LTT 2015

Jubilee Indonesia.

Go make desciple

Jubilee Indonesia.

LTT 2015

Jubilee Indonesia.

We are Jubilee

Jubilee Indonesia.

Heaven or hell?

Jubilee Indonesia.

Saturday, 31 May 2014

Anak-Anak Tuhan

Anak-Anak Tuhan

Di 2 Korintus 3:17 disebutkan bahwa Tuhan adalah Roh.  Kita bisa bertemu dengan Tuhan jika kita memiliki Roh Tuhan.  Hal itu mustahil bagi manusia kalau mereka tidak dilahirkan kembali.  Di kitab Yohanes pasal 3 dikatakan bahwa “kamu harus dilahirkan kembali”.  Dilahirkan kembali berarti kita menjadi anak Tuhan.  Kita memiliki Roh Kudus yaitu Roh Tuhan itu sendiri yang membuat kita bisa berhubungan dengan Tuhan. 
Dalam Roma 8:1 tertulis tidak ada penghukuman bagi mereka yang hidup di dalam Kristus Yesus.  Dengan kata lain, di luar Kristus Yesus ada penghukuman.  Kita harus sadar jika kita telah dilahirkan kembali maka Kristus sudah ada di dalam kita.  Namun Iblis datang untuk mencuri, membunuh dan membinasakan.  Dia membuat kita lupa bahwa Kristus sudah ada di dalam kita.  Bagi kita yang lupa bahwa Kristus sudah ada dalam kita berarti kita sudah tertipu oleh Iblis.  Dalam ayat tersebut dikatakan “di dalam Kristus Yesus”, di dalam terjemahan Indonesia tidak dijelaskan apa maksud dari “di dalam Kristus Yesus”.  Namun di terjemahan King James Version dijelaskan bahwa “di dalam Kristus Yesus” adalah yang berjalan bukan dalam daging, tapi dalam Roh (who walk not after the flesh, but after the Spirit).  Itulah yang membedakan orang-orang yang hidup di dalam Kristus Yesus karena mereka tidak berjalan di dalam daging.  Kita secara otomatis tidak menyukai hal-hal yang tidak benar.  Namun bukan berarti kita tidak bisa hidup dalam daging lagi.  Oleh karena itu, perjuangan kita sekarang yaitu supaya kita tidak hidup di dalam daging lagi.  Kuncinya adalah kita jangan lupa bahwa Kristus sudah ada dalam kita.  Namun banyak orang berpikir jika seandainya lupa suatu saat bisa ingat lagi.  Mari lihat apa yang dialami oleh Esau.  Esau tidak diterima lagi setelah ia meremehkan hak kesulungannya.  Kita dilahirkan kembali memang sudah menjadi ciptaan yang baru, tetapi kehidupan sebagai orang yang dilahirkan kembali harus terus-menerus terjadi dalam kita.   
Rohlah yang memerdekakan orang dari dosa dan maut (Rom. 8:2).  Orang-orang harus dijelaskan tentang hal ini bahwa yang memerdekakan mereka adalah Roh Tuhan, bukan manusia sehingga mereka harus takut akan Tuhan.  Jika takut akan manusia pasti ada dosa dan maut.  Yesus adalah Tuhan, tapi Ia juga manusia.  Ia mempunyai daging dan juga Roh, tetapi Dia dipimpin oleh Roh (Rom. 8:3-5).  Sama halnya dengan kita.  Kita sudah dilahirkan kembali, memiliki daging dan Roh, tetapi bedanya kita lebih sering dipimpin oleh daging daripada Roh.  Namun bisakah kita dipimpin oleh Roh setiap hari?  Jawabannya adalah bisa!  Orang-orang yang dipimpin oleh Roh tidak mungkin berdosa.  Orang-orang yang dipimpin oleh Roh itulah yang disebut anak-anak Tuhan.  Yesus dikuasai oleh dosa (karena Dia memiliki daging), tapi Dia tidak berdosa karena Dia hidup dipimpin oleh Roh.  Kita juga bisa tidak berdosa jika dipimpin oleh Roh.  Jika tidak dipimpin oleh Roh ya pasti berdosa. 
Orang yang beriman tidak mungkin gagal karena iman mengalahkan dunia.  Yesus sudah kalahkan dosa dan maut jadi kalau Saudara masih lemah, lesu, loyo, itu karena Saudara mengikuti roh yang lain.  Kalaupun Saudara berbuat kesalahan, jangan terus hidup dalam kesalahan Saudara.  Ingat bahwa sudah ada Kristus dalam Saudara.  Jangan mau tertipu oleh Iblis.  Masalahnya memang di dalam pikiran.  Mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging.  Seperti ada pepatah berkata “apa yang kamu pikirkan itulah dirimu”.  Tuhan sudah memberikan Roh yang luar biasa.  Namun jika Saudara memikirkan hal-hal yang bukan dari roh (daging), maka Saudara mendukakan Roh Kudus.  Saudara hanya memikirkan diri sendiri. 
Kita mau hidup dengan Tuhan dengan ada damai sejahtera (Rom. 8:6).  Buat apa hidup dengan Tuhan, tapi tidak damai sejahtera?  Apabila kita beriman hari ini baru kita belajar masa lalu dan percaya masa depan (Rom. 8:7-9).  Yang lama sudah berlalu berarti ya sudah selesai dan sekarang kita beriman.  Kalau tidak beriman hari ini, bagaimana mau belajar tentang masa lalu?  Jika kita terus memikirkan masa lalu berarti kita tidak dalam iman. 

