LTT 2015

Jubilee Indonesia.

Go make desciple

Jubilee Indonesia.

LTT 2015

Jubilee Indonesia.

We are Jubilee

Jubilee Indonesia.

Heaven or hell?

Jubilee Indonesia.

Monday, 11 January 2016

Firman Tuhan

Firman Tuhan

PEMBACAAN Alkitab di tahun 2015 merupakan pembacaan yang luar biasa, tapi tidak banyak dari jemaat yang menyelesaikan pembacaan Alkitab selama satu tahun itu. Bagi Saudara yang sungguh-sungguh dalam berkomitmen dan hidup dalam kebenaran, menyelesaikan pembacaan tersebut bukanlah hal yang sulit. Mari Saudara, jangan menjadi biasabiasa dalam pengejaran akan Tuhan. Dalam Filipi 3:3 dikatakan kita harus menjadi orang-orang yang bersunat bukan lagi secara Perjanjian Lama tetapi menurut Perjanjian Baru yaitu sunat hati. Semenjak manusia jatuh ke dalam dosa, manusia harus melakukan sunat secara daging. Sunat bertujuan bukan hanya sekedar melakukan saja tetapi sebuah ketaatan kepada Tuhan sehingga orang yang melakukannya akan diberkati. Pada waktu Abraham bersunat, orang-orang yang tinggal di rumahnya
juga harus bersunat. Sunat adalah sebuah tanda perjanjian dengan Tuhan.

Selanjutnya berbicara tentang percaya. Mengapa kita bisa percaya? Kita bisa percaya bukan lagi karena diri kita, tetapi karena Tuhan sudah terlebih dahulu mengatakannya bahwa bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Bahkan sesuatu yang paling mustahil bagi manusia tidak menjadi mustahil bagi Tuhan. Bagi manusia, selesai dengan dosa adalah hal yang mustahil meskipun mereka berusaha sedemikian rupa. Tanpa campur tangan Tuhan manusia tidak dapat selesai dengan dosa dosanya. Sejak kita bertobat dan dilahirkan kembali, yang
paling terlihat berbeda adalah Saudara menjadi pribadi yang menghormati firman Tuhan. Kita menjadi orang yang bersunat hati karena kita beribadah kepada Roh Tuhan. Hidup di dalam Roh Tuhan berarti hidup di dalam kemerdekaan karena dimana ada Roh Tuhan di situ ada kemerdekaan (2 Korintus 3:17. Kemudian dalam Roma 10:17 dikatakan bahwa, “…iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.”

Banyak orang membaca firman tetapi tidak mengerti firman tersebut karena tidak menggunakan iman. Firman Tuhan itu pada mulanya bersama-sama dengan Tuhan, sehingga firman itu menjadi hidup (Yohanes 1:1). Firman Tuhan akan hidup dalam diri kita karena hati kita sudah diubahkan. Firman itu telah menjadi manusia (Yohanes 1:14) sehingga kita bisa hidup di dalam firman itu. Orang yang sudah bertobat lahir baru pasti melihat kemuliaan Tuhan dan tidak akan melepaskan apa yang sudah ia lihat. Jangan sampai kemuliaan Tuhan itu hilang, seperti yang tertulis dalam Matius 5:13 bahwa garam yang sudah tidak asin lagi akan dibuang dan diinjak orang. Pada Kejadian 1:1-3 tertulis Tuhan sudah memulai pada mulanya dengan berfirman. Marilah Saudara instrospeksi diri, bagaimanakah kemuliaan Tuhan yang sudah Saudara miliki?
Di Markus 16:14-15, Yesus menentang ketidakpercayaan dan kedegilan hati murid-murid-Nya karena masih ada murid-muridNya yang tidak percaya. Namun hal yang terpenting adalah kita harus pergi dan memberitakan Injil kepada semua makhluk. Beritanya yaitu tentang pertobatan kelahiran kembali. Dalam
Yeremia 24:7 dikatakan bahwa “Aku akan memberi mereka suatu hati untuk mengenal Aku, yaitu bahwa Akulah TUHAN. Mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku ini akan menjadi Allah mereka, sebab mereka akan bertobat kepada-Ku dengan segenap hatinya.” Hati untuk mengenal Tuhan dapat kita peroleh hanya dengan kelahiran kembali. Jika Tuhan tidak hidup di dalam diri kita, tidak mungkin kita dapat melakukan perintah Tuhan. Bertobat berarti mengikut Tuhan dengan sepenuhnya (100%). Kemudian tanda-tanda yang
bukan lagi dengan kekuatan manusia akan menyertai kita (Markus 16:17-20). Kita dapat melakukan tanda-tanda tersebut karena Tuhan dapat melakukan hal-hal yang mustahil. Firman diteguhkan oleh Tuhan di dalam diri kita melalui tanda-tanda yang menyertai kita. Tuhan beserta dengan orang-orang yang
bersungguh-sungguh.

