Pewahyuan, Perjumpaan dengan Tuhan, Kuasa, & Tujuan
Ada suatu pernyataan dari hamba Tuhan yang bernama Bill Johnson. Dalam pernyataan itu menjelaskan bahwa kekristenan disebut agama pewahyuan karena bukan berasal dari manusia. Itu diberikan oleh Tuhan untuk keselamatan manusia. Agama lain bisa muncul karena manusia yang membuatnya. Namun agama Kristen pun bisa menjadi buatan manusia jika mereka mengajarkan bahwa Yesus bukanlah jalannya. Kekristenan dimulai dari Tuhan dan Ia tidak meninggalkan sebuah sistem. Dimulai dari pertobatan kelahiran kembali kemudian kita menerima Roh-Nya dan Roh itu yang mengajarkan, membimbing kita untuk melakukan kehendak-Nya karena tidak ada satupun dari kita yang bisa melakukan perintah-Nya tanpa Roh Kudus. Ingat cerita tentang Hawa yang dilarang makan buah pengetahuan baik dan jahat, tapi dia tetap memakannya? Hal itu terjadi karena dia ditipu oleh Iblis. Pikiran Hawa ditipu. Pikiranlah yang mengendalikan dia. Hawa ditipu yaitu jika dia memakan buah itu maka dia tidak akan mati dan memang dia tidak mati, tetapi hubungannya dengan Tuhan terputus. Lalu untuk kembali berhubungan dengan Tuhan, Tuhanlah yang memulai, bukan manusia. Tuhan memberi jalan kepada manusia untuk kembali jika manusia mau percaya.
Pewahyuan apa pun dari firman Tuhan yang tidak membawa kita kepada perjumpaan dengan Tuhan hanya membuat kita menjadi lebih agamawi. Gereja tidak bisa memiliki “bentuk tanpa kuasa”, karena itu menciptakan orang-orang Kristen tanpa tujuan (Bill Johnson). Ada beberapa kata yang penting dari pernyataan Bill Johnson yaitu pewahyuan, perjumpaan dengan Tuhan, kuasa, dan tujuan. Pewahyuan berasal dari firman Tuhan dan itu diberikan kepada orang khusus (bukan sembarang orang). Jika kita pernah mendapat pewahyuan bukan berarti kita terus mendapat pewahyuan. Semua itu bergantung pada iman kita. Iman timbul dari pendengaran firman Kristus. Pewahyuan disebut juga visi. Tuhan bukakan visi (pewahyuan) bukan hanya untuk dilihat, tapi untuk dilakukan. Visi tidak bisa dilakukan tanpa kuasa dan tanpa diurapi.
Di dalam Wahyu pasal 12 ada 4 hal untuk kita hidup di dalam pewahyuan (visi) yaitu keselamatan, kuasa, pemerintahan Tuhan kita, dan kuasa yang diurapi-Nya. Kita tidak tergila-gila dengan visi, tapi kita bisa melakukan visi karena ada hubungan dengan Tuhan. Kita bisa lakukan karena Tuhan sudah lakukan. Tidak mungkin kita bisa lakukan tanpa Tuhan lakukan terlebih dahulu. Di Wahyu 12:11 dikatakan karena darah anak domba, kesaksian, tidak mengasihi nyawa sampai kealam maut (sudah mati dengan cara sendiri), kita bisa lakukan visi. Kita bersaksi bukan hanya sekedar kata-kata, tetapi kita ingin hal itu terjadi. Kita bersaksi karena kita sudah mengalaminya sehingga kesaksian kita bukan hanya definisi. Zaman sekarang banyak pengajar terfokus pada apa yang mereka ajarkan, tetapi mereka tidak pernah melakukannya atau menjadi teladan (1 Kor 11:1). Mereka hanya mau mengajarkan, tetapi kita yang lakukan. Dengan kata lain, kita diberikan konsep atau bentuk tapi tanpa ada hubungan dengan Tuhan. Sama halnya dengan kita bisa menjelaskan kepada orang tentang Tuhan tapi kita tidak pernah bertemu dengan Tuhan. Manusia bisa membuat konsep, tapi tidak ada hubungan dengan Tuhan. Manusia bisa datang ke gereja hanya karena suatu doktrin. Namun kita datang ke jemaat (Jubilee) bukan karena Jubileenya, pujian atau kotbahnya. Kita ada di dalam jemaat ini karena kita bertobat dan dilahirkan kembali. Kita datang ke gereja bukan karena ada orang berkata gereja ini bagus atau karena berkat, tapi kita datang karena ada hubungan dengan Tuhan. Kita terlahir di dunia ini karena ada dua orang yang berhubungan. Di dunia kita bisa berhubungan dengan Tuhan atau dengan Iblis. Ada baik dan jahat. Mengikuti hukum atau tidak. Sudah bertobat lahir baru pun tetap ada positif dan negatif.