Keputusan hari ini atau keselamatan hari ini sangat berharga sekali.  Kita memang harus berjuang untuk hidup di dalam Roh.  Jangan mau hidup dalam tipuan Iblis terus.  Berjaga-jagalah dan jadilah kuat.  Tidak akan ada yang bisa menghakimi kita kalau kita hidup di dalam Roh.  Daud bisa diremehin oleh kakak-kakaknya, tetapi dia tahu siapa dia di dalam Tuhan.  Tanpa iman itu melumpuhkan.  Sebelumnya mungkin seseorang bisa konyol, tapi kalau orang itu sudah beriman maka orang akan berkata apa.  Kakaknya Daud tahu kekonyolan Daud, tapi itu tidak menghentikan urapan Daud karena Daud tahu bahwa ia anak perjanjian. 
Jika seseorang bukan milik Kristus pasti ia milik Iblis.  Selain itu, seseorang yang hidup menurut daging pasti mati (Rom. 8:10-13).  Hal itu sudah jelas tertulis dalam Alkitab.  Tuhan sudah memberi kuasa kepada kita.  Apa yang kita ikat di bumi akan terikat di sorga dan apa yang kita lepas di bumi akan terlepas di sorga.  Menjadi anak-anak Tuhan tidak ada yang gampangan (Rom. 8:14, Yoh. 1:12-13).  Ada kuasa yang diberikan untuk menjadi anak-anak Tuhan.  Kita percaya Yesus telah kalahkan maut dan dosa dan sekarang kita harus hidup oleh Roh.  Setiap orang yang lahir dari Tuhan tidak berbuat dosa lagi. 
Roh Kudus datang untuk menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman (Yoh. 16:8-11).  Iblis dulunya berkuasa atas kita, tetapi sekarang telah dihukum.  Dan kita yang dipimpin oleh Roh tidak akan berdosa lagi.  Namun jika kita lupa bahwa kita lahir dari Tuhan, kita pasti berdosa lagi (1 Yoh. 3:9).
Setiap orang yang lahir dari Tuhan juga mengasihi (1 Yoh. 4:7-8).  Oleh karena itu, ada iman, pengharapan, dan kasih.  Namun yang terbesar adalah kasih.  Kalau iman, iman mengalahkan dunia (1 Yoh. 5:1-4).  Iman timbul dari pendengaran, pendengaran firman Kristus.  Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.  Sedangkan pengharapan, pengharapan yaitu bahwa kita adalah anak-anak Tuhan.  Seperti Daud yang tahu bahwa ia adalah anak Tuhan.  Oleh karena itu, ia berbeda dan ia pemberani. 
Lahir dari Tuhan bisa untuk tidak berdosa lagi dan Tuhan melindungi dia dari si jahat (1 Yoh. 5:18-21).  Mari beritakan Injil bahwa dunia ada di bawah kuasa si jahat.  Orang-orang harus dilahirkan kembali supaya tidak berada di bawah kuasa si jahat.  Selain itu, jangan ada yang sombong karena di dunia ada yang tidak benar meskipun kita bisa merasa sudah benar.  Oleh karena itu harus ada rasul supaya kita tidak diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran.  Dan ingat bahwa kita harus terus hidup di dalam Roh.  Kalau bukan dari Roh, kita akan membuat berhala.  Bahkan sesuatu yang dari Tuhan bisa dibuat berhala seperti kotbah, puji-pujian, penginjilan, atau hal-hal yang kita suka.  Yang kita kejar bukan hal-hal itu, tapi Yesuslah yang sungguh-sungguh kita inginkan. 
Mari lihat di Yohanes 21:15-17.  Di ayat itu Petrus ditanya oleh Yesus apakah ia mengasihi Yesus dan Petrus menjawab bahwa ia mengasihi Yesus.  Namun jawaban Petrus masih menggunakan kasih fileo dan belum kasih agape.  Kasih Petrus kepada Yesus karena mereka sering bersama-sama.  Lalu Yesus bertanya lagi kepada Petrus dengan pertanyaan yang sama dan pertanyaan-Nya sudah mengarah kepada kasih agape.  Namun jawaban Petrus masih kasih fileo.  Kemudian untuk ketiga kalinya Yesus bertanya dan Petrus baru menjawab dengan kasih agape. Apabila kita mengambil kasih agape berarti ada tanggung jawab.  Seperti Petrus yang harus menggembalakan “domba-domba” Yesus.  Selain itu ada contoh lain yaitu mengampuni.  Kalau sudah mengampuni ya mengampuni, tidak ada balas membalas. Pembalasan adalah haknya Tuhan. Dalam hal memberipun, kadang kita memberi dan mengharap diberi.  Padahal kalau bicara kasih agape tidak seperti itu.  Dari ayat di atas, Yesus menginginkan murid-murid-Nya menggembalakan domba-domba dengan kasih agape dan bukan karena disuruh.  Sebagai anak-anak Tuhan, kita ini dinanti-nantikan karena anak-anak Tuhan mempunyai kuasa untuk memberitakan Injil (Roma 8:19).


Khotbah:
Darwin Egan Lontoh
Jubilee Semarang

Kesaksian Lida

Bertobat dan mengalami kelahiran kembali menjadi ciptaan yang baru menjadi sebuah perjalanan spiritualku
yang mengagumkan bersama Tuhan. Itu menjadi titik di mana aku mulai ingin orang tahu Tuhan seperti apa yang aku sembah, yaitu Tuhan yang mengasihiku, peduli padaku dan pengharapan di dalam-Nya tidak pernah mengecewakan.

Sekalipun harus merasakan perpisahan papa dan mama, kehilangan papa untuk selamanya, dan berbagai kekecewaan yang membawaku dalam kehidupan paling gelap dan kelam termasuk saat harus berpindah tempat tinggal dari Surabaya ke Semarang, dan kehidupan berubah 180 derajat, aku percaya rencana-rencana indah-Nya ada di dalamku. Jika saat ini kamu merasa hidupmu juga seperti itu, mungkin ini saatnya kamu kembali kepada Yesus, satu-satunya Tuhan yang mampu mengembalikan hidupmu dan memberikamu keberanian untuk percaya penuh pada-Nya, karena Dia yang menjamin hidupmu dan hidupku.
Lida – CG Amazing Grace