Saat Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Tuhan mengatakan pada mereka bahwa mereka akan bersusah payah dan bekerja keras hidup di dunia ini. Kemudian pada saat Kain membunuh Habel, di situlah Tuhan pertama kali mengutuk manusia. Kutuk yang terjadi bukan hanya pada kita, tetapi sampai juga kepada anak-cucu kita. Hal yang dapat melepaskan kutuk tersebut adalah dengan pertobatan kelahiran kembali. Penebusan dengan darah Yesus yang dapat melepaskan kutuk itu. Seorang penulis, Andrew Muray mengatakan, kita harus menjadi kuat bukan hanya dengan pemberitaan Injil, tetapi juga dengan doa. Doa adalah permintaan yang bukan lagi untuk diri kita sendiri. Pada ayat di atas dikatakan bahwa akan ada
tanda-tanda yang menyertai (Markus 16:17). Selain itu, “Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian! Amin” (Wahyu 22:21). Firman ini menjadi hidup karena Yesus juga turun menjadi manusia menyertai kita. Tuhan yang adalah Roh telah turun menjadi manusia, kemudian Ia naik ke sorga dan Roh Kudus turun bagi kita. Firman itu sudah dekat di dalam diri kita (Roma 10:9). Jika kita membaca sebuah quote atau kutipan yang tepat pasti kita akan merasa bahwa kutipan tersebut sangat sesuai dengan
apa yang kita pikirkan. Hal itu berbeda dengan firman yang kita dapat kuat secara spirit (Roh). Firman yang kuat akan membangkitkan spirit yang ada di dalam diri kita. Kembali ke Yeremia 24:7, kita tidak perlu lagi meminta hati yang baru. Kita perlu mengingatkan dalam diri kita supaya kita tidak lupa bahwa hati yang baru itu sudah kita peroleh semenjak kita bertobat dan dilahirkan kembali. Tuhan juga sudah berfirman
bahwa tanda-tanda itu akan menyertai kita. Tanda-tanda itu akan terus meneguhkan firman yang sudah ada dalam diri kita.

Apa yang perlu kita minta adalah supaya kehedak Tuhan terjadi di dalam hidup kita. Keberhasilan kita di dalam Tuhan adalah dengan kita terus mengingat apa yang sudah Tuhan tetapkan di dalam diri kita. Kecenderungan bangsa Israel adalah lupa dengan ketetapan Tuhan karena apa yang menjadi pusat
adalah diri mereka sendiri. Jalan bersama-sama dengan orang yang tidak memikirkan diri sendiri akan lebih menyenangkan. Kita sudah menjadi umat Tuhan dan itu perlu kita ingatkan setiap hari. Apabila Saudara melakukan kesalahan maka selesaikan hal itu, sungguh-sungguh bertobat dan tidak melakukan lagi. Bertobat
bukan hanya sekedar meminta ampun, tetapi sebuah kesungguhan seperti saat kita mengambil keputusan untuk bertobat lahir baru. Segala pengejaran kita harus dilakukan dengan sepenuh hati. Semua firman yang keluar dari mulut Tuhan, tidak akan kembali dengan sia-sia (Yesaya 55:11). Firman itu bisa saja diambil jika firman itu tidak tertanam dalam diri kita. Seperti pada perumpamaan benih yang tumbuh dalam kitab Matius pasal 13. “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” (Mazmur 1:1-3).

