Monday, 4 August 2014

Kuasa Roh Kudus yang Mengalir Keluar

Kuasa Roh Kudus yang Mengalir Keluar 

Siapa yang tidak senang kalau diberkati?  Kita semua pasti senang jika diberkati (Yer 17:7).  Di kitab Yeremia ini dikatakan diberkatilah orang yang mengandalkan kekuatannya kepada Tuhan.  Hasil keberkatan dari Tuhan ialah dia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran sungai dan tidak berhenti menghasilkan buah.  Seharusnya hidup kekristenan kita mengacu pada menghasilkan buah.  Kebanyakan orang Kristen sekarang berpikir ‘yang penting percaya Yesus’ dan bagi mereka itu cukup.  Setelah itu, hidupnya tidak menghasilkan buah.  Bagaimana kita bisa dikenali sebagai murid-murid Tuhan?  Yaitu dengan berbuah banyak (Yoh 15:8).  Kalau kekristenan kita tidak berbuah maka kita tidak bisa dikenali karena dari buahnyalah kita bisa dikenali.  Buah ini bukan hanya bicara buah-buah roh, tapi segala macam buah yang bersumber dari Tuhan.  Buah yang kita hasilkan yang berasal dari Tuhan bisa dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita.  Kita harus belajar bahwa hidup di dunia ini kita tidak sendiri.  Kita menjadi terang dan garam dunia, menjadi teladan atau contoh bagi mereka (Wahyu 22:1-2).
Jika kita renungkan, kita ini banyak menabur tapi kadang-kadang kita ganggu benih itu.  Kita tidak sabar karena benih itu tidak segera bertumbuh.  Akhirnya kita pindah ke tanah lain lalu tidak tumbuh lagi kemudian kita pindah lagi.  Kita perlu belajar bahwa benih itu adalah firman Tuhan.  Kita harus membiarkan benih itu berproses atau bertumbuh sampai menghasilkan buah.  Kita sering tidak sabar dan ingin cepat menghasilkan buah.
Tuhan memang senang dengan keberbuahan dan Ia menginginkan kita berbuah.  Mana ada seorang petani yang menanam padi hanya mau pohonnya saja, tapi padinya tidak.  Dalam Lukas 4:18-19 ada pekerjaan yang terjadi dan Tuhanlah yang menginginkan untuk terjadi, bukan kita.  Tuhanlah yang menginginkan keberbuahan.  Inilah buah itu yaitu kita melepaskan orang yang tertawan, memberitakan kabar baik, menyembuhkan orang sakit,dsb.  Apa gunanya hidup untuk diri sendiri?  Senang sendiri atau susah sendiri.  Kita hidup untuk menghasilkan buah dan buah itu bisa dinikmati, dikecap, dirasakan oleh dunia ini.  Kalau tidak bisa dirasakan maka orang-orang tidak bisa datang kepada Tuhan karena kita adalah alat yang dipakai Tuhan untuk menuntun bangsa-bangsa kembali kepada-Nya.  Buah ini berbicara tentang pekerjaan jasmani maupun rohani.  Terus beritakanlah kabar baik itu.  Mungkin waktu Saudara menabur firman Tuhan kepada seseorang, dia merasa hidupnya belum membutuhkan Tuhan karena hidupnya baik-baik saja.  Namun jika Saudara terus bertekun maka Tuhan akan mereka-reka peristiwa demi peristiwa yang akan menuntun dia untuk percaya pada firman yang Saudara tabur.
Bapa di sorga adalah pemilik atau pengusaha dari pokok anggur (Yoh 15:1).  Mana ada pengusaha yang tidak menginginkan hasil dari usahanya.  Tuhan menginginkan buah daripada kita.  Di dalam proses berbuah Tuhan ingin berperkara pada kita (Yoh 15:2).  Jika kita belum berbuah dan masih ada kasih karunia, maka kita diberi waktu supaya kita dapat berbuah.  Kita adalah tanamannya Tuhan.  Kita dibersihkan dan dirawat supaya lebih banyak berbuah.  Ketika dilahirkan kembali hidup kita memang sudah bersih oleh firman Tuhan (Yoh 15:3).  Namun hidup kita tidak berhenti sampai bersih saja, suci atau kudus, tapi kita juga harus berbuah.  Memang waktu dibersihkan, dipotong, itu tidak enak.  Ada ego-ego yang harus ditanggalkan dan dilepaskan karena kecenderungan kita berjalan semau kita sendiri.