Friday, 30 May 2014

Rumah Tuhan

Rumah Tuhan

Mari kita buka di Yohanes 2:14-17.  Ayat tersebut berbicara tentang rumah Tuhan.  Daud di Perjanjian Lama ingin membangun bait suci meski sekarang pada zaman Perjanjian Baru Tuhan tidak tinggal di dalam bangunan-bangunan yang dibuat oleh manusia.  Daud begitu ingin dekat dengan Tuhan.  Ayat di atas menceritakan tentang Yesus yang melihat bait Tuhan digunakan untuk berjualan.  Padahal seharusnya bait Tuhan digunakan sebagai rumah doa.  Oleh karena itu, Yesus sangat geram.  Tempat yang mulia dan agung malah digunakan untuk berjualan, bertukar uang, dan sarang penyamun.  Tuhan sebenarnya berbicara tentang rumah-Nya yaitu jemaat-Nya.  Di dalamnya harus ada hadirat Tuhan dan kuasa Tuhan harus dinyatakan (Mat 21:12-14).  Di ‘rumah’ itu orang bisa disembuhkan dari penyakitnya, tapi sebelumnya harus ada yang diusir jika ada sesuatu yang tidak benar.  Di Perjanjian Baru kita harus tahu bahwa Tuhan menjadikan tubuh kita sebagai bait daripada Roh Kudus.   
Kita akan melihat apa tujuan bangsa Israel dikeluarkan dari Mesir.  Dalam Keluaran 7:16, Musa berbicara kepada Firaun supaya bangsa Israel dibebaskan untuk pergi beribadah kepada Tuhan.  Berulang-ulang Tuhan menyatakan bahwa Ia ingin umatnya beribadah kepada-Nya (Kel 8:1, 20).  Namun Firaun tetap berkeras hati.  Tuhanlah yang mengeraskan dan melembutkan hati Firaun supaya bangsa Israel belajar bahwa beribadah kepada Tuhan atau suatu perjumpaan dengan Tuhan itu tidak gampangan.  Waktu itu, mereka tidak mempunyai waktu untuk berjumpa dengan Tuhan karena setiap hari mereka diperbudak.  Kemudian Tuhan mengingat perjanjian-Nya bahwa bangsa Israel adalah umat-Nya sehingga Ia ingin mengeluarkan mereka untuk beribadah kepada Dia.  Sama halnya dengan kita.  Ada tujuan Tuhan mengeluarkan kita dari dosa yaitu supaya kita beribadah kepada-Nya. 
Dalam kitab Kejadian 28:12, 16-17, Yakub melihat tentang masa depan.  Alangkah dashyat dan luar biasanya rumah ini (rumah Tuhan).  Itu berbicara tentang pengejaran kita sekarang.  Apakah kita sungguh-sungguh ingin menjadi tempat kediaman Tuhan.  Hidup kita adalah sebuah pencarian harta yaitu harta rohani (Mat 13:44).  Di dalam hidup ini siapa Tuhan yang Saudara sembah?  (Kej 28:19-22)  Sebelumnya Yakub belum menjadikan Yahweh sebagai Tuhannya.  Yakub hanya tahu bahwa Tuhan Yahweh adalah Tuhan bapanya.  Namun kemudian ia tahu sendiri Yahweh itu dan ia menjadikan Yahweh sebagai Tuhannya.  Setelah itu, Yakub mempersembahkan sepersepuluh hasilnya kepada Tuhan yang ia hormati.  Setiap orang harus mengalami perjumpaan dengan Tuhan.
Sekarang pertanyaannya, apa yang sedang kita bangun?  Seharusnya yang kita bangun adalah tempat di mana Tuhan hadir dan menyatakan kehendak-Nya.  Pada zaman Perjanjian Lama bangsa Israel begitu berharap Tuhan menyertai mereka.  Tanpa penyertaan Tuhan maka mereka melakukan segala sesuatu dengan kekuatan sendiri (Kel 33:15-16).  Musa tahu bahwa perjalanannya akan gagal jika tidak dipimpin dan dibimbing oleh Tuhan.  Apa yang membedakan bangsa Israel dengan bangsa lain?  yaitu Tuhan membimbing mereka.  Begitu juga dengan kita.  Jika Tuhan tidak memimpin dan membimbing kita maka hidup kita akan kosong.  Mungkin kita bisa mencapai seluruh kemegahan dunia ini, tetapi Tuhan tidak membimbing kita. 
Apabila Tuhan mengenal umat-Nya dan memanggil kita dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib maka kita akan dijadikan kerajaan imam.  Mari lihat diri kita, apakah kita orang yang sungguh-sungguh mencari harta yang kekal sifatnya?  Apakah kita rela menjual segala sesuatu untuk mendapatkan harta itu.  Seharusnya yang kita kejar adalah penyertaan Tuhan setiap hari.  Pastikan diri kita,  apakah Tuhan sungguh-sungguh menyertai kita?  Agama Kristen bukanlah jaminan bahwa Tuhan pasti menyertai kita.  Yesus tidak membuat agama, tapi Dia menjadikan kita sebagai tempat kediaman-Nya yang akan menceritakan keagungan-Nya.  Itulah mengapa Yesus geram ketika melihat rumah-Nya menjadi tempat berjualan dan sarang penyamun.  Seharusnya di tempat itulah kemuliaan Tuhan dinyatakan dan menjadi rumah doa segala bangsa.  Kalau kita tidak sungguh-sungguh mengejar dan hanya sekedar datang ibadah maka kita tidak akan pernah memiliki tempat kediaman itu. 
Tuhan banyak berbicara tentang harta rohani karena Tuhan adalah Roh.  Di mana ada Roh Tuhan di situ ada kemerdekaan.  Tuhan ingin membangun tempat kediaman-Nya di muka bumi ini.  Ia ingin menunjukkan bahwa Ia menyertai kita.  Tuhan bisa mengubah beribu-ribu orang, asal ada 2-3 orang yang disertai oleh Dia.  Inilah pengejaran kita.  Kita harus menggali dalam-dalam supaya kita menemukan siapa diri kita di dalam Tuhan.  Jika kita tidak menggali hal yang dari Tuhan maka dunia ini akan lebih menarik daripada Tuhan.   
Kalau ada roh Tuhan kita menjadi manusia lain (1 Samuel 10:5-7).  Berbicara tentang tempat kediaman Tuhan bukan bicara tentang gedung, tetapi pribadi kita.  Tidak tahukan bahwa tubuh Saudara adalah bait daripada Roh Kudus?  Siapa yang ada di dalam Saudara?  (1 Samuel 16:14)  Siapa yang menggerakkan Saudara?  Kalau bukan Roh Tuhan pasti roh lain.  Di kitab Kisah Para Rasul, rasul-rasul penuh dengan Roh Kudus sehingga mereka memberitakan Injil dengan penuh keberanian. Dalam Saul, Roh Tuhan pergi dari padanya karena ia tidak taat. 
Jangan sampai kita menjadi orang yang bentuknya ada, tapi tidak ada roh Tuhan di dalamnya.  Tanpa roh Tuhan kita hanya bermain-main dengan pikiran dan apa yang kita anggap baik.  Padahal kita tidak bisa datang ke Tuhan dengan cara pikir kita.  Ada contoh lain tentang orang yang dipenuhi Roh Tuhan yaitu Gideon.  Karena Roh Tuhan berkuasa atas Gideon maka orang-orang mengikutinya (Hakim-Hakim 6:34). 
Orang yang tidak sungguh-sungguh pasti tidak mencari (Ibrani 11:6).  Orang yang sungguh-sungguh itu pasti mau membayar harga.  Sekarang apa pengejaran Saudara?  Apa yang Saudara impikan?  Apakah sama seperti Abraham?  Yaitu kota yang direncanakan dan dibangun oleh Tuhan (Ibr 11:7, 10).  Itu adalah kota yang akan menjadi tempat kediaman.  Oleh karena itu, kita harus dilahirkan kembali, lahir dari Tuhan (Efesus 2:19-22).  Kalau tidak, kita akan menjadi bangunan yang bukan dari Tuhan.  Kita dijadikan satu menjadi satu anggota keluarga waktu kita dilahirkan kembali.  Di dalam sebuah keluarga kita punya hak untuk saling membangun.  Saudara dibangun untuk menjadi bait Allah yang kudus di dalam Tuhan. 
Daud saja sampai berkata “jangan ambil roh-Mu dari padaku”.  Mengapa Daud ingin membangun bait Tuhan?  Supaya ia bisa mendekat kepada Tuhan.  Daud sudah bicara tentang masa depan bahwa Tuhan tidak akan jauh.  Perjanjian Baru menunjukkan bahwa Tuhan dekat dalam hati dan mulut kita.  Tuhan tinggal di dalam kita sehingga kita memiliki keberanian masuk ke dalam tahta kasih karunia.  Kita menjadi tempat kediaman Tuhan di dalam roh.   
Inilah rahasia kemenangan kita adalah bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati (Kis 13:32-33).  Pada waktu dibangkitkan dari antara orang mati, Ia dilahirkan kembali.  Begitu juga kita, kita telah berdosa, tapi kemudian mengalami kebangkitan, baru kita dilahirkan kembali. 
Rumah Tuhan harus menjadi rumah doa bagi segala bangsa (1 Pet 1:3-4).  Bukan jadi sarang penyamun.  Salomo dulu berdoa bagi Rumah Tuhan dan kemuliaan Tuhan turun sehingga orang berdosa yang datang dosanya diampuni.   Rumah itu jadi kiblat, tapi sekarang rumah itu dihancurkan dan kita yang menjadi rumah Tuhan itu supaya oleh kita bangsa-bangsa akan mendapat berkat.  Namun kita harus terus menguduskan diri supaya kita menjadi rumah doa bukan rumah dosa.  Betapa seriusnya kita harus hidup.  Kita adalah tempat kediaman Tuhan yang menyatakan keagungan-Nya.  Siapa lagi yang akan menjadi contoh kalau bukan orang-orang yang sudah dilahirkan kembali.  Pastikan kita menjadi tempat kediaman Tuhan, kalau tidak kita pasti mencari yang lain yang bukan dari Tuhan.  Dalam 1 Korintus 14:1 terjemahan NIV tertulis “Follow the way of love and eagerly desire spiritual gifts…”.  Arti desire adalah nafsu.  Namun harus ada yang lebih tinggi dari nafsu kita yaitu spiritual gifts (karunia roh).  Karunia roh harus lebih kuat dari nafsu kita.
Sesuatu yang kudus tidak dapat bersatu dengan yang najis (2 Kor 6:16).  Suatu barang saja yang kudus jika terkena yang najis pasti jadi najis.  Tidak ada hubungannya dosa dengan kekudusan, tapi kita sering bermain-main di situ.  Bermain-main di dalam pemikiran kita.  Keluarlah kamu dari yang najis, keluar dari berhala-berhalamu karena setiap kita pasti punya berhala (2 Kor 6:17).  Seperti bangsa Israel waktu akan berperang, mereka harus menguduskan diri mereka dahulu.  Ketika ada penyertaan Tuhan mereka menang, tapi waktu tidak ada mereka kalah.  Di mana ada dosa mereka kalah.  Kita menjadi orang yang percaya diri bukan karena apa yang kita miliki, tapi karena Tuhan menyertai kita.  Jangan jamah yang najis maka Tuhan akan menjadi Bapamu.  Mengapa Saudara tertuduh?  Karena Saudara menjamah dosa.  Kejarlah kekudusan karena tanpa kekudusan Saudara tidak bisa melihat Tuhan.   
Tuhan memiliki janji-janji untuk kita, oleh karena itu mari kita menyucikan diri (2 Kor 7:1).  Ada dua hal tentang Roh Kudus yang perlu kita ketahui:  pertama, jangan mendukakan Roh Kudus dan kedua, jangan padamkan roh.  Apa yang terjadi pada Saul bisa terjadi pada kita, tapi apa yang terjadi pada rasul-rasul juga bisa terjadi pada kita (Kis 1:8).  Saudara tidak perlu takut dengan latar belakang Saudara.  Paulus saja tidak takut dengan latar belakangnya yang penganiaya jemaat.  Keyakinannya tidak pernah goyah bahwa Tuhan menyertai Dia. 
Tempat kediaman Tuhan berarti bicara tentang persembahan (Roma 12:1-2).  Ibadah yang sejati bukanlah korban bakaran, tapi hati yang hancur dan jiwa yang remuk.  Pertobatan yaitu tentang jiwa yang remuk dan hati yang hancur.  Di luar itu hanya ibadah buatan manusia.  Persembahkan tubuhmu dan bukan uangmu.  Dan jangan menjadi serupa dengan dunia.  Kalau serupa maka kita tidak akan bisa memenangkan orang-orang.  Kalau serupa dengan dunia kita juga tidak akan berkuasa.  Jika kita mengasihi dunia ini maka kasih Bapa tidak ada pada kita.  Kita memang hidup di dunia, tapi kita tidak mengasihi dunia ini.  Namun berubahlah oleh pembaharuan budimu.  Berubah yaitu transformasi seperti perubahan dari ulat ke kupu-kupu.  Lihat perjalanan hidup kita, kita mengalami transformasi atau tidak?  Ada tahapan-tahapan dalam hidup kita yang harus terjadi yaitu bisa membedakan kehendak Tuan dari yang baik, berkenan, dan yang sempurna.  Kita harus mengejar dari yang baik sampai yang sempurna.  Kejarlah yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna.   




