Jangan Mau Dibutakan Oleh Ilah Zaman Ini
Percaya adalah kata yang mudah diucapkan, tapi untuk percaya itu tidak gampang. Misalnya ada orang yang ingin mempunyai seorang anak dan dia membutuhkan mujizat. Dia pasti mencari sedemikian rupa untuk mendapatkan seorang anak. Kita jangan menghakimi orang yang sedang mencari karena bisa saja waktu mereka sudah menemukan, kita tertinggal dari orang yang mencari itu. Carilah kerajaan Tuhan dan kebenaran-Nya. Bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Tuhan mencari makanan, minuman, pakaian, tapi Saudara carilah kerajaan Tuhan dan kebenaran-Nya maka semuanya itu akan ditambahkan.
Mari kita lihat contoh orang yang mencari yaitu Salomo. Apakah Saudara adalah orang yang sungguh-sungguh mencari sesuatu di dunia ini seperti Salomo? Kita perlu menyelidiki siapa diri kita (Pengkotbah 2:3). Salomo membangun istana-istana, taman-taman, dsb (Pengk. 2:4-8). Ia berusaha mencari keindahan-keindahan dari dunia ini. Itulah manusia. Bukankah manusia dalam hidupnya berusaha mencari kebahagiaan? Contohnya adalah kuliah. Saudara kuliah untuk bekerja kemudian Saudara mengumpulkan harta untuk memenuhi berbagai kebutuhan atau mewujudkan impian. Semuanya itu berbicara tentang kebahagiaan. Secara materi Salomo lebih hebat daripada Daud (Pengk. 2:8-10). Suatu ketika setelah Salomo selesai dengan apa yang ia bangun, ia tiba-tiba terdiam. Ia melihat bahwa apa yang ia bangun semuanya sia-sia (Pengk. 2:11).
Kita bisa ada di dalam gereja, tapi sebenarnya pengejaran kita masih yang lain. Itulah sifat dari agamawi. Kita membungkus dengan bagus bagian luarnya saja. Padahal menutupi masalah itu tidak akan membuat kita merdeka. Banyak orang ingin berubah, tetapi tidak bisa berubah. Mengapa? karena mereka tidak bisa melepaskan pandangannya yang dulu atau yang sebelumnya. Mereka sudah tahu bahwa pondasi yang mereka pegang ini membuat masalah, tapi mereka tidak mau melepaskannya. Hikmat-hikmat yang lama harus dibongkar terlebih dulu, baru kita bisa menemukan siapa diri kita yang sesungguhnya. “Nilai sejati dari seorang manusia bisa ditemukan dalam kadar seberapa besar ia telah memperoleh pembebasan dari dirinya” (Albert Einstein). Kenyataannya yang menghambat kita untuk mencapai yang lebih besar adalah diri kita sendiri. Kita ini harus berpikir. Tidak hanya datang ke gereja saja tanpa berpikir. Seharusnya kita berpikir apa yang menghambat perkembangan kita. Sebenarnya jawabannya adalah karena kita tidak mau keluar dari kotak yang sudah kita anggap benar. Oleh karena itu, kita tidak bisa meraih hal-hal yang lebih besar. Mari lihat siapa kita di dalam Tuhan. Perjumpaan dengan Tuhanlah yang membuat hidup kita tidak biasa-biasa saja.
Apa yang kita pikirkan tentang kemuliaan? (Roma 8:18). Itu sesuatu yang sifatnya jasmani atau sesuatu yang ilahi yang dikejar oleh nabi-nabi. Kita belum banyak mengalami (hidup dalam kemuliaan), tapi terkadang kita sudah tertutup dengan ilah zaman ini sehingga kita berhenti mengejarnya. Dengan sangat rindu, dunia menantikan anak-anak Tuhan dinyatakan (Roma 8:19). Mengapa sangat rindu? Karena manusia sudah ditaklukkan kepada kesia-siaan (Roma 8:20). Sama seperti apa yang terjadi pada Salomo, ia membangun ini-itu tapi kenyataannya sia-sia. Jika pengejaran kita hanya sebatas pada hal jasmaniah saja maka kita tidak akan bertemu dengan Tuhan. Kita mengajak orang ke gereja bukan hanya supaya mereka diberkati, tapi kita ingin memberitakan tentang kerajaan Tuhan. Sebenarnya bukan manusia yang menginginkan supaya mereka takluk pada kesia-siaan, tapi karena Tuhanlah dengan kemahakuasaan-Nya Dia yang menaklukkan manusia di dalam kesia-siaan hidup.