Ada sebuah buku menulis tentang pepatah Cina yang mengatakan bahwa seorang raja yang berhasil adalah ia yang memiliki penasehat hebat. Pada saat ini kita sudah memiliki penasehat yang luar biasa yaitu Yesus yang telah turun menjadi manusia. Segala firman yang diberikan Tuhan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Timotius 3:15-16). Selanjutnya dalam Ibrani 9:12 dikatakan bahwa firman Tuhan dapat menusuk amat dalam
dan dapat memisahkan antara jiwa dan roh. Jangan sampai kita tertipu dengan hal-hal yang memancing emosional kita.


Kotbah: Darwin Egan Lontoh

Pengertian yang benar di dalam Tuhan

Pengertian yang benar di dalam Tuhan

SEGALA sesuatu yang menjadi penghalang di dunia ini adalah dosa. Dalam setiap kehidupan memerlukan perjuangan, salah satunya dalam sebuah pernikahan. Suatu hal yang mustahil ketika Tuhan tinggal di dalam diri manusia yang begitu bobrok. Socrates adalah seorang filsuf yang menulis sebuah perkataan
mengenai pernikahan. Socrates menulis “Pada akhirnya, pernikahan. Jika kamu memperoleh istri yang baik, kamu akan menjadi bahagia; jika kamu mendapat istri yang buruk, kamu akan menjadi seorang filsuf.” Pernyataan tersebut muncul berdasarkan apa yang dialami oleh Socrates. Setiap persoalan yang terjadi pasti memiliki jalan keluar, tetapi jika jalan keluar berasal dari diri kita sendiri maka ujung-ujungnya akan terusmenerus salah. Kesalahan yang terjadi pada dasarnya karena manusia itu hidup di luar Tuhan (tetap di dalam dosa).

Pernikahan terjadi bukan hanya sekedar mencari kehidupan yang lebih baik. Pernikahan terjadi karena masing-masing mempelai sudah mengalami kegembiraan di dalam Tuhan. Sebuah pernikahan dapat terjadi apabila dua orang mengalami jatuh cinta. Hellen Keller menuliskan bahwa “Apa yang pernah kita nikmati kita tidak akan pernah kehilangan itu. Cinta yang dalam yang pernah kita alami itu menjadi bagian dari kita.”
Sebelum terjadi pernikahan sudah terdapat cinta yang saling mengena satu sama lain. Oleh karena itu suatu pernikahan merupakan perwujudan bahwa mereka bukan lagi dua melainkan satu di dalam Tuhan. Ketika dua pihak menyatukan cintanya maka pernikahan memerlukan sebuah komitmen sampai keduanya dipisahkan yaitu saat dipanggil oleh Tuhan. Iman diperlukan untuk menjalani sebuah pernikahan, tanpa iman
maka sebuah pernikahan akan menjadi kacau. Pernikahan di dalam Tuhan berbeda dengan pernikahan yang dilakukan oleh dunia ini.

“Hikmat yang sejati datang pada setiap daripada kita ketika kita menyadari seberapa sedikitnya pengertian kita tentang kehidupan, diri kita, dan dunia sekeliling kita” (Socrates). Pada saat Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka tidak mengerti apa itu dosa. Adam dan Hawa hanya mengerti mengenai taat dan tidak taat. Sampai pada akhirnya mereka tidak mentaati Tuhan dan jatuh ke dalam dosa. Saat ini, kita sebagai orang yang sudah mengetahui tentang dosa harus memiliki pengertian yang benar tentang Tuhan. Pada saat ini
banyak orang yang sepertinya sedang berusaha memberikan seminar mengenai sebuah pernikahan, namun sebenarnya orang tersebut dalam pernikahannya juga bermasalah. Apa yang dapat menjaga sebuah pernikahan? Pernikahan dapat dijaga dengan iman. Iman timbul dari pendengaran-pendengaran
akan firman Kristus. Dasar kekuatan dari masing-masing calon pengantin adalah pertemuan mereka dengan Kristus melalui pertobatan dan kelahiran kembali. Perlunya iman dalam sebuah pernikahan karena dengan kekuatan manusia seseorang sulit memberi contoh.