Khotbah:
Sukaryo Ksatria
Jubilee Semarang

Thursday, 15 May 2014

Web Terkait

Bro & sis ini adalah website lain yang juga memberikan informasi seputar jemaat Jubilee Indonesia
Silahkan di kunjungi dan semoga bermanfaat dan membantu
http://jubilee4surabaya.blogspot.com/
http://penginjilan-jubilee.blogspot.com/
http://www.jubileeforindonesia.org/v1/


Sunday, 11 May 2014

RUANG KESAKSIAN

Sebelum saya bertobat, saya pendendam, pemarah, egois da tidak peduli dengan orang lain. Saya seperti itu karena saya kurang kasih sayang dari orang tua. Saya punya rasa sakit hati kepada ayah saya sehingga tidak nyaman untuk tinggal di rumah. Saya berpikir bahwa saya kuliah untuk tinggal jauh dari ayah saya dan saat
ini saya tinggal di Semarang namun saya tahu masih ada yang belum saya selesaikan yaitu sakit hati dan kecewa pada ayah saya. Singkat cerita pada bulan 12 saya diajak datang ibadah dan saya merasa berbeda. Saya melihat orang-orang yang lepas untuk datang kepada Tuhan dan akhirnya salah satu sister membagikan Injil dan sharing. Mereka membagikan di Yohanes 3:5-7 bahwa Firman itu mengatakan ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.’ Saya tahu bahwa saya belum lahir baru. Saya sadar memang saya berdosa. Semua dosa dan kepahitan itulah yang menjauhkan saya dari Tuhan. Saya butuh keselamatan. Tidak ada pilihan lain. Saya harus bertobat dan mengampuni, memberi diri kepada Tuhan karena saya tahu Tuhan  jauh lebih berharga dari semua yang bisa dikejar orang di dunia dan akhirnya saya dibaptis. Saya benar-benar mendapatkan kelepasan sukacita yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Setelah itu saya menelpon mama saya dan mengatakan bahwa di dalam diri saya sudah ada Roh Tuhan itu. Saya sudah hidup baru dan saya juga sudah mengampuni semua kesalahan yang ayah berikan selama ini dan saya juga mulai mendoakan mama saya karena sakit dan di dalam sakitnya itu Tuhan benar-benar pulihkan dan saya tidak hanya sampai di situ saja. Saya juga bagikan firman kepada teman-teman saya di asrama. Meskipun ada yang belum merespon tapi saya tetap terus untuk menyatakan kebenaran Firman Tuhan. 


