Friday, 30 May 2014

Rumah Tuhan

Rumah Tuhan

Mari kita buka di Yohanes 2:14-17.  Ayat tersebut berbicara tentang rumah Tuhan.  Daud di Perjanjian Lama ingin membangun bait suci meski sekarang pada zaman Perjanjian Baru Tuhan tidak tinggal di dalam bangunan-bangunan yang dibuat oleh manusia.  Daud begitu ingin dekat dengan Tuhan.  Ayat di atas menceritakan tentang Yesus yang melihat bait Tuhan digunakan untuk berjualan.  Padahal seharusnya bait Tuhan digunakan sebagai rumah doa.  Oleh karena itu, Yesus sangat geram.  Tempat yang mulia dan agung malah digunakan untuk berjualan, bertukar uang, dan sarang penyamun.  Tuhan sebenarnya berbicara tentang rumah-Nya yaitu jemaat-Nya.  Di dalamnya harus ada hadirat Tuhan dan kuasa Tuhan harus dinyatakan (Mat 21:12-14).  Di ‘rumah’ itu orang bisa disembuhkan dari penyakitnya, tapi sebelumnya harus ada yang diusir jika ada sesuatu yang tidak benar.  Di Perjanjian Baru kita harus tahu bahwa Tuhan menjadikan tubuh kita sebagai bait daripada Roh Kudus.   
Kita akan melihat apa tujuan bangsa Israel dikeluarkan dari Mesir.  Dalam Keluaran 7:16, Musa berbicara kepada Firaun supaya bangsa Israel dibebaskan untuk pergi beribadah kepada Tuhan.  Berulang-ulang Tuhan menyatakan bahwa Ia ingin umatnya beribadah kepada-Nya (Kel 8:1, 20).  Namun Firaun tetap berkeras hati.  Tuhanlah yang mengeraskan dan melembutkan hati Firaun supaya bangsa Israel belajar bahwa beribadah kepada Tuhan atau suatu perjumpaan dengan Tuhan itu tidak gampangan.  Waktu itu, mereka tidak mempunyai waktu untuk berjumpa dengan Tuhan karena setiap hari mereka diperbudak.  Kemudian Tuhan mengingat perjanjian-Nya bahwa bangsa Israel adalah umat-Nya sehingga Ia ingin mengeluarkan mereka untuk beribadah kepada Dia.  Sama halnya dengan kita.  Ada tujuan Tuhan mengeluarkan kita dari dosa yaitu supaya kita beribadah kepada-Nya. 
Dalam kitab Kejadian 28:12, 16-17, Yakub melihat tentang masa depan.  Alangkah dashyat dan luar biasanya rumah ini (rumah Tuhan).  Itu berbicara tentang pengejaran kita sekarang.  Apakah kita sungguh-sungguh ingin menjadi tempat kediaman Tuhan.  Hidup kita adalah sebuah pencarian harta yaitu harta rohani (Mat 13:44).  Di dalam hidup ini siapa Tuhan yang Saudara sembah?  (Kej 28:19-22)  Sebelumnya Yakub belum menjadikan Yahweh sebagai Tuhannya.  Yakub hanya tahu bahwa Tuhan Yahweh adalah Tuhan bapanya.  Namun kemudian ia tahu sendiri Yahweh itu dan ia menjadikan Yahweh sebagai Tuhannya.  Setelah itu, Yakub mempersembahkan sepersepuluh hasilnya kepada Tuhan yang ia hormati.  Setiap orang harus mengalami perjumpaan dengan Tuhan.
Sekarang pertanyaannya, apa yang sedang kita bangun?  Seharusnya yang kita bangun adalah tempat di mana Tuhan hadir dan menyatakan kehendak-Nya.  Pada zaman Perjanjian Lama bangsa Israel begitu berharap Tuhan menyertai mereka.  Tanpa penyertaan Tuhan maka mereka melakukan segala sesuatu dengan kekuatan sendiri (Kel 33:15-16).  Musa tahu bahwa perjalanannya akan gagal jika tidak dipimpin dan dibimbing oleh Tuhan.  Apa yang membedakan bangsa Israel dengan bangsa lain?  yaitu Tuhan membimbing mereka.  Begitu juga dengan kita.  Jika Tuhan tidak memimpin dan membimbing kita maka hidup kita akan kosong.  Mungkin kita bisa mencapai seluruh kemegahan dunia ini, tetapi Tuhan tidak membimbing kita. 