Kembali ke pernyataan Bill Johnson. Kita datang ke gereja dan mendengar firman menjadikan kita agamawi atau kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan? Manusia sudah jatuh ke dalam dosa dan kehilangan kemuliaan Tuhan (Roma 3:23). Sadarkah Saudara jika hal itu merusak cara pikir kita? Hati kita menjadi keras sehingga Tuhan harus memberi hati yang baru dan roh yang baru. Tuhan mengasihi manusia sehingga Ia berinisiatif untuk membuka jalan supaya manusia bisa kembali kepada-Nya. Tidak ada inisiatif yang berasal dari manusia. Kita hanya beriman dan itu membuat kita bisa bertemu dengan dengan Tuhan. Kelahiran kembali adalah permulaan kita bisa berhubungan dengan Tuhan dan kita akan disebut sebagai anak jika kita terus berhubungan dengan-Nya.
Dalam pernyataan Bill Johnson disebutkan ada pewahyuan, perjumpaan dengan Tuhan, kuasa, dan tujuan. Kita mendengar, melakukan, dan menghasilkan.
Suatu hubungan pasti menghasilkan, sedangkan bentuk tidak menghasilkan. Kita bisa berjumpa dengan Tuhan karena ada orang yang memberitahukan kepada kita. Setelah itu, baru kita memperoleh kuasa. Kemudian baru hidup kita ada tujuan. Kita bertobat dan dilahirkan kembali karena ada yang menyatakan. Orang itu diutus, datang, dan menyatakan kepada kita, bukan melalui media.
Waktu kita baca ayat di 1 Korintus 4:1, kita harus tangkap ayat ini dengan spirit. Oleh karena itu, kita harus dilahirkan kembali supaya memiliki spirit itu. Tuhan memberikan rahasia kepada kita. Sedangkan kepada orang di luar sana Tuhan memberi perumpamaan. Itupun belum tentu mereka mengerti karena mereka belum tentu menginginkan.
Rahasia tidak sembarangan diberikan. Di Alkitab dikatakan rahasia diberikan kepada jemaat-Nya, tidak bisa semua orang. Di Yohanes 7:14-18 berbicara tentang kesaksian Yesus tentang diri-Nya. Orang Yahudi tahu bahwa Yesus hanya seorang tukang kayu, tapi Dia memiliki pengetahuan sedemikian hebat tanpa belajar. Lalu apa rahasianya? Mari kita lihat di ayat 16, “…Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku”. Inilah pewahyuan dan kuasa. Mengapa Yesus berbeda? Karena Dia bertemu dengan Tuhan, dan berkata bahwa ajaran-Nya bukan berasal dari diri-Nya sendiri. Dalam Amsal 29:18 dikatakan berbahagialah orang yang berpegang pada hukum. Maksud hukum di ayat ini adalah Tuhan. Paulus menjadi orang yang berbeda karena perjumpaan dengan Tuhan dan dia juga menerima kuasa. Apabila kita sudah dewasa (secara rohani) maka kita akan tahu perkataan Yesus berasal dari Tuhan atau diri-Nya sendiri. Manusia jika tanpa Tuhan maka hidupnya hanya untuk dirinya sendiri. Mencari hormat untuk dirinya sendiri. Namun barangsiapa mencari hormat bagi Dia maka ia benar dan tidak ada ketidakbenaran di dalam dia.
Inilah cara pandang Tuhan ketika melihat seseorang (1 Kor 2:1-2). Tuhan tidak melihat masalahnya, tetapi Dia melihat Kristus yang ada pada orang itu. Begitu juga dengan kita jika kita memiliki cara pandang seperti Tuhan. Jika kita bertemu dengan orang yang bermasalah dan masalah itu selesai maka kita tidak akan memikirkan lagi masalahnya karena kita melihat Kristus yang di dalam dia. Kita tidak perlu membuat peraturan dan berkata “jangan lakukan lagi” karena tanpa kita berkata seperti itu Tuhan sudah berbicara kepadanya. Paulus berkata ia datang dalam kelemahan kepada jemaatnya, tetapi sebenarnya rohnya kuat (1 Kor 2:3-5). Secara daging ia lemah, tapi secara Roh ia kuat. Mengapa? Karena perkataan Paulus tidak disampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh. Iman kita juga jangan bergantung pada hikmat manusia. Apabila seseorang berjumpa dengan Tuhan, imannya pasti bergantung pada Tuhan. Kuncinya adalah merendahkan diri karena sifat manusia suka mengatur (1 Kor 4:6). Merendahkan diri dan biarkan Tuhan yang mengatur. Selain itu, manusia harus ditegor karena kecenderungan manusia jalan sendiri (1 Kor 4:14). Kita sekarang bisa beriman bukan karena Darwin, tapi kita tahu bahwa apa yang ia bagikan berasal dari Yesus Kristus (1 Kor 4:15-17).