Kesaksian:
Juni – Ambassador of Christ
Jubilee Semarang

Membangkitkan Keberanian di dalam Iman

Membangkitkan Keberanian di dalam Iman

“Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.”  (Wahyu 21:8).  Mereka langsung masuk ke dalam lautan api yang menyala-nyala.  Bukan antri dahulu untuk masuk sorga, tapi langsung ke neraka.  Hal itu bukan untuk menakut-nakuti, tetapi kenyataannya di luar Tuhan selalu ada ketakutan yang tidak akan pernah bisa dijawab oleh apapun yang ada di dunia ini.  Agama-agama berusaha menenangkan manusia, tapi tetap saja tidak bisa.  Tanpa Tuhan ketenangan yang sejati tidak akan pernah didapatkan karena masih ada dosa yang bergejolak dalam hatinya.  Berbicara tentang sorga dan neraka itu menggoncangkan kenyamanan orang-orang di luar Tuhan.  Jadi jawabannya adalah pemberitaan Injil.  Memberitakan Injil itu menyelamatkan diri sendiri dan orang lain.  Paulus sampai berkata “celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil”  karena dia tahu bahwa memberitakan Injil itu menyelamatkan dirinya dan orang lain.  Memberitakan Injil bukanlah tugas, tapi kewajiban.  Orang-orang bisa keluar dari apa yang tertulis di Wahyu 21:8 yaitu melalui pemberitaan Injil.
Dalam Efesus 6:19, Paulus menyatakan dirinya dengan berkata “aku”.  Maksudnya ia menyatakan bahwa ia juga harus memberitakan Injil.  Orang bertobat dan dilahirkan kembali tidak hanya senang dengan keadaan yang sudah dibebaskan, tapi ada tanggung jawab untuk memberitakan Injil.  Paulus mengerti dengan tanggung jawab itu.  Apabila kita sudah bertobat dan dilahirkan kembali berarti kita sudah menerima rahasia Injil.  Namun terkadang kita masih takut-takut untuk memberitakan rahasia Injil itu.  Memberitakan Injil memang butuh perjuangan, tapi kenyataannya ini kewajiban yang harus dilakukan bagi orang yang sudah dilahirkan kembali.  Pemberitaan Injil inilah yang Paulus usahakan di manapun dia berada dan apapun keadaannya.  Pemberitaan Injil harus terus meledak-ledak dalam kita karena itu menghidupkan semua orang. 
Selanjutnya kita akan melihat tentang teori dan pengalaman.  Kedua hal itu sangatlah berbeda.  Teori yang benar adalah hasil dari pengalaman yang kemudian diteorikan.  Sedangkan pengalaman itu sendiri sifatnya pribadi.  Sebaliknya, teori bersifat umum.  Pengalaman lebih mahal harganya daripada teori.  Dalam hal Injil juga jangan hanya teori demi teori saja atau sekedar pengajaran karena iman tanpa perbuatan adalah mati.  “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”  (Ibrani 11:1).  Iman yaitu kita percaya pada apa yang Yesus katakan.  Seperti peristiwa pohon ara yang dikutuk oleh Yesus.  Yesus hanya berkata “jikalau kamu punya iman sebesar biji sesawi saja maka kamu bisa memindahkan gunung.”  Itu artinya kita bisa melakukan perkara yang lebih besar lagi.  Bukan malah yang lebih kecil.  Banyak dari kita imannya kandas karena tidak berani melakukan tantangan yang lebih besar lagi.  Dalam Roma 10:17 kita bisa melihat sumber dari iman.  Iman timbul dari pendengaran, pernyataan, dan perkataan firman Kristus.  Jadi iman berasal dari Tuhan berbicara.  Tuhan bisa berbicara setiap saat.  Asal kita menyiapkan telinga kita untuk mendengar dan mentaati Dia.  Jika kita taat, Tuhan akan berbicara supaya kita selamat.  Iman kita pasti bangkit ketika Tuhan berbicara dan kita taat.
Sekarang kita mau melihat tentang kewajiban dalam perlombaan iman.  Ada kewajiban yang harus dilakukan untuk bisa masuk kerajaan sorga.  Lalu apa kewajibannya?  Perlombaan iman.  Perlombaan iman itu wajib sifatnya.  Mari kita lihat di Ibrani 12:1.  Kita bertobat dan dilahirkan kembali untuk memenuhi panggilan sebagai saksi-saksi iman.  Bukan hanya menjadi orang Kristen yang baik atau cukup baik untuk dinilai orang atau dinilai jemaat.  Kita mempunyai banyak saksi seperti awan yang mengelilingi kita.  Mengelilingi berarti itu memenuhi pikiran kita atau menguasai atmosfer di sekitar kita untuk melakukan perkara yang besar.  Tidak ada ketakutan atau ketidakpercayaan di dalamnya. 
Selanjutnya ada banyak beban dan dosa yang merintangi kita.  Namun mengapa tidak ditinggalkan?  Karena kita tidak mau menang.  Kita hanya mau nyaman.  Jangan hanya puas menjadi jemaat Jubilee, tapi tidak pernah menang dalam perlombaan iman.  Perlombaan iman itu harus dilakukan dengan tekun, bukan hanya asal-asalan.  Dari ketekunan itu pasti membuahkan hasil.  Kalau belum ada hasilnya itu karena kurang bertekun.  Kita harus selalu ingat bahwa kita dipanggil untuk menjadi pemenang dan berhasil. 

Berbicara tentang kewajiban dalam perlombaan iman kita akan melihat:
a.  Pengalaman Pendahulu Kita
Kita memiliki banyak saksi dan mereka sudah berpengalaman di dalam iman.  Kita harus membaca, mendengar, dan merenungkan kisah-kisah mereka bersama dengan Tuhan.  Dalam Ibrani 11:4 kita akan melihat kisah orang yang hidup di dalam iman yaitu Habel.  Habel dengan iman mempersembahkan korban yang lebih baik daripada Kain.  Iman adalah persembahan yang terbaik dari segala persembahan yang paling baik.  Iman itu sempurna.  Kalau kita ingin dikenang sampai mati seperti Habel, itu karena iman kita.  Bukan kekayaan kita yang membuat kita dikenang. 
Lalu tentang Simson.  Ia dalam keterpurukan sekalipun tetap berdoa supaya imannya bangkit.  Setelah itu yang mati lebih banyak dua kali lipat daripada waktu keperkasaannya di masa lalu.  Kemudian di Ibrani 11:31, cerita tentang Yosua bersama pengintai lainnya yang diutus untuk mengintai.  Di negeri itu ia masuk ke rumah pelacur yaitu Rahab, tapi bukan untuk melacur.  Malah Rahab yang menyelamatkan Yosua.  Memang ada pelacur yang juga ingin diselamatkan seperti Rahab.  Rahab ingin keluar dari kehidupan yang durhaka itu.   
2.  Pengalaman Kita
Kita bisa berbagi dalam selgrup bagaimana pengalaman kita bertobat, memberitakan Injil, dll.  Namun tidak hanya puas sampai di situ.  Kita juga harus membagikan pengalaman-pengalaman kita yang bergerak di dalam karunia Tuhan.  Tidak hanya bersyukur sudah bertobat dan dilahirkan kembali, tapi kita juga harus mengalami bagaimana bergerak di dalam iman yaitu menaklukkan kerajaan-kerajaan, menutup mulut “singa”, dsb.
3.  Pengalaman Berikutnya
Jangan puas dengan pengalaman yang sudah terjadi.  Kita harus terus mengerjakannya sampai selesai.  Bukan dengan cara kita lagi, tapi caranya Tuhan.  Maukah kita mengalami pengalaman berikutnya yang lebih luar biasa lagi?  Atau kita merasa cukup puas dengan pengalaman pendahulu kita dan itu berhenti menjadi teori bagi kita?  Kesaksian para pendahulu kita itu bermaksud supaya kita melakukannya lagi bahkan yang lebih luar biasa.  Apa yang terjadi dalam Kisah Para Rasul 4:29-31 itu karena karunia Roh bekerja sehingga mereka dianiaya bahkan diancam.  Namun mereka terus bangkit keberaniannya.  Mereka terus meminta keberanian untuk memberitakan Injil.  Sekarang pertanyaannya, apakah doa seperti itu terus Saudara lakukan?  Kalau ya, maka manifestasi-manifestasi akan terus terjadi dan orang yang penuh dengan Roh Kudus tidak akan pernah tinggal diam.  Orang yang dipenuhi Roh Kudus bukanlah orang yang memikirkan masalah yang tidak pernah ada selesainya, tetapi ia adalah orang yang siap melakukan firman Tuhan.  Setela berdoa, mereka memberitakan firman dengan berani, bukan karena kehebatan mereka tapi Roh Kudus. 
Dalam Efesus 6:18-20 masih berbicara tentang pengalaman berikutnya.  Paulus tidak puas dan ia terus pergi ke kota-kota untuk memberitakan rahasia Injil.  Ia merasa tidak cukup dengan satu orang, satu jemaat, atau satu kota.  Paulus ingin seluruh kota percaya terhadap rahasia Injil yang telah dipercayakan kepadanya.  Kita semua perlu berdoa supaya Injil beroleh kemajuan bagi orang percaya.  Orang yang memberitakan bisa terpenjara, tapi firman Tuhan tidak pernah bisa terpenjara.  Firman Tuhan akan terus tersebar.  Di kitab Kisah Para Rasul, kenyamanan jemaat mula-mula diusik dengan penganiayaan sehingga mereka terserak, tapi dari situlah Injil tersebar. 
Apa itu sasaran iman?  Yaitu kita hidup seperti Yesus hidup (Ibr 12:2-3).  Waktu ada hinaan kita harus terus bertekun.  Tidak perlu meladeni hinaan itu karena di dalam hinaan ada sukacita.  Dalam penganiayaan atau kerugian pun ada sukacita.  Itulah pemaknaan hidup yang sejati di dalam Tuhan.  Jadilah kuat supaya Saudara bisa melawan benteng-benteng perlawanan dari pihak orang berdosa.  Bertekunlah karena banyak yang menjadi lemah dan putus asa.  Untuk berhasil kita memang harus mengalami penderitaan dan aniaya.  Segera taati jika Tuhan berbicara maka ledakan-ledakan dalam diri kita akan terus terjadi.  Bukan untuk sombong, tapi untuk menjadi sama seperti Yesus karena Dialah teladan kita, Dialah sasaran iman kita.  Jika kita terus memandang kepada Yesus maka ketakutan, kekuatiran yang begitu merintangi bisa teratasi.  Kita dipanggil untuk menjadi pahlawan-pahlawan iman.  Akan ada banyak rintangan atau tantangan, tapi kita bisa mengatasinya. 