Di dalam dunia pekerjaan kita tidak bisa berjalan semau kita sendiri supaya dunia melihat bahwa Tuhan di dalam kita dan kita di dalam Tuhan.  Coba bayangkan apabila kita mengaku anak Tuhan, tapi di tempat kerja kita menipu dan malas.  Berikan yang terbaik di tempat kerja kita.  Waktunya bekerja ya bekerja.  Jangan sampai disuruh bekerja malah membaca Alkitab.  Kalau seperti itu berarti buahmu tidak bisa dikecap oleh orang lain.
Apabila kita tidak berbuah maka kita perlu cek.  Kita juga perlu cek waktu kita memberitakan Injil.  Kalau ada firman dan Roh Kudus dalam kita maka orang pasti hormat karena firman itu lebih benar daripada hikmat manusia.  Coba perhatikan jika orang menolak.  Dia menolak kebenarannya atau kitanya.  Kita tidak hanya benar di hadapan Tuhan saja, tapi kita juga harus benar di hadapan manusia.  Kita perlu memastikan bahwa Tuhan benar-benar ada (kita di dalam Tuhan, Tuhan di dalam kita) sehingga kita memberitakan tentang Dia, bukan diri kita sendiri (Yoh 15:4).  Dalam pemberitaan Injil kita
tidak dituntut untuk berbuah, tapi secara otomatis buah itu muncul karena buah itu adalah hasil dari persekutuan kita dengan Tuhan.  Kita tidak bisa berbuah dari diri kita sendiri.  Keberbuahan sama seperti hukum gravitasi yaitu ada kepastian.  Jika sebuah benda dilempar ke atas maka benda itu akan jatuh ke bumi.  Sama halnya dengan keberbuahan, kalau kita tinggal di dalam Tuhan dan Tuhan di dalam kita maka kita pasti berbuah.  Apabila di dalam pemikiran kita selalu merasa dituntut untuk menghasilkan buah maka itu bukan dari Tuhan karena Tuhan tidak pernah menuntut kita untuk berbuah.  Tuhan hanya menunjukkan kalau kita di dalam Tuhan dan Tuhan di dalam kita maka kita pasti berbuah.  Di luar Tuhan kita tidak mampu berbuah (Yoh 15:5).  Di luar Tuhan kita tidak berkuasa.  Oleh karena itu, tidak ada yang bisa sombong kalau ada yang berbuah karena Tuhan yang mereka-reka.  Hidup dengan Tuhan bukan karena kerja keras kita.  Itu adalah kasih karunia.  Di dunia kita terbiasa dengan kerja keras.  Gaji kita naik karena kerja keras, tapi hidup dengan Tuhan tidak seperti itu.
Jika kita tidak berbuah hidup kita tidak berguna (Yoh 15:6).  Harus ada kesadaran dalam kita, kita ini hidup untuk merusak orang lain atau berguna bagi orang lain.  Di luar sana kita berhadapan dengan realitas, tekanan dan kita harus menang.  Ketika ditawari dosa, kita menang terhadap dosa atau kalah.  Kita harus minta kepada Tuhan buah itu karena jika tidak kita akan berusaha menggenapi sendiri apa yang kita minta (Yoh 15:7-8).  Tuhan bukan Tuhan kalau kita mengandalkan kekuatan sendiri.  Oleh karena itu dikatakan diberkatilah orang yang berharap, bersandar kepada Tuhan.  Tanpa Tuhan, apa yang kita kerjakan tidak ada apa-apanya.  Jika kita memberitakan kebenaran firman Tuhan, tidak mungkin benih itu mati.  Jangan ganggu benih itu.  Tuhan yang mereka-reka peristiwa demi peristiwa untuk menuntun orang kepada pertobatan.  Kita harus sungguh-sungguh bergantung dan tinggal di dalam Tuhan (surrender all).  Meski nyatanya tidak mudah tinggal dalam Tuhan.  Daging kita sebenarnya menolak untuk tinggal di dalam Tuhan.  Coba perhatikan berapa banyak orang kecewa karena dia berpikir Tuhan tidak menjawab permintaannya.  Kalau dia kecewa, itu karena dia tidak tinggal dalam Tuhan.  Namun  apabila kita tinggal dalam Tuhan maka kita akan mengerti.
Keberbuahan adalah sesuatu yang sudah pasti karena Tuhan sudah menetapkan (Yoh 15:16).  Waktu kita lihat hidup kita kering dan tidak berbuah, coba cek, kita pasti tidak tinggal di dalam Tuhan.  Di dalam aliran air hidup itu pasti ada yang tersumbat.  Tuhan menginginkan kita berbuah banyak karena dari situlah Ia dipermuliakan.  Bagaimana bisa Tuhan dipermuliakan kalau yang menjadi umat-Nya atau anaknya tidak berbuah?
