Monday, 4 August 2014

Hidup dipimpin oleh Roh, bukan Sistem

Hidup dipimpin oleh Roh, bukan Sistem

Jika kita perhatikan kekristenan di waktu-waktu sekarang ini, apakah kekristenan itu benar-benar hidup atau hanya sekedar menjadi sebuah definisi?  Mari kita lihat penjelasan tentang kekristenan dari Reinhard Bonnke.  “Apakah Anda tahu bahwa ketika orang-orang berbicara tentang kekristenan sebagai sebuah agama dunia sebenarnya mereka salah? Sebuah agama adalah sebuah sistem dan Yesus tidak meninggalkan sistem. Kekristenan lebih dari sekadar iman untuk dipercayai. Kekristenan sesungguhnya adalah kuasa ilahi yang bergerak. Kebenaran Kristen tidak bisa dituliskan begitu saja seperti banyak fakta atau definisi.”  Sekarang bagaimana dengan kita, apakah kita melihat kekristenan sama seperti agama-agama di dunia?  Kalau di Indonesia, semua agama dianggap sama karena kita adalah Ketuhanan yang Maha Esa.  Secara hukum kita saling menghormati agama satu dengan agama lainnya.  Di dunia, agama sudah menjadi sebuah sistem.  Misalnya orang tua kita beragama Kristen maka kita juga beragama Kristen.  Waktu kecil kita tidak bisa memilih agama sendiri yang berbeda dari orang tua kita.  Oleh karena itu, akhirnya banyak orang Kristen hanya datang ke gereja, mendengar firman, lalu pulang dan berharap mati masuk sorga.  Padahal kekristenan sesungguhnya adalah kuasa ilahi yang bergerak.
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”  (Ibr 11:1).  Jika kita tidak hidup dengan Tuhan maka kita melihat ayat di atas hanya sebagai definisi saja.  Oleh karena itu, Yesus berkata “kamu harus dilahirkan kembali”.  Tuhan adalah Roh dan di mana ada Roh Tuhan di situ ada kemerdekaan (2 Kor 3:17).  Roh inilah yang membuat kita bisa berhubungan dengan Tuhan.  Sebelumnya manusia telah jatuh ke dalam dosa dan kehilangan kemuliaan Tuhan (Roma 3:23).  Kelahiran kembali membuat manusia bisa kembali berhubungan dengan Tuhan.  
Kita bisa mendapat firman dengan luar biasa, tapi itu hanya menjadi sebuah definisi karena kita tidak menghidupinya.  Meski sudah dijelaskan atau didefinisikan bagaimana Yesus menjadi Tuhan, tetapi tetap saja tidak bisa menjadikan Yesus sebagai Tuhan karena banyak gereja zaman sekarang hanya menjadi sebuah sistem atau bentuk.  Bahkan pujian penyembahan pun bisa juga menjadi sebuah sistem.  Namun kelahiran kembali berbeda, itu tidak dapat didefinisikan.  