Friday, 2 May 2014

Hidup Dalam Kuasa Kebangkitan Kristus

Hidup Dalam Kuasa Kebangkitan Kristus

Minggu lalu kita memperingati hari kebangkitan Yesus Kristus.  Dalam bahasa Inggrisnya disebut pass over.  Asal istilah pass over berasal dari peristiwa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir.  Pass over artinya melewati.  Setelah bangsa Israel keluar dari Mesir, mereka harus menyembelih kambing domba.  Lalu darahnya dioleskan pada daun pintu sehingga ketika malaikat maut datang, malaikat itu hanya melewatinya saja dan anak sulung mereka tidak mati.  Sedangkan anak sulung bangsa Mesir mati karena tidak memiliki tanda darah pada daun pintunya.  Kita juga akan berbicara tentang percikan darah.  Kalau kita tidak mempunyai percikan darah maka kita sama seperti anak sulung Mesir yang mati ketika malaikat maut datang.  Darah itu bisa berteriak, seperti darah Habel yang masih berteriak kepada Tuhan setelah ia dibunuh oleh Kain.  Demikian halnya dengan darah Yesus.  Ada dua teriakan yang terjadi ketika darah Yesus dicurahkan yaitu pertama apabila Saudara tidak percaya maka Saudara ada dalam hukuman.  Yang kedua apabila Saudara percaya maka Saudara akan diselamatkan.  Waktu kita memberitakan Injil kepada orang, firman atau darah itu berteriak kalau mereka tidak percaya maka memandang tetap di dalam hukuman. 
Dahulu manusia menyelesaikan dosanya dengan darah binatang karena binatang tidak berdosa.  Itu zaman Perjanjian Lama lalu bagaimana dengan sekarang?  Bagaimana manusia bisa selesai dengan dosa-dosanya?  Yaitu harus ada darah yang dicurahkan dari korban yang tidak berdosa yaitu Yesus.  Semua manusia di dunia yang lahir dari keinginan seorang laki-laki itu berdosa.  Oleh karena itu hanya Yesus yang bisa menebus dosa manusia. 
Mengapa orang tidak memberitakan Injil?  Karena ada dua hal yang berteriak padanya ketika memberitakan Injil yaitu keselamatan atau penghukuman.  Ada konsekuensi di dalamnya ketika seseorang sudah tahu dan mengecap kebaikan Tuhan yaitu tidak ada korban yang bisa menghapus dosa ketika ia berbuat dosa lagi.  Jika ia tidak tahu dan belum pernah mengecap kebaikan Tuhan maka ia tidak mendapat konsekuensi itu.  Ada sebuah film bagus berjudul Transcendent.  Dari situ kita bisa melihat bahwa manusia ingin sama seperti Tuhan yang bisa mengendalikan apapun di dunia ini.  Kalau keinginan itu tidak ditundukkan maka daging kita tidak akan mau melakukan perintah Tuhan.
Mari perhatikan baik-baik hidup kita.  Hidup ini begitu nyata.  Kalau kita tidak berpegang pada keselamatan maka kita bisa jatuh.  Namun di firman Tuhan dikatakan bahwa kita diselamatkan bukan dengan usaha kita, tapi oleh iman kita.  Bukan dengan usaha kita untuk menjaga hidup kita kudus, tapi iman kitalah yang menyelamatkan. 
Jika tidak ada kebangkitan Yesus Kristus maka kelahiran pun tidak ada (1 Petrus 1:3).  Mengapa Saudara percaya bahwa Saudara bisa menjadi anak-anak Tuhan?  karena ada kebangkitan Yesus dari antara orang mati.  Kita diarahkan kepada hidup yang penuh pengharapan.  Oleh karena itu, orang yang lahir baru bukanlah orang yang mukanya loyo, minta dikasihani atau yang hidupnya merana terus.  Kalau pada nyatanya masih seperti itu, dengan kata lain ia belum bertobat karena cara pikirnya belum berubah.  Inilah hidup yang penuh pengharapan yaitu hidup yang tidak dapat binasa (1 Pet 1:4).  Kalau kita memandang kepada Kristus maka hidup kita pasti diubahkan.  Itulah mengapa kita bergirang karena Yesus telah bangkit dan kita diubahkan.
Ketika kita memberitakan Injil kepada orang, benih firman itu ditabur (Roma 10:8).  Benih itu hidup.  Yang terjadi kita tinggal menunggu benih itu bertumbuh.  Jangan menganggap sepele waktu kita berbicara firman kepada orang. 
Dari Matius 16:17 kita bisa melihat bahwa segala sesuatu yang kita hidupi harus berdasarkan pernyataan Tuhan.  Diluar pernyataan Tuhan maka itu hanya pernyataan yang berasal dari manusia.  Kemudian di Matius 16:18 Yesus berbicara tentang masa depan Petrus.  Apakah waktu Yesus berbicara itu sudah terjadi?  Belum.  Malahan setelah itu Petrus menyangkal Yesus, tetapi Yesus sudah melihat masa depan.