Khotbah:
Hosea Hartono
Jubilee Semarang

Babtisan 27 April 2014

Telah memberi diri dibabtis pada tanggal 27 April 2014
1. Juanda -CG VOT
2. Liani- CG AOG
3. Susi- CG Seteam
4. Hanung- CG God's Army
5. Tri Yuni- CG Bani Yakub
6. Ecclesia- CG The Eagle








Khotbah di PMK UNNES Semarang

Khotbah di PMK UNNES Semarang

Keberanian dengan Iman

Keberanian dengan Iman

Mari kita baca kitab Wahyu 21:8.  Di ayat tersebut berbicara tentang penakut.  Seorang penakut pasti akan mengalami kematian yang kedua.  Kematian pertama yaitu ketika manusia di dalam dosa dan kematian yang kedua yaitu kematian yang kekal.  Kematian kekal ini hanya ada dua tempat yaitu surga dan neraka.  Banyak orang tidak yakin kalau nanti mati akan masuk sorga.  Ada juga yang berpikir mudah-mudahan bisa masuk sorga.  Oleh karena itu, mereka berusaha bekerja atau berbuat baik lebih banyak supaya bisa masuk sorga.  Sedangkan orang Kristen yang hampir mati cepat-cepat mengundang pendeta untuk didoakan supaya masuk sorga. 
Perbedaan orang di dalam Tuhan adalah penakut atau pemberani.  Jika kita bertobat dan dilahirkan kembali, itu adalah perubahan dari penakut ke pemberani.  Kalaupun masih ada ketakutan waktu sudah bertobat, itu artinya ia lupa kalau dirinya pemberani.  Sebelum bertobat dan dilahirkan kembali, kita tidak bisa menjadi pemberani karena sudah ditaklukkan oleh Iblis (dosa).  Manusia sudah berdosa dan kehilangan kemuliaan Tuhan (Roma 3:23).  Jadi meskipun dia kelihatan pemberani seperti petinju Mike Tyson, tapi sebenarnya dia penakut dan bahkan hidupnya kosong.  Oleh karena itu, berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan.  Namun sekarang banyak gereja hanya memberitakan tentang pengampunan dosa karena mereka berharap diampuni dosanya dan kemudian bisa berdosa lagi.   
Di dalam jemaat kita dipastikan bukan menjadi penakut karena penakut tidak bisa masuk ke dalam kerajaan sorga.  Bahkan penakut disamakan dengan percabulan dan juga orang yang tidak percaya.  Kira-kira pemberani yang menurut Tuhan itu seperti apa?  Ada contoh tentang keberanian di dunia.  Misalnya kita ada ujian di sekolah dan kita belajar sesuai dengan materi yang akan diujikan.  Secara dunia, kita tidak akan takut ujian karena kita belajar.  Kalau tidak belajar ya pasti takut.  Namun berani yang dimaksudkan tidak sama dengan berani yang seperti di dunia ini.  Sebenarnya agak mirip yaitu tentang hal persiapan.  Kalau ada persiapan kita tidak akan takut.  Oleh karena itu, kita perlu persiapan supaya tidak gagal.
Tuhan berbicara tentang berani itu bukan berani seperti tentara atau bodyguard.  Ini pemberani yang lebih dari pemberani di dunia.  Keberanian yang bisa membuat kita masuk ke sorga.  Tentara atau bodyguard bisa berani menyelamatkan nyawa orang lain, tapi dia sendiri tidak bisa menyelamatkan nyawanya.  Namun kita bisa menyelamatkan nyawa, jiwa, hidup kita sendiri karena kita berani.  Keberanian yang bukan berasal diri sendiri, tapi keberanian karena kita kenal siapa Tuhan kita.  Umat yang mengenal Tuhannya akan kuat dan bertindak.  Contoh orang yang berani adalah Daud.  Orang yang berani adalah orang yang berani menunjukkan siapa dia.  Keberanian ini tidak perlu sekolah dulu atau kuliah untuk mendapatkannya. 
Kebanyakan dari murid-murid Yesus yang sudah dipilih masih memiliki rasa takut.  Padahal mereka sudah melihat mukjizat, bersama-sama dengan Yesus, tapi tetap saja masih ada yang takut.  Sangat mengerikan kalau sudah bertobat dan dilahirkan kembali masih takut.  Saudara bisa menjadi “lumpuh” karena ketakutan itu.  Jika Saudara sudah bertobat lahir baru dan ada masalah, jangan sampai Saudara jadi penakut.  Sebaliknya, iman Saudara harus bangkit karena iman dapat memindahkan gunung.  Yang membedakan orang berdosa bisa bangkit atau tidak adalah imannya.  Iman membuat Saudara bisa bangkit waktu Saudara lemah.  Bahkan yang mustahil pun bisa terjadi karena iman. 
Keberanian tidak bisa berasal dari manusia karena manusia sudah berdosa dan kehilangan kemuliaan Tuhan.  Roh Kuduslah yang membuat kita berkuasa.  Pasti ada ledakan dalam diri kita karena ada Roh Kudus.  Sesuatu yang mustahil jadi tidak mustahil lagi.  Bahkan dalam keterpurukan kita pun sesuatu yang mustahil bisa terjadi.  Namun bukan berarti kita bisa bermain-main dalam keterpurukan atau dalam dosa.  Rancangan manusia pasti ujungnya maut, tapi rancangan Tuhan memberi hidup.  Tuhan datang untuk memberi hidup, hidup yang berkelimpahan. 