Pada saat Andrie dan Merlyn memutuskan untuk menuju ke dalam sebuah pernikahan, hal tersebut berawal dari masingmasing di antara mereka bertemu dengan Tuhan. Mereka harus mengenal terlebih dahulu siapa Tuhan dalam kehidupannya. Dasarnya adalah bahwa hanya Yesus satu-satunya jalan dan kebenaran dan hidup. Masing-masing pribadi harus dibenarkan terlebih dahulu oleh Tuhan. Dibenarkan berarti diberikan hati
yang baru dan roh yang baru. Tuhan mengambil hati yang keras dan memberi hati yang taat. Selain itu, Tuhan juga memberikan Roh Kudus. Kita harus memiliki hikmat yang benar di dalam Tuhan supaya kita memiliki pengertian yang benar tentang Tuhan dalam kehidupan kita. Terdapat sebuah pernyataan mengenai jatuh cinta, yaitu “Kamu tahu kamu sedang jatuh cinta ketika kamu tidak bisa tidur karena kenyataan pada akhirnya lebih baik daripada apa yang kau impikan” (Dr. Seuss). Pada kenyataannya orang yang jatuh
cinta akan sulit untuk tidur. Begitu juga saat kita jatuh cinta kepada Tuhan, kita akan terus terjaga untuk merenungkan firman Tuhan. Orang yang jatuh cinta dengan Tuhan akan menyenangi sebuah realita bertemu dengan banyak orang. Pada saat jatuh cinta, seseorang rela untuk memberikan apa saja. Apabila cinta
itu sudah pudar, seseorang dapat merasakan kembali jatuh cinta karena ada Tuhan dalam hidupnya. Dalam Matius pasal 18, terdapat seorang yang berhutang banyak kepada raja tetapi pada akhirnya ia diampuni dan hutangnya dibebaskan. Namun, ketika orang tersebut bertemu dengan orang yang berhutang tidak lebih banyak dari dirinya justru ia menyiksa orang tersebut. Ia memaksa temannya itu untuk membayar semua hutangnya. Orang yang berhutang itu menunjukkan bahwa ia suka diampuni tetapi ia tidak dapat mengampuni orang lain. Itulah yang terjadi ketika seseorang hanya mau dikasihi tetapi tidak mau mengasihi. Seringkali, pernikahan terjadi hanya karena ia ingin dikasihi bukan karena ia ingin mengasihi. Dalam hal mengikut Tuhanpun bisa terjadi hal seperti itu. Seseorang hanya mau untuk dikasihi oleh Tuhan tetapi ia tidak mau memberikan seluruh hidupnya untuk Tuhan. Tanpa kasih Tuhan yang murni, seseorang tidak dapat
mengasihi orang lain dengan tulus.

Dalam Matius 18:1-5 dikatakan bahwa satu-satunya jalan untuk hidup dalam kebenaran Tuhan adalah dengan bertobat. Murid Yesus menanyakan siapakah yang terbesar diantara muridmurid-Nya.
Hal tersebut memperlihatkan adanya motivasi bahwa mereka ingin melihat siapa yang terhebat diantara mereka. Dalam sebuah pernikahan, tidak akan ada lagi tuntutan siapakah yang paling berpengaruh dalam pernikahan tersebut. Masing-masing harus memiliki kepolosan seperti anak kecil yang hidup apa adanya. Jika seseorang menginginkan untuk menjadi yang terbesar, ia harus menjadi rendah hati seperti anak kecil.
Anak kecil tidak akan mengatur, ia akan taat kepada apa yang ia senangi. Jika kita hidup dalam Tuhan, kita akan menyenangi hal-hal tentang Tuhan. Hal pertama yang perlu dilakukan supaya kita menjadi seperti anak kecil adalah bertobat. Seperti yang tertulis dalam Matius 4:17, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga
sudah dekat!" Kerajaan Tuhan datang melalui Yesus Kristus, karena barangsiapa yang merendahkan diri ia akan menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Mengucap syukurlah dengan apa yang sudah Tuhan kerjakan dalam kehidupan kita. Namun tidak cukup hanya mengucap syukur saja, tetapi kita juga
harus memberitakan kepada orang lain apa yang sudah Tuhan kerjakan dalam hidup kita.