Kita mau bahwa di dalam hidup ini kita menemukan suatu kehidupan. Kalau apa yang kita kejar di dunia bisa memberikan hidup yang kekal maka kita tidak perlu mengejar Tuhan. Pernahkah Saudara tertegun dengan semua yang sudah Saudara kejar? Ternyata hasilnya hanya seperti itu saja seperti yang dialami Salomo. Ada perbudakan kebinasaan dan sayangnya jiwa manusia tidak menyadarinya (Roma 8:21). Namun kita harus sadar bahwa kita bisa mengalami kemerdekaan kemuliaan anak-anak Tuhan. Manusia tanpa Tuhan itu binasa. Semua yang jasmani akan mendatangkan kebinasaan, tapi bukan berarti kita tidak boleh mengkonsumsi sesuatu untuk jasmani kita. Hanya saja itu tidak mendatangkan kekekalan. Rohlah yang memberi hidup dan daging sama sekali tidak berguna. Bisa saja pikiran kita hanya sampai pada mengejar kekayaan (bagaimana mendapatkan kekayaan dengan berlimpah-limpah). Sekarang pertanyaannya, adakah pengejaran kita yang melampaui kekayaan? Yang lebih tinggi atau mulia dari kekayaan. Kita harus pelajari tipuan dari kekayaan itu karena jika tidak seumur hidup kita akan diikat oleh kekayaan atau uang. Ketika kita tidak bisa melepas apa yang kita senangi atau cintai, di situ terlihat siapa tuhan kita.
Beritakanlah Injil dengan segala keagungannya. Jika Saudara dibawa oleh Tuhan untuk bersaksi di mana saja, bersaksilah dengan berani karena Injil yang Saudara bawa itu bisa menggoncangkan dunia. Namun apabila kita memberitakan Injil dengan niat ingin menyelamatkan seseorang maka itu bukan Injil. Injil adalah kekuatan Tuhan yang menyelamatkan. Dengan supremasinya Tuhan akan meneguhkan Injil itu, dengan atau tanpa kita. Bukan banyaknya orang yang kita kejar, tetapi kuasa yang bekerja di dalam kita. Kadang kita suka hidup seenaknya padahal hidup ini sangat berharga. Kita tidak mau melepaskan apa yang mengikat kita.
Mari lihat kembali perkataan dari Albert Einstein yang di atas. Siapa yang mengikat kita? Apa yang mengikat kita? Dulu kita bangga pernah habis-habisan untuk mengejar Tuhan, sekarang bagaimana? Apa yang telah mempesona kita? Fokuslah dengan Injil, bukan pada tanda-tanda dan mujizat karena semua itu hanya menyertai.
Mari kita baca 2 Korintus 4:1-2. Di situ ada tertulis kata kami, siapakah kami itu? yaitu orang-orang yang menerima pelayanan yaitu menerima berita Injil. Kita di dalam jemaat bukan hanya untuk diam dan mendengar saja, tapi untuk pergi memberitakan Injil. Sadarkan diri Saudara tentang hal itu. Jangan kita memberitakan Injil karena doorprise (hadiah). Doorprise tidak pernah menyelamatkan manusia. Bahkan apabila kita datang ke gereja karena doorprise, itu sungguh memalukan. Kita memberitakan Injil maupun datang ke gereja bukan untuk kepentingan atau keuntungan pribadi. Semuanya nanti akan diuji ketika kita memiliki sesuatu. Siapakah yang menjadi tuhan kita. Sebenarnya hidup yang paling merdeka adalah ketika kita tidak memiliki apa-apa. Tidak terikat dengan apapun juga. Kalau ada sesuatu yang menghalangi kebebasan kita dalam melayani Tuhan, lepaskanlah itu. Kadang hal baik yang kita buat menutupi yang ilahi. Waspada dengan tipuan Iblis. Kalau kita tidak mendalaminya kita bisa bersembunyi dibalik aktivitas yang kita lakukan, tapi kuasa Tuhan tidak nyata bekerja di dalam kita.