Yang membedakan 11 orang murid dengan 1 murid Yesus yaitu Yudas Iskariot adalah iman mereka.  Miliki iman dalam Tuhan!  Kita tahu bahwa iman bisa menjungkirbalikkan semua hal yang tidak mungkin.  Jangan biarkan diri kita lemah karena lama-lama kita bisa hilang.  Dan suatu saat kita akan menangis karena kita tidak bisa mendapatkannya lagi.  Kita bisa ada waktu lemah, tapi jangan sampai kita lemah.
Mari lihat kata-kata berani dari Alkitab.  Dalam Kisah Para Rasul 4:12,  tertulis hanya dalam nama Yesus ada keselamatan.  Inilah sumber keberanian kita yaitu nama Yesus.  Kisah Para Rasul 4:13, ayat ini tertulis setelah Petrus menyembuhkan seseorang yang lumpuh.  Petrus dan Yohanes berani meskipun mereka orang yang tidak terpelajar.  Di dunia orang-orang yang berani adalah orang-orang yang terpelajar.  Petrus dan Yohanes tidak terpelajar dan seharusnya mereka penakut, tetapi tiba-tiba mereka menjadi pemberani.  Perhatikanlah orang-orang yang baru bertobat dan dilahirkan kembali, mereka pasti beraninya berbeda.  Beraninya bukan berasal dari dunia lagi.  Di kitab Kisah Para Rasul, rasul-rasul berani bukan karena manusia, tapi Tuhan. 
Berani dari dunia dengan berani dari Tuhan itu berbeda (Kis 4:29).  Jika Saudara ingin merasakan dalam roh, waktu memberitakan Injil pasti ada rasa terancam, bukan oleh dunia tapi oleh roh dunia ini.  Ada kata mengancam, tetapi bukan orang yang mengancam melainkan roh.  Para rasul hanya taat kepada Tuhan (Kis 4:19).  Mereka berdoa supaya mereka berani dan berapi-api dalam memberitakan Injil (Kis 4:30-31).  Banyak orang ingin bergabung dengan jemaat mula-mula, tetapi mereka tidak berani dan mereka tidak mau sama seperti jemaat mula-mula (Kis 5:13). 
Di Kisah Para Rasul 9:27 bercerita tentang Paulus diterima oleh Barnabas.  Barnabas membawa Paulus kepada rasul-rasul untuk menunjukkan bahwa Paulus adalah orang yang berani mengajar.  Kita seharusnya memiliki keberanian seperti Paulus.  Keberanian yang jaminannya adalah sorga.  Paulus dan Barnabas memberitakan Injil dengan berani (Kis 9:28, 13:46).  Kita juga harus berani dalam bersaksi dan memberitakan Injil.  Oleh karena mereka dengan berani memberitakan Injil maka Tuhan menguatkan firman yang mereka sampaikan dengan tanda-tanda dan mukjizat (Kis 14:3).  Mari cek diri kita.  Mengapa kita tidak mengalami tanda-tanda dan mukjizat?  Karena ada ketakutan.  Mereka berani terus dalam mengajar tentang hal Tuhan.  Tidak tertulis mereka mengajar dengan sukacita atau lemah lembut, tapi dengan berani (Kis 18:26).  Jangan takut berbicara dengan siapapun jika Saudara di dalam kebenaran.  Orang yang berani akan dituntun oleh Tuhan (Kis 19:8, 23:1, 26:26). 
Di Roma 10:20, tertulis bahwa Yesaya dengan berani berbicara tentang firman Tuhan.  Lalu di Roma 15:15, 15:18, beranilah berbicara tentang apa yang Kristus kerjakan dalam hidup Saudara.  Harus ada alasan mengapa Saudara berani (2 Kor 3:12).  Paulus adalah orang yang sangat berani (2 Kor 10:1-2).  Dia mengajarkan kita untuk jadi berani.  Di 2 kor 10:12, banyak orang Kristen berani membanggakan gerejanya atau jemaatnya padahal sebenarnya mereka penakut.  Jangan sampai kita berani menyanyi di gereja, tapi tidak berani untuk melihat wajah orang.  Lihatlah keberanian orang buta atau perempuan pendarahan itu.  Keberanian mereka bisa menghentikan Yesus untuk melakukan yang mereka minta.
Paulus tidak akan berjalan tanpa keberanian (Efesus 3:12, 6:19-20).  Kita harus memiliki keberanian.  Pemberitaan Injil pasti membutuhkan perjuangan yang berat, tapi banyak gereja berusaha menghilangkan perjuangan yang berat itu dengan penjagaan polisi atau kopasus (Filipi 1:14, 1 Tes 2:2).  Selain itu, kita juga harus berani menghadap tahta Tuhan (Ibr 4:16).  Sejak darah Yesus dicurahkan sudah ada kekuatan dan keberanian untuk datang kepada-Nya (Ibr 10:19).  Dalam 1 Yohanes 2:28, 3:21, 4:17, 5:14 berbicara tentang keberanian juga.  Kita harus memiliki keberanian di dalam Kristus karena penakut tidak bisa masuk ke dalam kerajaan Tuhan. 



Khotbah:
Darwin Egan Lontoh
Jubilee Semarang








Friday, 2 May 2014

Info Babtisan

Telah memberi diri dibabtis
Ari Samuel
Kamis 1 Mei 2014

Info babtisan

Telah memberi diri dibabtis 20 April 2014



Sahabat Kampus @SMK Tarcisius 2

>>Sahabat Kampus @SMK Tarcisius 2<<
Pada hari Kamis, 24 April 2014 Sahabat Kampus mengadakan seminar tentang dunia kerja dan wirausaha di SMK Tarcisus 2 dengan pembicara Bastian dan Hosea. Seminar ini dihadiri oleh siswa kelas 12 kurang lebih sebanyak 50 siswa.

