saja seperti yang dialami Salomo.  Ada perbudakan kebinasaan dan sayangnya jiwa manusia tidak menyadarinya (Roma 8:21).  Namun kita harus sadar bahwa kita bisa mengalami kemerdekaan kemuliaan anak-anak Tuhan.  Manusia tanpa Tuhan itu binasa.  Semua yang jasmani akan mendatangkan kebinasaan, tapi bukan berarti kita tidak boleh mengkonsumsi sesuatu untuk jasmani kita.  Hanya saja itu tidak mendatangkan kekekalan.  Rohlah yang memberi hidup dan daging sama sekali tidak berguna.  Bisa saja pikiran kita hanya sampai pada mengejar kekayaan (bagaimana mendapatkan kekayaan dengan berlimpah-limpah).  Sekarang pertanyaannya, adakah pengejaran kita yang melampaui kekayaan?  Yang lebih tinggi atau mulia dari kekayaan.  Kita harus pelajari tipuan dari kekayaan itu karena jika tidak seumur hidup kita akan diikat oleh kekayaan atau uang.  Ketika kita tidak bisa melepas apa yang kita senangi atau cintai, di situ terlihat siapa tuhan kita.
Beritakanlah Injil dengan segala keagungannya.  Jika Saudara dibawa oleh Tuhan untuk bersaksi di mana saja, bersaksilah dengan berani karena Injil yang Saudara bawa itu bisa menggoncangkan dunia.  Namun apabila kita memberitakan Injil dengan niat ingin menyelamatkan seseorang maka itu bukan Injil.  Injil adalah kekuatan Tuhan yang menyelamatkan.  Dengan supremasinya Tuhan akan meneguhkan Injil itu, dengan atau tanpa kita.  Bukan banyaknya orang yang kita kejar, tetapi kuasa yang bekerja di dalam kita.  Kadang kita suka hidup seenaknya padahal hidup ini sangat berharga.  Kita tidak mau melepaskan apa yang mengikat kita.
Mari lihat kembali perkataan dari Albert Einstein yang di atas.  Siapa yang mengikat kita?  Apa yang mengikat kita?  Dulu kita bangga pernah habis-habisan untuk mengejar Tuhan, sekarang bagaimana?  Apa yang telah mempesona kita?  Fokuslah dengan Injil, bukan pada tanda-tanda dan mujizat karena semua itu hanya menyertai.
Mari kita baca 2 Korintus 4:1-2.  Di situ ada tertulis kata kami, siapakah kami itu?  yaitu orang-orang yang menerima pelayanan yaitu menerima berita Injil.  Kita di dalam jemaat bukan hanya untuk diam dan mendengar saja, tapi untuk pergi memberitakan Injil.  Sadarkan diri Saudara tentang hal itu.  Jangan kita memberitakan Injil karena doorprise (hadiah).  Doorprise tidak pernah menyelamatkan manusia.  Bahkan apabila kita datang ke gereja karena doorprise, itu sungguh memalukan.  Kita memberitakan Injil maupun datang ke gereja bukan untuk kepentingan atau keuntungan pribadi.  Semuanya nanti akan diuji ketika kita memiliki sesuatu.  Siapakah yang menjadi tuhan kita.  Sebenarnya hidup yang paling merdeka adalah ketika kita tidak memiliki apa-apa.  Tidak terikat dengan apapun juga.  Kalau ada sesuatu yang menghalangi kebebasan kita dalam melayani Tuhan, lepaskanlah itu.  Kadang hal baik yang kita buat menutupi yang ilahi.  Waspada dengan tipuan Iblis.  Kalau kita tidak mendalaminya kita bisa bersembunyi dibalik aktivitas yang kita lakukan, tapi kuasa Tuhan tidak nyata bekerja di dalam kita.