 Waktu Tuhan menabur benih, Ia sudah melihat masa depan.  Sama seperti kita ketika menabur benih firman kepada seseorang.  Kita melihat dengan iman untuk masa depannya.  Bukan melihat apa yang terjadi sekarang dengan segala situasinya.  Berbicara tentang iman berarti kita sudah menciptakan masa yang akan datang.  Iman adalah dasar dari segala sesuatu  yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. 
Dalam apa yang tertulis di Roma 10:9 dijelaskan bahwa harus ada pernyataan yang keluar dari mulut kita yang menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan.  Waktu kita berbicara, alam semesta mendengar dan itu menjadi saksi bagi kita.  Kita tidak bisa berkata “yang penting hatiku dengan Tuhan”.  Harus ada saksi yang melihat dan mendengar pernyataan kita. 
Bagaimana Tuhan menyelesaikan dosa manusia (1 petrus 1:1-2)?
Ada tiga hal yaitu:
1.  Pengudusan yang dilakukan oleh pekerjaan Roh.
Jadi kita tidak bisa menjadi benar atau kudus dengan usaha sendiri.  Sehingga apabila kita berkata “aku mau bertobat, tapi nanti takut jatuh lagi”.  Itu berarti kita hanya memikirkan apa yang dari manusia padahal semuanya itu hanya bisa dikerjakan oleh Roh.  Tidak ada manusia yang baik kecuali Tuhan yang membuatnya menjadi baik karena semua manusia sudah berdosa.  Tuhan adalah Roh sehingga Ia yang mengerjakan pengudusan itu.  Pengudusan itu sifatnya progresif.  Oleh karena itu, kita tidak langsung tiba-tiba menjadi kudus dan sempurna.  Biarkan Tuhan yang terus mengerjakan pengudusan itu di dalam kita karena kadang masih ada hal-hal yang kita simpan-simpan.  Tanpa pengudusan maka tidak heran kita tidak tampil dengan kuasa.  
2. Taat kepada Yesus Kristus. 
Kita dipilih supaya kita taat kepada Yesus.  Ia mempunyai rancangan yang akan dikerjakan bagi setiap kita.  Kita memiliki destiny (takdir) yang harus kita jalani.  Seolah-olah kita tidak bisa lari kemana-mana karena kita ditakdirkan ada di dalam jemaat ini dan untuk mentaati Tuhan.  Di sini tidak ada independent atau berjalan sendiri.  Setiap orang yang dipilih Tuhan adalah hamba Tuhan dan kita juga menjadi teladan bagi orang-orang yang mau mengikut Kristus. 
Mengapa kita bisa semangat?  Karena kita mengikuti orang yang semangat.  Pemimpin kita bersemangat maka kita bersemangat.  Sebaliknya pemimpin kita loyo maka kita juga loyo.  Kita tidak bisa berkata “saya hanya mengikut Tuhan dan tidak perlu ada orang yang memimpin saya”.  Kita perlu dimuridkan karena kita tidak bisa semangat sendiri tanpa ada contoh bagaimana semangat itu.  Jangan takut menuntun orang kepada keselamatan.  Jangan takut menjadi teladan bagaimana semangat kepada Tuhan.
3.  Menerima percikan darah-Nya. 
Tuhan memberi percikan darah bagi semua orang, tetapi tidak semua orang menerimanya.  Di dalam 1 Petrus 1:18 tertulis bahwa semua orang mempunyai warisan yang tidak bisa dielakkan yaitu hidup yang sia-sia.  Namun kita telah ditebus dari hidup yang sia-sia dengan darah yang sangat mahal.  Kalau kita menganggap remeh atau rendah percikan darah Kristus maka tidak heran hidup kita lemah.  Sama seperti Esau yang menganggap rendah hak kesulungannya. 
Mari cek hidup kita, adakah ketiga hal di atas ada dalam hidup kita?  Kalau tidak ada maka keselamatan kita berada di ujung tanduk.  Selain itu, bagi kita yang sudah dilahirkan kembali, kalau masih ada dosa atau masalah, bertobatlah dan selesaikan.  Bertobat juga jika kita ada kemalasan, ketidakefektifan, atau dosa-dosa tersembunyi yang kita lakukan.  Kembalilah kepada kasih yang mula-mula.  Beritakanlah kabar tentang pertobatan dan pengampunan dosa karena itu yang harus dinyatakan di tengah-tengah dunia ini maka akan ada banyak orang dilahirkan kembali.

Khotbah:
Sukaryo Ksatria
Jubilee Semarang

0 comments:

Post a Comment