Hidup Dalam Kuasa Kebangkitan Kristus

Hidup Dalam Kuasa Kebangkitan Kristus

Minggu lalu kita memperingati hari kebangkitan Yesus Kristus.  Dalam bahasa Inggrisnya disebut pass over.  Asal istilah pass over berasal dari peristiwa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir.  Pass over artinya melewati.  Setelah bangsa Israel keluar dari Mesir, mereka harus menyembelih kambing domba.  Lalu darahnya dioleskan pada daun pintu sehingga ketika malaikat maut datang, malaikat itu hanya melewatinya saja dan anak sulung mereka tidak mati.  Sedangkan anak sulung bangsa Mesir mati karena tidak memiliki tanda darah pada daun pintunya.  Kita juga akan berbicara tentang percikan darah.  Kalau kita tidak mempunyai percikan darah maka kita sama seperti anak sulung Mesir yang mati ketika malaikat maut datang.  Darah itu bisa berteriak, seperti darah Habel yang masih berteriak kepada Tuhan setelah ia dibunuh oleh Kain.  Demikian halnya dengan darah Yesus.  Ada dua teriakan yang terjadi ketika darah Yesus dicurahkan yaitu pertama apabila Saudara tidak percaya maka Saudara ada dalam hukuman.  Yang kedua apabila Saudara percaya maka Saudara akan diselamatkan.  Waktu kita memberitakan Injil kepada orang, firman atau darah itu berteriak kalau mereka tidak percaya maka memandang tetap di dalam hukuman. 
Dahulu manusia menyelesaikan dosanya dengan darah binatang karena binatang tidak berdosa.  Itu zaman Perjanjian Lama lalu bagaimana dengan sekarang?  Bagaimana manusia bisa selesai dengan dosa-dosanya?  Yaitu harus ada darah yang dicurahkan dari korban yang tidak berdosa yaitu Yesus.  Semua manusia di dunia yang lahir dari keinginan seorang laki-laki itu berdosa.  Oleh karena itu hanya Yesus yang bisa menebus dosa manusia. 
Mengapa orang tidak memberitakan Injil?  Karena ada dua hal yang berteriak padanya ketika memberitakan Injil yaitu keselamatan atau penghukuman.  Ada konsekuensi di dalamnya ketika seseorang sudah tahu dan mengecap kebaikan Tuhan yaitu tidak ada korban yang bisa menghapus dosa ketika ia berbuat dosa lagi.  Jika ia tidak tahu dan belum pernah mengecap kebaikan Tuhan maka ia tidak mendapat konsekuensi itu.  Ada sebuah film bagus berjudul Transcendent.  Dari situ kita bisa melihat bahwa manusia ingin sama seperti Tuhan yang bisa mengendalikan apapun di dunia ini.  Kalau keinginan itu tidak ditundukkan maka daging kita tidak akan mau melakukan perintah Tuhan.
Mari perhatikan baik-baik hidup kita.  Hidup ini begitu nyata.  Kalau kita tidak berpegang pada keselamatan maka kita bisa jatuh.  Namun di firman Tuhan dikatakan bahwa kita diselamatkan bukan dengan usaha kita, tapi oleh iman kita.  Bukan dengan usaha kita untuk menjaga hidup kita kudus, tapi iman kitalah yang menyelamatkan. 
Jika tidak ada kebangkitan Yesus Kristus maka kelahiran pun tidak ada (1 Petrus 1:3).  Mengapa Saudara percaya bahwa Saudara bisa menjadi anak-anak Tuhan?  karena ada kebangkitan Yesus dari antara orang mati.  Kita diarahkan kepada hidup yang penuh pengharapan.  Oleh karena itu, orang yang lahir baru bukanlah orang yang mukanya loyo, minta dikasihani atau yang hidupnya merana terus.  Kalau pada nyatanya masih seperti itu, dengan kata lain ia belum bertobat karena cara pikirnya belum berubah.  Inilah hidup yang penuh pengharapan yaitu hidup yang tidak dapat binasa (1 Pet 1:4).  Kalau kita memandang kepada Kristus maka hidup kita pasti diubahkan.  Itulah mengapa kita bergirang karena Yesus telah bangkit dan kita diubahkan.
Ketika kita memberitakan Injil kepada orang, benih firman itu ditabur (Roma 10:8).  Benih itu hidup.  Yang terjadi kita tinggal menunggu benih itu bertumbuh.  Jangan menganggap sepele waktu kita berbicara firman kepada orang. 
Dari Matius 16:17 kita bisa melihat bahwa segala sesuatu yang kita hidupi harus berdasarkan pernyataan Tuhan.  Diluar pernyataan Tuhan maka itu hanya pernyataan yang berasal dari manusia.  Kemudian di Matius 16:18 Yesus berbicara tentang masa depan Petrus.  Apakah waktu Yesus berbicara itu sudah terjadi?  Belum.  Malahan setelah itu Petrus menyangkal Yesus, tetapi Yesus sudah melihat masa depan.

 Waktu Tuhan menabur benih, Ia sudah melihat masa depan.  Sama seperti kita ketika menabur benih firman kepada seseorang.  Kita melihat dengan iman untuk masa depannya.  Bukan melihat apa yang terjadi sekarang dengan segala situasinya.  Berbicara tentang iman berarti kita sudah menciptakan masa yang akan datang.  Iman adalah dasar dari segala sesuatu  yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. 
Dalam apa yang tertulis di Roma 10:9 dijelaskan bahwa harus ada pernyataan yang keluar dari mulut kita yang menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan.  Waktu kita berbicara, alam semesta mendengar dan itu menjadi saksi bagi kita.  Kita tidak bisa berkata “yang penting hatiku dengan Tuhan”.  Harus ada saksi yang melihat dan mendengar pernyataan kita. 
Bagaimana Tuhan menyelesaikan dosa manusia (1 petrus 1:1-2)?
Ada tiga hal yaitu:
1.  Pengudusan yang dilakukan oleh pekerjaan Roh.
Jadi kita tidak bisa menjadi benar atau kudus dengan usaha sendiri.  Sehingga apabila kita berkata “aku mau bertobat, tapi nanti takut jatuh lagi”.  Itu berarti kita hanya memikirkan apa yang dari manusia padahal semuanya itu hanya bisa dikerjakan oleh Roh.  Tidak ada manusia yang baik kecuali Tuhan yang membuatnya menjadi baik karena semua manusia sudah berdosa.  Tuhan adalah Roh sehingga Ia yang mengerjakan pengudusan itu.  Pengudusan itu sifatnya progresif.  Oleh karena itu, kita tidak langsung tiba-tiba menjadi kudus dan sempurna.  Biarkan Tuhan yang terus mengerjakan pengudusan itu di dalam kita karena kadang masih ada hal-hal yang kita simpan-simpan.  Tanpa pengudusan maka tidak heran kita tidak tampil dengan kuasa.  
2. Taat kepada Yesus Kristus. 
Kita dipilih supaya kita taat kepada Yesus.  Ia mempunyai rancangan yang akan dikerjakan bagi setiap kita.  Kita memiliki destiny (takdir) yang harus kita jalani.  Seolah-olah kita tidak bisa lari kemana-mana karena kita ditakdirkan ada di dalam jemaat ini dan untuk mentaati Tuhan.  Di sini tidak ada independent atau berjalan sendiri.  Setiap orang yang dipilih Tuhan adalah hamba Tuhan dan kita juga menjadi teladan bagi orang-orang yang mau mengikut Kristus. 
Mengapa kita bisa semangat?  Karena kita mengikuti orang yang semangat.  Pemimpin kita bersemangat maka kita bersemangat.  Sebaliknya pemimpin kita loyo maka kita juga loyo.  Kita tidak bisa berkata “saya hanya mengikut Tuhan dan tidak perlu ada orang yang memimpin saya”.  Kita perlu dimuridkan karena kita tidak bisa semangat sendiri tanpa ada contoh bagaimana semangat itu.  Jangan takut menuntun orang kepada keselamatan.  Jangan takut menjadi teladan bagaimana semangat kepada Tuhan.
3.  Menerima percikan darah-Nya. 
Tuhan memberi percikan darah bagi semua orang, tetapi tidak semua orang menerimanya.  Di dalam 1 Petrus 1:18 tertulis bahwa semua orang mempunyai warisan yang tidak bisa dielakkan yaitu hidup yang sia-sia.  Namun kita telah ditebus dari hidup yang sia-sia dengan darah yang sangat mahal.  Kalau kita menganggap remeh atau rendah percikan darah Kristus maka tidak heran hidup kita lemah.  Sama seperti Esau yang menganggap rendah hak kesulungannya. 
Mari cek hidup kita, adakah ketiga hal di atas ada dalam hidup kita?  Kalau tidak ada maka keselamatan kita berada di ujung tanduk.  Selain itu, bagi kita yang sudah dilahirkan kembali, kalau masih ada dosa atau masalah, bertobatlah dan selesaikan.  Bertobat juga jika kita ada kemalasan, ketidakefektifan, atau dosa-dosa tersembunyi yang kita lakukan.  Kembalilah kepada kasih yang mula-mula.  Beritakanlah kabar tentang pertobatan dan pengampunan dosa karena itu yang harus dinyatakan di tengah-tengah dunia ini maka akan ada banyak orang dilahirkan kembali.

Khotbah:
Sukaryo Ksatria
Jubilee Semarang