Karena ada pemberitaan Injil maka kita diselamatkan (Wahyu 12:10-11). Ada orang yang diutus. Pertama keselamatan, kedua kita menerima kuasa (sama seperti pernyataan Bill Jonson). Yang ketiga adalah pemerintahan Tuhan kita. Kalau kita sudah di dalam jemaat Tuhan, kita tidak mudah diserang oleh Iblis karena ada pemerintahan Tuhan kita. Yang terakhir yaitu kekuasaan yang diurapi-Nya. Ini adalah orang-orang yang memiliki Kristus di dalam mereka. Jika kita perhatikan, banyak gereja sudah kehilangan pemerintahan Tuhan kita yaitu kerasulan. Banyak gereja berdiri karena konsep atau doktrin. Gereja seperti itu berbeda dengan gereja yang dimulai dari satu orang diutus karena pewahyuan. Sumbernya adalah Yesus. Oleh karena itu, hidup yang kekal yaitu kita mengenal satu-satunya Tuhan yang benar dan Yesus yang diutus.
Bagaimana bisa orang Farisi dikatakan Yesus tidak tahu kitab suci (Mat 22:29)? Sebenarnya arti kata mengerti di ayat ini dari bahasa aslinya adalah pengalaman pribadi (berjumpa dengan Tuhan). Tidak mengerti berarti tidak berjumpa dengan Tuhan. Seperti yang tertulis di Yohanes 5:39-40, tidak mengalami sama dengan tidak lahir kembali. Kita bisa tahu apa yang tertulis, tapi tidak mengalami apa yang tertulis seperti orang Farisi itu. Oleh karena itu, berbeda apa yang diajarkan oleh pemimpin-pemimpin yang diurapi dengan pemimpin yang hanya mengajar saja. Mari lihat perbedaannya.
Belajar tapi tidak melakukan hanya membuat kita menjadi agamawi. Apabila yang dibagikan bukan pewahyuan dan bukan karena perjumpaan dengan Tuhan maka itu akan membuat kita menjadi agamawi. Jika kita pulang dari gereja dan tidak melakukan apa yang dikotbahkan maka kita akan jadi orang agamawi. Nikodemus seorang pemimpin agama tapi tidak pernah berjumpa dengan Tuhan. Sedangkan perempuan Samaria, yang punya lima suami dan yang tinggal dengannya bukan suaminya, ia mencari keselamatan itu dan ia menemukannya. Ia berjumpa dengan Tuhan. Nikodemus berjumpa dengan Tuhan secara jasmani, tapi tidak secara roh. Perempuan Samaria bertemu dengan Yesus secara jasmani dan ia juga bertemu dengan Tuhan yang adalah roh.
Selanjutnya inilah buah dari apa yang kita dengar. Kita pergi karena kita diutus sehingga bukan hanya dengan kata-kata pengajaran, tapi dengan kuasa (Mat. 4:23, 9:35). Pertama adalah mengajar, kedua memberitakan Injil kerajaan Tuhan (memberitakan tentang Yesus), ketiga melenyapkan penyakit dan kelemahan (demonstrasi). Jika ketiga hal di atas tidak terjadi maka kita bukan hamba-hamba Tuhan yang pergi dengan kuasa. Kita yang perkatakan, tapi Tuhan yang lakukan (Yoh. 14:10). Memang kita yang mengusir setan, melenyapkan kelemahan, tapi sebenarnya Yesus yang lakukan. Secara rohani kita melihat bukan kita lagi yang lakukan, tapi karena ada kuasa supranatural. Secara duniawi, kita perlu berhikmat apabila berurusan dengan mamon. Jangan kita kuatir dengan hal jasmani. Itu urusan Tuhan. Yang menjadi bagian kita adalah cari kerajaan Tuhan dan kebenaran-Nya maka semuanya akan ditambahkan. Yang harus kita lakukan adalah bagian kita dan kobarkan karunia-karunia roh.
Khotbah:
Darwin Egan Lontoh
Jubilee Semarang