Hidup adalah tentang Belajar Menari di Tengah Hujan
Ada seseorang yang mengatakan bahwa “hidup bukanlah tentang menunggu badai berlalu, tetapi tentang belajar menari di tengah hujan”. Ada sebuah lagu yang liriknya mengatakan badai pasti berlalu, tapi kita tahu setelah badai berlalu pasti ada badai lagi. Ayub pun berkata “masa kamu mau menerima yang baik dari Tuhan, tapi yang tidak baik kamu tidak mau menerima?” Kita tahu bahwa di dunia ini ada hal yang enak dan tidak enak. Kita harus berjuang untuk hidup di dunia karena pada nyatanya hidup di dunia itu sulit. Sebelum manusia jatuh dalam dosa, hidup ini tidak ada kesulitan. Namun kenyataannya sekarang dunia memang kacau. Di dunia ini kita akan menghadapi hal-hal yang buruk, tapi kita akan melewatinya. Kita lihat bahwa di dalam hal-hal buruk, Tuhan juga ada.
Jika kita perhatikan hidup nyata itu enak. Bahagia ya bahagia, kalau tidak bahagia ya tidak bahagia. Namun kekristenan sekarang malah dibuat seolah-olah selalu bahagia padahal kenyataannya tidak. Kita tahu ke depan akan ada badai, tapi mari kita belajar menari di tengah badai itu. Ada sebuah perumpamaan. Ada seseorang yang memiliki sebuah rumah, tapi atapnya bocor. Lalu dia berdoa kepada Tuhan supaya jangan ada hujan karena rumahnya bocor. Namun di seberangnya ada petani yang minta hujan karena tanahnya kering. Dan sekarang Tuhan mau menjawab doa yang mana? Keduanya sama-sama berdoa, satu minta hujan, satunya jangan hujan. Kalau kita lihat siapa yang benar doanya? Menurut pendapat kita pasti yang petani itu. Kaena rumah bocor itu masih bisa ditutup. Hal seperti itu nyata. Pernikahan Reffa dan Mila ini juga nyata. Sudah banyak pernikahan di luar sana yang tidak nyata seperti kawin kontrak, dsb. Namun memang hidup nyata itu tidak gampang. Meski di dunia sudah ada jalan bagaimana hidup bahagia, tapi tetap saja tidak bahagia.
Dalam 2 Korintus 3:17-18 tertulis di mana ada Roh Allah di situ ada kemerdekaan. Yang membedakan pemberkatan pernikahan di sini dengan pemberkatan di luar sana yaitu karena di sini ada Roh Allah sehingga ada kemerdekaan. Itulah kebahagiaan. Di dunia kita bisa menari, tapi belum tentu merdeka. Namun yang disebut anak-anak Tuhan pasti sudah merdeka karena kita sudah dilahirkan kembali bukan dari manusia tapi dari Tuhan. Anak-anak Tuhan diberi kuasa (Yoh 1:12).
Orang yang mengatakan untuk belajar menari di tengah hujan bukanlah orang Kristen. Namun ia dapati bahwa semua agama bisa mengajarkan kebahagiaan, tapi kebahagiaan itu hanya sementara. Jutaan orang sudah frustasi karena mereka mencoba bahagia tapi tetap tidak bisa. Banyak orang ingin sungguh-sungguh kepada Tuhan, tapi pengertiannya salah (Roma 10:2-3).
Dunia ini sedang menuju satu tujuan yaitu supaya semua orang bisa bahagia. Ada 3 hal tentang kependidikan bagaimana kita menjadi cerdas.
1. Scholastic
Scholastic bicara bahwa kita semua harus sekolah. Di sekolah kita diajar dulu baru ada ujian. Namun di kehidupan nyata kita mendapat ujian dulu baru memperoleh pelajaran. Oleh karena itu, jangan berpikir kotbah ini akan membuat kita kuat karena kita pasti lupa dengan kotbah ini. Namun waktu kita melewati ujian baru di situ kita belajar. Lebih baik kita belajar dari kesalahan orang lain daripada kesalahan kita sendiri. Orang yang pernah membuat kesalahan pasti tetap terlihat sudah tercemar, meski dia sudah berhenti dari kesalahan itu. Seperti orang yang pernah masuk penjara meski sudah keluar ia tetap “cacat” karena sudah pernah masuk penjara. Manusia tidak bisa keluar dari sifat aslinya, tapi itu bisa berhenti kalau kita di dalam Tuhan.