Kotbah: Darwin Egan Lontoh

Hidup dalam kebenaran

Hidup dalam kebenaran

“…Akulah satu-satunya jalan, dan kebenaran, dan hidup…” (Yohanes 14:6). Ayat tersebut merupakan salah satu kutipan ayat yang terkenal. Berdasarkan ayat tersebut yang akan terus diuji hingga akhirnya adalah kebenarannya, seperti ada yang tertulis bahwa orang benar akan hidup oleh iman (Roma 1:17). Tidak ada seorangpun yang dapat menjadi benar hanya dengan kekuatannya sendiri. Yesus datang sebagai
contoh dan memberikan jalan kebenaran supaya orang– orang yang datang kepada-Nya beroleh kehidupan. Hal yang terus membuat kita kuat adalah saat ini adalah kebenaran di dalam Kristus.
Dalam 1 Yohanes 1:1-4, Yohanes secara detail menjelaskan bahwa apa yang ia alami dengan Tuhan harus
dialami oleh orang-orang yang mendengarkan kotbahnya. Berulang kali ia menyatakan bahwa apa yang ia peroleh saat ini karena persekutuannya dengan Bapa. Sebelum kita mengalami pertobatan lahir baru, kita memiliki 2 bapa. Yang pertama adalah bapa kita secara daging dan yang kedua adalah Iblis. Tetapi setelah kita bertobat lahir baru bapa yang kita miliki adalah Bapa yang di sorga. Kasih dari Bapa yang di sorga adalah menginginkan orang yang terhilang kembali kepada-Nya. Apakah kasih tersebut kita miliki? Cara kita
memberitakan kebenaran firman Tuhan bukan karena kita kasihan terhadap orang tersebut. Tuhan tidak pernah memerintahkan untuk memberitakan dengan kasihan, tetapi memberitakan dengan berani dan kasih dari Tuhan.

Kebenaran Tuhan yang membuat diri kita terus kuat dan terus hidup bersama dengan Dia. Sukacita yang kita miliki akan menjadi sempurna jika apa yang kita miliki ini dibagikan kepada orang lain.
Kita dilahirkan kembali karena adanya benih ilahi dari firman Tuhan. Orang yang lemah pasti sudah malas untuk membaca Alkitab, sudah tidak ada lagi kebanggaan terhadap Alkitab. Dalam kitab 1 Yohanes terus dinyatakan bahwa kita harus bertobat dan dilahirkan kembali. Bertobat lahir baru berarti kita memperoleh hati yang berasal dari Tuhan. Selanjutnya, di 1 Yohanes 1:5-6 dikatakan jangan pernah berpikir ada kebohongan dan kegelapan dalam firman Tuhan. Banyak orang yang menggunakan firman Tuhan tetapi sebenarnya ia berbohong dan tidak sungguhsungguh hidup di dalam kebenaran firman Tuhan. Seseorang
dikatakan berdusta jika ia mengatakan beroleh persekutuan dengan Tuhan tetapi masih hidup dalam kegelapan dan tidak hidup dalam kebenaran. Hari ini kita dapat memiliki kebenaran tetapi belum tentu besok kita masih memiliki kebenaran tersebut. Oleh karena itu, kita perlu Roh Kudus untuk terus memimpin kita hidup dalam kebenaran. Hanya Roh Kudus yang mengerti tentang kebenaran. Iblis tidak pernah mengerti apa itu kebenaran. Banyak orang Kristen yang mengetahui kebenaran, tetapi belum tentu ia hidup dalam kebenaran. Kita dikatakan hidup benar bukan hanya saat kita mengetahui kebenaran, tetapi ketika kita melakukan kebenaran tersebut. Kita menjadi bersemangat dalam memberitakan Injil karena kita hidup dalam kebenaran, bukan sebagai orang yang hanya diupah dalam memberitakan Injil.