Ada suatu perumpamaan dalam Matius 13:1-23.  Tuhan tidak menjelaskan perumpamaan kepada pendengar, tapi kepada murid-murid-Nya Ia menjelaskan perumpamaan itu (ayat 1-11).  Kemudian di ayat 12 dijelaskan jika kita mempunyai harta kerajaan sorga maka kita semakin diberi, tapi kalau kita tidak punya maka akan semakin diambil.  Hal itu terjadi supaya manusia mencari Tuhan.  Tuhan akan berikan bagi orang yang mencari dengan sungguh-sungguh.  Tuhan hanya mau menjelaskan kepada orang yang mengerti karena orang yang mengerti pasti datang untuk bertanya (ayat 13).  Tuhan tidak mungkin mau memberi kepada orang yang cuek.  Tuhan juga tidak berkenan kepada orang yang keras atau bebal (ayat 14-15).  Tuhan mengetahui hati kita masing-masing.  Kalau kita tidak berjuang menginginkan Tuhan sedemikian rupa, jangan berpikir bisa berbuah.  Hidup dengan Tuhan pasti berbuah dan pasti menjadi berkat bagi banyak orang.  Kalau hidup kita tidak menjadi berkat berarti ada yang salah dengan hidup kita.  Hidup hanya untuk diri sendiri berarti tidak ada Tuhan dalam hidup kita.
Banyak nabi tidak menerima apa yang kita terima.  Ini bicara tentang Roh Kudus (ayat 16-17).  Namun sekarang banyak orang menganggap rendah atau remeh Roh Kudus padahal Roh Kudus sudah ada di depan mata.  Kita bisa mendengar firman Tuhan tapi tidak mengerti karena ada si jahat (ayat 18-19).  Di gereja kita bisa semangat mendengar kotbah, tapi waktu pulang kita bisa lupa dengan firman itu.  Sebenarnya hidup dengan Tuhan adalah perubahan cara berpikir kita.  Kalau apa yang kita hidupi di luar sana sama seperti setelah kita datang ke gereja berarti tidak terjadi metanoia dalam hidup kita.  Seharusnya setelah mendengar firman Tuhan, ada yang berubah dalam kita berpikir dan bertindak.
Dalam perumpamaan ini ada seseorang yang senang mendapat firman, sampai di rumah masih senang tapi sayangnya ia tidak berakar (ayat 20-21). Yang kedua seseorang mendapat penganiayaan karena firman itu.  Ada penindasan karena apa yang ia peroleh.  Yang ketiga ini benih dalam orang itu sudah tumbuh besar, sudah melewati penganiayaan dan siap berbuah (ayat 22).  Namun kekuatiran dan tipu daya kekayaan menghimpitnya.  Ada 3 hal yang tidak bisa kita hindari di dalam hidup ini yaitu: Iblis, penganiayaan, kekuatiran dan tipu daya kekayaan.  Kita tertipu jika kita berpikir bahwa kekayaan bisa mendatangkan suatu jaminan bagi hidup kita.  Hanya orang yang mendengar dan mengerti, dialah yang akan berbuah berkali-kali lipat (ayat 23, Lukas 8:15).  Dimulai dengan hati yang baik yaitu hati yang sudah dilahirkan kembali supaya bisa menyimpan firman baru kemudian bisa berbuah.  Kita beribadah tidak hanya sekedar datang, tapi harus sampai mendapat pengertian.  Ibadah tidak menyelamatkan, tapi kalau kita datang, mendengar dan mengerti itulah yang menyelamatkan.  Ingat tiga hal di atas (Iblis, penganiayaan, kekuatiran dan tipu daya kekayaan).  Semua itu ada di depan mata kita.  Waktu kita menghidupi kehidupan ini jangan jadi orang yang terburu-buru.  Renungkanlah firman Tuhan siang dan malam maka kita akan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air yang berbuah pada musimnya.  Kita akan menguatkan mereka yang teraniaya, memberi pengertian mereka yang tertipu oleh kekayaan, menjadi obat bagi yang sakit, menjadi berkat bagi banyak orang, dsb.  Kalau kita selesai dengan 3 hal di atas (Iblis, penganiayaan, kekuatiran dan tipu daya kekayaan) baru kita berpikir bagaimana kita bisa berbuah.  Kita dipanggil Tuhan pasti ada perubahan dan mari terus berbuah.  Kalau masih berbuah sedikit, pikirkanlah bagaimana bisa berbuah banyak.  Dunia ini milik Tuhan, berpikirlah yang besar.  Tuhan yang akan datangkan sumber-sumber yang mendukung kita untuk berbuah.  Kalau kita semakin berbuah, banyak orang akan datang dan menikmati buah kita.


Khotbah:
Sukaryo Ksatria
Jubilee Semarang

0 comments:

Post a Comment