Apabila Tuhan mengenal umat-Nya dan memanggil kita dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib maka kita akan dijadikan kerajaan imam.  Mari lihat diri kita, apakah kita orang yang sungguh-sungguh mencari harta yang kekal sifatnya?  Apakah kita rela menjual segala sesuatu untuk mendapatkan harta itu.  Seharusnya yang kita kejar adalah penyertaan Tuhan setiap hari.  Pastikan diri kita,  apakah Tuhan sungguh-sungguh menyertai kita?  Agama Kristen bukanlah jaminan bahwa Tuhan pasti menyertai kita.  Yesus tidak membuat agama, tapi Dia menjadikan kita sebagai tempat kediaman-Nya yang akan menceritakan keagungan-Nya.  Itulah mengapa Yesus geram ketika melihat rumah-Nya menjadi tempat berjualan dan sarang penyamun.  Seharusnya di tempat itulah kemuliaan Tuhan dinyatakan dan menjadi rumah doa segala bangsa.  Kalau kita tidak sungguh-sungguh mengejar dan hanya sekedar datang ibadah maka kita tidak akan pernah memiliki tempat kediaman itu. 
Tuhan banyak berbicara tentang harta rohani karena Tuhan adalah Roh.  Di mana ada Roh Tuhan di situ ada kemerdekaan.  Tuhan ingin membangun tempat kediaman-Nya di muka bumi ini.  Ia ingin menunjukkan bahwa Ia menyertai kita.  Tuhan bisa mengubah beribu-ribu orang, asal ada 2-3 orang yang disertai oleh Dia.  Inilah pengejaran kita.  Kita harus menggali dalam-dalam supaya kita menemukan siapa diri kita di dalam Tuhan.  Jika kita tidak menggali hal yang dari Tuhan maka dunia ini akan lebih menarik daripada Tuhan.   
Kalau ada roh Tuhan kita menjadi manusia lain (1 Samuel 10:5-7).  Berbicara tentang tempat kediaman Tuhan bukan bicara tentang gedung, tetapi pribadi kita.  Tidak tahukan bahwa tubuh Saudara adalah bait daripada Roh Kudus?  Siapa yang ada di dalam Saudara?  (1 Samuel 16:14)  Siapa yang menggerakkan Saudara?  Kalau bukan Roh Tuhan pasti roh lain.  Di kitab Kisah Para Rasul, rasul-rasul penuh dengan Roh Kudus sehingga mereka memberitakan Injil dengan penuh keberanian. Dalam Saul, Roh Tuhan pergi dari padanya karena ia tidak taat. 
Jangan sampai kita menjadi orang yang bentuknya ada, tapi tidak ada roh Tuhan di dalamnya.  Tanpa roh Tuhan kita hanya bermain-main dengan pikiran dan apa yang kita anggap baik.  Padahal kita tidak bisa datang ke Tuhan dengan cara pikir kita.  Ada contoh lain tentang orang yang dipenuhi Roh Tuhan yaitu Gideon.  Karena Roh Tuhan berkuasa atas Gideon maka orang-orang mengikutinya (Hakim-Hakim 6:34). 
Orang yang tidak sungguh-sungguh pasti tidak mencari (Ibrani 11:6).  Orang yang sungguh-sungguh itu pasti mau membayar harga.  Sekarang apa pengejaran Saudara?  Apa yang Saudara impikan?  Apakah sama seperti Abraham?  Yaitu kota yang direncanakan dan dibangun oleh Tuhan (Ibr 11:7, 10).  Itu adalah kota yang akan menjadi tempat kediaman.  Oleh karena itu, kita harus dilahirkan kembali, lahir dari Tuhan (Efesus 2:19-22).  Kalau tidak, kita akan menjadi bangunan yang bukan dari Tuhan.  Kita dijadikan satu menjadi satu anggota keluarga waktu kita dilahirkan kembali.  Di dalam sebuah keluarga kita punya hak untuk saling membangun.  Saudara dibangun untuk menjadi bait Allah yang kudus di dalam Tuhan. 
Daud saja sampai berkata “jangan ambil roh-Mu dari padaku”.  Mengapa Daud ingin membangun bait Tuhan?  Supaya ia bisa mendekat kepada Tuhan.  Daud sudah bicara tentang masa depan bahwa Tuhan tidak akan jauh.  Perjanjian Baru menunjukkan bahwa Tuhan dekat dalam hati dan mulut kita.  Tuhan tinggal di dalam kita sehingga kita memiliki keberanian masuk ke dalam tahta kasih karunia.  Kita menjadi tempat kediaman Tuhan di dalam roh.   
Inilah rahasia kemenangan kita adalah bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati (Kis 13:32-33).  Pada waktu dibangkitkan dari antara orang mati, Ia dilahirkan kembali.  Begitu juga kita, kita telah berdosa, tapi kemudian mengalami kebangkitan, baru kita dilahirkan kembali. 