Penyakit kanker bisa sembuh, Yesus berjalan di atas air, ada koin di dalam ikan untuk membayar kaisar, siapa yang bisa mendefinisikan itu?  Orang-orang di dunia dikuasai oleh sistem dan sistem dunia dikuasai oleh Iblis.  Oleh karena itu, Yesus datang untuk menghancurkan pekerjaan-pekerjaan Iblis.  Dalam kitab Lukas pasal 18 ada cerita tentang orang buta yang ingin melihat.  Jika kita lihat secara manusia hal itu mustahil.  Namun orang buta itu berteriak supaya yang mustahil menjadi tidak mustahil.
“Kebenaran Kristen itu hidup. Anda tidak dapat menuliskan tentang seseorang dan berkata, “Itu adalah dia!” Anda tidak dapat menulis kekristenan dan berkata, “Itu adalah dia (benda)!” Kekristenan adalah sesuatu yang hidup. Nafas Tuhan menghidupkan injil, jika tidak, itu adalah tubuh kebenaran yang mati daripada kebenaran yang hidup.” (Reinhard Bonnke).  Kebenaran Kristen itu hidup, bukan hanya tertulis.  Jika Saudara membaca Alkitab dan tidak mengerti, itu karena tidak hidup.  Dan apabila tidak hidup maka kebenaran itu tidak bisa bekerja atas Saudara. Yang bisa menghidupkan adalah Roh Kudus yang di dalam kita.  Banyak orang Kristen suka dibagikan 5 hal tentang ini atau 7 hal tentang itu, tapi kalau disuruh berjalan dalam Roh malah bingung karena sudah sistem harus ada beberapa hal.  Dalam zaman Perjanjian Lama diperlihatkan ketidakmampuan manusia untuk bertemu dengan Tuhan, tapi sekarang melalui Yesus Kristus semua orang bisa bertemu dengan Tuhan.  Hal itu bisa dimulai dari orang yang menerima Tuhan dan memberitakannya kepada orang lain.  Kemudian orang yang percaya terhadap pemberitaan itu bisa hidup dengan Yesus yang tinggal dalamnya dan apa yang di sorga bisa turun ke bumi.  Sesuatu yang mustahil menjadi tidak mustahil dan hal itu hanya diberikan bagi orang-orang yang percaya.  Namun itu bukan untuk diri sendiri atau untuk menjadi terkenal dan kaya.
Kita bisa dalam kebenaran, tapi kebenaran itu mati dan tidak dapat berbuat apa-apa.  Mengapa bisa seperti itu?  Karena kita memakai sistem dunia sehingga kebenaran menjadi tidak berguna.  Kita memiliki kebenaran, tetapi tidak bisa kita gunakan, lalu bagaimana?  Ini seperti halnya kita memiliki sepatu gunung, tapi ternyata sepatu itu terlalu kecil sehingga tidak bisa kita pakai.  Kalau sudah seperti itu buat apa sepatu gunungnya?  Kebenaran yang ada pada kita tanpa Roh Kudus maka kebenaran itu tidak bisa digunakan.