Jika setiap hari pengharapan kita pada dunia ini maka kita adalah orang yang sudah binasa (2 Kor. 4:3-4).  Kita sudah binasa karena pikiran kita pada ilah zaman ini.  Banyak orang mengeluh karena tidak percaya.  Kadang kita juga masih mencari kebahagiaan dengan apa yang ada di dunia.  Padahal sesungguhnya bahagia kita adalah karena roh yang hidup, yang menyala-nyala di dalam diri kita.  Lepaskanlah semua yang Saudara miliki dan ikutlah Yesus.  Mengucap syukurlah dengan apa yang ada, baru kuasa Tuhan bisa bekerja.  Yesus adalah gambaran Tuhan, mengapa kamu tetap tidak percaya dan lebih percaya pada kuasa dunia ini yang mungkin lebih menjamin dan kelihatan?  Kita harus sadar bahwa kekayaan tidak menyelamatkan.  Malahan orang kaya dan orang pandai sukar masuk kerajaan sorga.  Jika pikiran kita masih dipenuhi tentang dunia ini maka kita tidak akan memberitakan Injil dengan penuh kuasa.  Yang kita beritakan adalah Yesus Tuhan dengan kemahakuasaan-Nya dan kedasyatan-Nya (2 Kor. 4:5-6).  Berita Injil yang berasal dari roh yang menghidupkan pasti akan terbit terang.  Sangat mahal harga satu jiwa.  Oleh karena itu, ada satu orang bertobat seluruh malaikat di sorga bersorak sorai.
“Tuhan menaklukkan segala makhluk kepada kesia-siaan dengan pengharapan hidup dalam kemuliaan Tuhan” (Dr. Maorice Nicoll).  Ini dikatakan oleh orang yang disebut sebagai pakar pencari batin.   Manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan batin; kehidupan emosionalnya tidak dipuaskan oleh hal-hal dari luar.  Tata kelolanya tidaklah hanya diterangkan dengan memperhatikan adaptasi kehidupan di luar. Ia membutuhkan gagasan-gagasan untuk memberinya arti terhadap keberadaannya. Terdapat sesuatu di dalam dirinya yang bisa bertumbuh dan berkembang – keadaan dirinya yang lebih jauh – yang tidak terletak pada “masa depan”, tetapi di atasnya.  Pernahkah kita merasa hampa karena tidak adanya gagasan-gagasan yang memberi arti?  Berapa banyak manusia yang masih mencari sesuatu yang bisa mengisi kehampaannya?  Mereka berpikir itu bisa membuang kehampaan yang ada di dalam dirinya.  Sebenarnya Tuhanlah yang bisa memberi apa yang menjadi pencarian-pencarian dari batin kita.
Siapa yang akan menerangkan Injil ini kepada orang-orang kalau bukan kita?  (2 Kor. 4:14).  Tenang saja kalau orang-orang itu masih mencari apa yang dari dunia.  Kita tidak perlu memberitakan Injil dengan frustasi.  Merekalah yang seharusnya frustasi dengan kesia-siaan mereka.  Namun apabila mereka bertobat (berpindah dari gelap kepada terang) maka Tuhan turut dimuliakan.  Tuhan tidak dimuliakan dengan pelayanan atau korban kita, tapi oleh orang-orang yang mengucap syukur dan memuji Dia karena sudah berpindah dari kegelapan.  Mari lihat Roma 8:18-21 dalam versi NIV.  Di ayat tersebut Paulus berpikir, mempertimbangkan kemuliaan yang akan diterimanya.  Selanjutnya seluruh ciptaan atau alam semesta ini menantikan anak-anak Tuhan dinyatakan.  Akibat manusia berdosa alam semesta mengalami degenerasi.  Manusia mengeksploitasi alam semesta sedemikian rupa.  Namun alam semesta akan bersukacita jika orang-orang kembali kepada Tuhan dan anak-anak Tuhan dinyatakan.  Kita bukan menjadi pribadi yang merusak, tapi justru pribadi yang memberkati orang lain.
Manusia sudah frustasi dalam hidup ini.  Namun ada pengharapan dalam kefrustasian mereka bahwa mereka akan dimerdekakan dari keterikatan atau kebinasaan mereka. Injillah yang membebaskan manusia dari perbudakan kepada kemerdekaan.  Memang butuh pengorbanan, kesengsaraan,  tapi itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan kita terima.  Orang yang tidak mau menderita karena Injil karena ia tidak melihat kemuliaan dari Injil.  Ingat bahwa pengharapan dalam Tuhan tidak mengecewakan karena kasih Tuhan telah dicurahkan kepada kita oleh Roh Kudus (Roma 5:1-5).  Oleh karena itu, orang yang memiliki kasih agape akan terus berkobar-kobar tanpa melihat keadaan enak atau tidak enak.  Suatu kehormatan kita bisa menjadi hamba Kristus dan menderita bagi Dia.

Khotbah:
Sukaryo Ksatria
Jubilee Semarang