Orang pintar di dunia berkata biasanya orang yang ber-IQ tinggi kalau masuk ke dunia nyata ia menjadi bodoh. Itu sudah menjadi penelitian selama ini. Pendidikan sekolah itu tidak menjamin kita berhasil hidup di dunia ini. Namun orang yang bertemu dengan Tuhan, yang mengikuti jalan-jalan-Nya, mengikuti Roh-Nya, di situ dia ada kemerdekaan. Pertama kali kita mendapat Roh Tuhan yaitu waktu kita dilahirkan kembali. Oleh karena itu jangan heran bahwa
kita harus dilahirkan kembali. Kita semua bisa menunjukkan hebatnya kita, tapi sebenarnya dalamnya lemah. Namun yang membedakan kita yaitu Roh Tuhan ada di dalam kita.
Sebelum umur 30 tahun Yesus tidak terkenal. Dia orang biasa dan hanya seorang tukang kayu. Meski lahir dari Tuhan, Dia tidak dikatakan ber-IQ tinggi. Yang menjadikan Dia berbeda dan nyata waktu Dia diurapi dan Roh Kudus ada pada-Nya. Hal yang sama juga diberikan kepada kita. Waktu kita akan pergi memberitakan Injil nantikan dulu janji Bapa. Roh Kudus harus turun atas kita. Dan sekarang cek diri kita masihkah Roh Kudus nyata dalam kita? Bukankah kita capek jika hidup dalam kepura-puraan.
2. Professional
Jujur saja di dunia ini ada yang namanya kasta. Coba perhatikan diri Saudara. Saudara pasti ada merasa bahwa orang lain di bawah Saudara. Hanya saja yang membedakan kita yaitu kalau kita ada Tuhan. Orang pasti bisa merasakan kalau kita berbeda. Contoh dari professional yaitu ketika ada acara kita sungguh-sungguh mempersiapkan dan semangat. Tidak ada yang penting hati. Di dalam Tuhan pun juga perlu professional. Kita harus membaca firman Tuhan dan merenungkan. Professional itu sudah bagus, tapi ada lagi yang lebih luar biasa lagi yaitu financial.
3. Financial
Maksud dari financial di sini bukan lagi kita yang mengejar uang, tapi uang yang mengejar kita. Kita sudah bebas dari stress karena hidup bukan hanya untuk mengejar uang. Itu yang terjadi jika kita sudah professional dalam financial. Ikuti hukum alam ini (win-win solution) dan uang akan datang. Kebahagiaan dunia hanya sampai di sini. Oleh karena itu dunia kosong dan sebenarnya tidak akan pernah bahagia. Kecuali masuk ke pendidikan yang keempat yaitu spiritual.
4. Spiritual
Apabila kita mendapat kerajaan Tuhan dan kebenaran-Nya maka semuanya akan ditambahkan. Pendidikan spiritual akan membuat yang ketiga pendidikan itu bangkit. Misalnya yang dulu cara scholastic itu mencontek sekarang tidak menyontek lagi. Kita bisa meminta kecerdasan kepada Tuhan asal kita belajar. Jika kita sudah cerdas spiritual maka scholastic kita pasti berubah. Kita juga menjadi professional. Dan yang ketiga jangan sampai anak Tuhan malah kejarnya uang. Kita sebagai anak Tuhan percaya bahwa Tuhan yang akan menambahkan, tapi bukan berarti kita tidak bekerja keras atau professional. Kalau kita menikmati apa yang kita kerjakan, pasti ada jalan terbuka. Ikuti saja hukum alam pasti kita diberkati.
Kita akan belajar waktu kita mengalami. Namun sebelum kita mengalami pastikan kita bersama-sama dengan Tuhan. Jangan waktu ada masalah baru kita mencari-cari Alkitab untuk menyelesaikannya. Spiritual ini yang membuat 3 hal di atas bisa kita lakukan. Mungkin orang dunia bisa mendapatkan semua yang ada di dunia tanpa ada spiritual, tapi sayangnya mereka tidak bertemu Tuhan dan itu yang membuat hidup mereka kosong. Kita tidak perlu pusing memikirkan butuh ini-itu. Tuhan sudah tahu apa yang kita perlukan dan Ia yang akan tambahkan.
Buku Norman Vincent P. terkenal di dunia sekitar tahun 80an. Buku itu berbicara tentang berpikir positif. Ada 4 hal untuk sukses yaitu bekerja dan berdoa, berpikir dan percaya. Banyak orang Kristen hanya bekerja dan berdoa, berharap semua Tuhan yang lakukan. Padahal kita juga harus berpikir. Berpikir inilah yang kurang pada anak-anak Indonesia. Mereka malas membaca buku lalu akhirnya mencontek. Oleh karena itu ada kata-kata revolusi mental. Untuk mengubah suatu generasi, kita harus berpikir dan bawa pemikiran itu kepada mereka. Mari kita mengejar Tuhan maka kita akan memperoleh apa yang kita perlukan. Carilah kerajaan Tuhan dan kebenaran-Nya maka semuanya akan ditambahkan.
Khotbah:
Darwin Egan Lontoh
Jubilee semarang
0 comments:
Post a Comment