Mari kita baca dalam Kisah Para Rasul 1:5, 8.  Kita menerima kuasa jika Roh Kudus turun.  Maksudnya jika Roh Kudus bekerja (turun), maka kita akan menjadi saksi.  Di Kisah Para Rasul pasal 4, para rasul berdoa untuk memastikan bahwa Roh Kudus bekerja.  Namun bagaimana jika sudah mempunyai masih berdosa?  Itu berarti kekristenan yang memiliki Roh Kudus, tetapi hidup dengan sistem dunia.
Di bawah ini ada 3 pilar hikmat dari buku Reinhard Bonnke:
1.  Tuhan memakai tenaga manusia.
Tuhan tidak bisa berjalan sendiri di bumi.  Oleh karena itu, Tuhan juga menjadi manusia.
2.  Manusia membutuhkan kuasa Tuhan.
Yesus di dunia memakai tenaga manusia, tapi Ia juga butuh kuasa.
3.  Tuhan bekerja ketika manusia bekerja.
Ini yang disebut percaya.  Kita tidak hanya sampai pada definisi, tapi kita juga bekerja (melakukan, bertindak).  Iman juga tidak akan bekerja kalau kita tidak bekerja.  Tuhan berkata “pergi beritakan Injil” ya lakukan saja.  Kalau masih bertanya bagaimana caranya berarti kembali ke sistem lagi.  Waktu kita awal bertobat dan dilahirkan kembali, ada sistem atau tidak?  Pasti tidak.  Secara otomatis, hal-hal yang tidak benar mulai kita buang dan tidak kita lakukan lagi.  Kita bisa lakukan karena kuasa yang dari sorga sudah ada dalam kita.  Apa yang kita ikat di bumi terikat di sorga dan apa yang kita lepaskan di bumi terlepas di sorga.
“Tindakan adalah kunci dasar bagi semua kesuksesan.”  (Anthony Robbins).  Anthony Robbins membuat seminar dan banyak orang yang ikut.  Mereka mencatat dan mendapatkan apa yang dimiliki oleh Anthony Robbins.  Namun jika mereka tidak mewujudkannya maka apa yang mereka dapat tidak akan pernah bisa terjadi.  Dalam Kisah Para Rasul 1:6, selama 40 hari Yesus berbicara tentang kerajaan Tuhan, tetapi ternyata orang-orang masih bertanya kapan kerajaan Israel dipulihkan.  Mereka masih tidak mengerti kalau Tuhan berbicara tentang kerajaan Tuhan dan bukan kerajaan Israel.  Sejak Roh Kudus turun, murid-murid Yesus disuruh berhenti untuk memberitakan tentang nama Yesus.  Namun mengapa mereka di situ tidak menggunakan kuasa dalam nama Yesus untuk menghentikan atau mengutuk Romawi?  Padahal mereka bisa menggunakan kuasa itu dan pastinya pemberitaan Injil akan lebih mudah karena tidak ada yang melarang.  Dan jawabannya hanya satu yaitu Tuhan tidak menyuruh mereka untuk melakukan hal itu.  Tuhan tidak bicara tentang sistem di dunia ini, tapi orang-orangnya yang diubahkan. Itupun Tuhan tidak memaksa. Mengapa rasul-rasul atau orang-orang percaya tidak menggunakan haknya untuk berkata dalam nama Yesus?  Karena Tuhan tidak pernah mengutus mereka untuk mengubah sistem dunia.
Apa yang tertulis dalam Yohanes 1:51 sama seperti tangga Yakub di Perjanjian Lama yaitu malaikat-malaikat Tuhan turun naik kepada Anak Manusia.  Mengapa bisa terjadi?  Karena Kristus sudah ada di bumi.  Apa yang di sorga bisa turun di bumi.  Umat yang mengenal Tuhannya akan bertindak atau melakukan ledakan (Daniel 11:32b).  Kita mempunyai kemampuan, tapi tidak bisa digunakan dan itulah tipuannya.  Kita selalu mendengar firman Tuhan, tapi tidak pernah mengeluarkannya.  Atau kita bisa memberitakan Injil tapi tanpa kuasa, dan salah juga.  Karena tanpa kuasa berarti kita memakai sistem dunia lagi yaitu bagaimana mengalahkan seseorang dalam debat dan menyakinkan dia dengan system.
“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.”  (Efesus 1:3).  Jadi, waktu kita bertobat dan dilahirkan kembali, kita mempunyai berkat di sorga.  Pertanyaannya, bisakah berkat itu diturunkan ke bumi?  Jawabannya bisa.  Namun berkat itu harus digunakan untuk sesuatu yang benar.  Bukan untuk menjadi sombong atau terkenal.  Kita masih di bumi, tapi berkat itu sudah siap turun, meski dikatakan di sorga (Efesus 2:1, 5-6).  Kita belum pernah ke sorga, tapi kita sudah memiliki apa yang ada di sorga (Yoh 6:37-38).  Kita adalah anak Tuhan dan memiliki kuasa.  Apa yang kita ikat di bumi akan terikat di sorga dan apa yang kita lepaskan di bumi akan terlepas di sorga.  Gunakan kuasa itu dengan benar.  Iblis berusaha menahan apa yang di sorga turun ke bumi.  Dia membuat kita mendengar firman, menyanyi, dan loncat-loncat, tapi tidak melakukan atau mandul.  Punya sesuatu, tapi tidak bisa keluar.  Tuhan ingin apa yang di sorga turun ke bumi.  Ia perlu tenaga manusia, perlu kuasa, dan perlu bekerja.        


Khotbah:
Darwin Egan Lontoh
Jubilee Semarang

0 comments:

Post a Comment