Jika setiap hari pengharapan kita pada dunia ini maka kita adalah orang yang sudah binasa (2 Kor. 4:3-4). Kita sudah binasa karena pikiran kita pada ilah zaman ini. Banyak orang mengeluh karena tidak percaya. Kadang kita juga masih mencari kebahagiaan dengan apa yang ada di dunia. Padahal sesungguhnya bahagia kita adalah karena roh yang hidup, yang menyala-nyala di dalam diri kita. Lepaskanlah semua yang Saudara miliki dan ikutlah Yesus. Mengucap syukurlah dengan apa yang ada, baru kuasa Tuhan bisa bekerja. Yesus adalah gambaran Tuhan, mengapa kamu tetap tidak percaya dan lebih percaya pada kuasa dunia ini yang mungkin lebih menjamin dan kelihatan? Kita harus sadar bahwa kekayaan tidak menyelamatkan. Malahan orang kaya dan orang pandai sukar masuk kerajaan sorga. Jika pikiran kita masih dipenuhi tentang dunia ini maka kita tidak akan memberitakan Injil dengan penuh kuasa. Yang kita beritakan adalah Yesus Tuhan dengan kemahakuasaan-Nya dan kedasyatan-Nya (2 Kor. 4:5-6). Berita Injil yang berasal dari roh yang menghidupkan pasti akan terbit terang. Sangat mahal harga satu jiwa. Oleh karena itu, ada satu orang bertobat seluruh malaikat di sorga bersorak sorai.
“Tuhan menaklukkan segala makhluk kepada kesia-siaan dengan pengharapan hidup dalam kemuliaan Tuhan” (Dr. Maorice Nicoll). Ini dikatakan oleh orang yang disebut sebagai pakar pencari batin. Manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan batin; kehidupan emosionalnya tidak dipuaskan oleh hal-hal dari luar. Tata kelolanya tidaklah hanya diterangkan dengan memperhatikan adaptasi kehidupan di luar. Ia membutuhkan gagasan-gagasan untuk memberinya arti terhadap keberadaannya. Terdapat sesuatu di dalam dirinya yang bisa bertumbuh dan berkembang – keadaan dirinya yang lebih jauh – yang tidak terletak pada “masa depan”, tetapi di atasnya. Pernahkah kita merasa hampa karena tidak adanya gagasan-gagasan yang memberi arti? Berapa banyak manusia yang masih mencari sesuatu yang bisa mengisi kehampaannya? Mereka berpikir itu bisa membuang kehampaan yang ada di dalam dirinya. Sebenarnya Tuhanlah yang bisa memberi apa yang menjadi pencarian-pencarian dari batin kita.
Siapa yang akan menerangkan Injil ini kepada orang-orang kalau bukan kita? (2 Kor. 4:14). Tenang saja kalau orang-orang itu masih mencari apa yang dari dunia. Kita tidak perlu memberitakan Injil dengan frustasi. Merekalah yang seharusnya frustasi dengan kesia-siaan mereka. Namun apabila mereka bertobat (berpindah dari gelap kepada terang) maka Tuhan turut dimuliakan. Tuhan tidak dimuliakan dengan pelayanan atau korban kita, tapi oleh orang-orang yang mengucap syukur dan memuji Dia karena sudah berpindah dari kegelapan. Mari lihat Roma 8:18-21 dalam versi NIV. Di ayat tersebut Paulus berpikir, mempertimbangkan kemuliaan yang akan diterimanya. Selanjutnya seluruh ciptaan atau alam semesta ini menantikan anak-anak Tuhan dinyatakan. Akibat manusia berdosa alam semesta mengalami degenerasi. Manusia mengeksploitasi alam semesta sedemikian rupa. Namun alam semesta akan bersukacita jika orang-orang kembali kepada Tuhan dan anak-anak Tuhan dinyatakan. Kita bukan menjadi pribadi yang merusak, tapi justru pribadi yang memberkati orang lain.
Manusia sudah frustasi dalam hidup ini. Namun ada pengharapan dalam kefrustasian mereka bahwa mereka akan dimerdekakan dari keterikatan atau kebinasaan mereka. Injillah yang membebaskan manusia dari perbudakan kepada kemerdekaan. Memang butuh pengorbanan, kesengsaraan, tapi itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan kita terima. Orang yang tidak mau menderita karena Injil karena ia tidak melihat kemuliaan dari Injil. Ingat bahwa pengharapan dalam Tuhan tidak mengecewakan karena kasih Tuhan telah dicurahkan kepada kita oleh Roh Kudus (Roma 5:1-5). Oleh karena itu, orang yang memiliki kasih agape akan terus berkobar-kobar tanpa melihat keadaan enak atau tidak enak. Suatu kehormatan kita bisa menjadi hamba Kristus dan menderita bagi Dia.
Khotbah:
Sukaryo Ksatria
Jubilee Semarang
0 comments:
Post a Comment