Rumah Tuhan harus menjadi rumah doa bagi segala bangsa (1 Pet 1:3-4).  Bukan jadi sarang penyamun.  Salomo dulu berdoa bagi Rumah Tuhan dan kemuliaan Tuhan turun sehingga orang berdosa yang datang dosanya diampuni.   Rumah itu jadi kiblat, tapi sekarang rumah itu dihancurkan dan kita yang menjadi rumah Tuhan itu supaya oleh kita bangsa-bangsa akan mendapat berkat.  Namun kita harus terus menguduskan diri supaya kita menjadi rumah doa bukan rumah dosa.  Betapa seriusnya kita harus hidup.  Kita adalah tempat kediaman Tuhan yang menyatakan keagungan-Nya.  Siapa lagi yang akan menjadi contoh kalau bukan orang-orang yang sudah dilahirkan kembali.  Pastikan kita menjadi tempat kediaman Tuhan, kalau tidak kita pasti mencari yang lain yang bukan dari Tuhan.  Dalam 1 Korintus 14:1 terjemahan NIV tertulis “Follow the way of love and eagerly desire spiritual gifts…”.  Arti desire adalah nafsu.  Namun harus ada yang lebih tinggi dari nafsu kita yaitu spiritual gifts (karunia roh).  Karunia roh harus lebih kuat dari nafsu kita.
Sesuatu yang kudus tidak dapat bersatu dengan yang najis (2 Kor 6:16).  Suatu barang saja yang kudus jika terkena yang najis pasti jadi najis.  Tidak ada hubungannya dosa dengan kekudusan, tapi kita sering bermain-main di situ.  Bermain-main di dalam pemikiran kita.  Keluarlah kamu dari yang najis, keluar dari berhala-berhalamu karena setiap kita pasti punya berhala (2 Kor 6:17).  Seperti bangsa Israel waktu akan berperang, mereka harus menguduskan diri mereka dahulu.  Ketika ada penyertaan Tuhan mereka menang, tapi waktu tidak ada mereka kalah.  Di mana ada dosa mereka kalah.  Kita menjadi orang yang percaya diri bukan karena apa yang kita miliki, tapi karena Tuhan menyertai kita.  Jangan jamah yang najis maka Tuhan akan menjadi Bapamu.  Mengapa Saudara tertuduh?  Karena Saudara menjamah dosa.  Kejarlah kekudusan karena tanpa kekudusan Saudara tidak bisa melihat Tuhan.   
Tuhan memiliki janji-janji untuk kita, oleh karena itu mari kita menyucikan diri (2 Kor 7:1).  Ada dua hal tentang Roh Kudus yang perlu kita ketahui:  pertama, jangan mendukakan Roh Kudus dan kedua, jangan padamkan roh.  Apa yang terjadi pada Saul bisa terjadi pada kita, tapi apa yang terjadi pada rasul-rasul juga bisa terjadi pada kita (Kis 1:8).  Saudara tidak perlu takut dengan latar belakang Saudara.  Paulus saja tidak takut dengan latar belakangnya yang penganiaya jemaat.  Keyakinannya tidak pernah goyah bahwa Tuhan menyertai Dia. 
Tempat kediaman Tuhan berarti bicara tentang persembahan (Roma 12:1-2).  Ibadah yang sejati bukanlah korban bakaran, tapi hati yang hancur dan jiwa yang remuk.  Pertobatan yaitu tentang jiwa yang remuk dan hati yang hancur.  Di luar itu hanya ibadah buatan manusia.  Persembahkan tubuhmu dan bukan uangmu.  Dan jangan menjadi serupa dengan dunia.  Kalau serupa maka kita tidak akan bisa memenangkan orang-orang.  Kalau serupa dengan dunia kita juga tidak akan berkuasa.  Jika kita mengasihi dunia ini maka kasih Bapa tidak ada pada kita.  Kita memang hidup di dunia, tapi kita tidak mengasihi dunia ini.  Namun berubahlah oleh pembaharuan budimu.  Berubah yaitu transformasi seperti perubahan dari ulat ke kupu-kupu.  Lihat perjalanan hidup kita, kita mengalami transformasi atau tidak?  Ada tahapan-tahapan dalam hidup kita yang harus terjadi yaitu bisa membedakan kehendak Tuan dari yang baik, berkenan, dan yang sempurna.  Kita harus mengejar dari yang baik sampai yang sempurna.  Kejarlah yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna.   




Khotbah:
Sukaryo Ksatria
Jubilee Semarang

0 comments:

Post a Comment