Banyak orang yang percaya setelah mendengarkan Yesus berkotbah saat itu (Yohanes 8:30). Namun dalam Yohanes 8:31-32 dikatakan, “…Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Yesus mengatakan hal tersebut kepada orang Yahudi yang percaya. Orang yang melakukan kebenaran pasti akan bersaksi. Tidak hanya itu saja, bahkan orang dapat dikuatkan karena kehadiran seseorang yang penuh akan hadirat Tuhan. Kebenaran Tuhan perlu untuk kita hidupi sehari-hari, bukan hanya sekedar kita ketahui saja.
Kebenaran dapat bekerja jika kita lahir dari Tuhan(1 Yohanes 1:7-9). Barangsiapa yang lahir dari Tuhan ia tidak berdosa lagi. Tidak ada yang dapat melakukan kebenaran tanpa terang Tuhan turun dalam diri kita. Orang yang memberitakan firman tanpa urapan adalah penyesat. Banyak orang yang menutupi dirinya dengan kebaikan dalam hidup beragama, tetapi sebenarnya hatinya tidak memiliki kebenaran. Kemudian di 1 Yohanes 2:28-29 dijelaskan bahwa kita memberitakan Injil karena kita berbuat kebenaran. Kita
memberitakan Injil bukan hanya karena kita disuruh, tetapi karena kita berbuat kebenaran Tuhan. Dalam 1 Yohanes 3:1- 2, 6-10 dikatakan kita adalah anak-anak Tuhan yaitu kita yang mengenal Dia karena kita mendengar kebenaran. Jika Saudara hidup di dalam Dia maka Saudara harus hidup di dalam kebenaran-Nya yaitu tidak berbuat dosa lagi. Orang yang diurapi akan berbuat kebenaran. Tidak ada pendosa
yang dapat berbuat kebenaran, pendosa dapat berbuat baik tetapi ia tidak bisa berbuat kebenaran. Jika orang yang sudah bertobat lahir baru melakukan ketidakbenaran, lalu bagaimana Roh Kudus dapat bekerja? Roh yang sudah diberikan dalam diri kita memberikan kuasa dan kebenaran. Iblis akan terus menipu manusia supaya manusia tidak berbuat kebenaran. Itulah pekerjaan Iblis bahwa apa yang ia lakukan membuat manusia melakukan dosa secara terus menerus. Saudara dapat mengetahui banyak hal mengenai kebenaran namun tanpa urapan dan Roh Kudus, Saudara tidak dapat berbuat kebenaran. Maka apa yang kita lakukan
bukan karena usaha kita sendiri tetapi karena kasih karunia Tuhan. Pada saat ini janji Tuhan sudah ada di dalam diri kita dan kita harus mengetahui hal tersebut. Jika kita tidak mengetahui janji Tuhan yang ada di dalam diri kita maka kita akan menjadi lemah.

Kita yang berasal dari Tuhan harus memberitakan kepada dunia bahwa saat ini dunia sedang berada dalam kuasa si jahat (1 Yohanes 5:18). Kita tahu bahwa orang yang lahir dari Tuhan tidak berbuat dosa lagi dan akan melakukan kebenaran. Manusia tidak dapat membela dirinya untuk membuktikan diri hidup dalam kebenaran. Tuhan yang tahu bagaimana kita melakukan hidup benar di hadapan Tuhan. Tanpa kita dibenarkan oleh Tuhan maka kita tidak dapat melakukan-kebenaran. Karena itu, kita perlu pernyataan Tuhan setiap hari untuk hidup di dalam kebenaran Tuhan. Kita dapat berbuat kebenaran karena iman kepada Tuhan. Di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa. Mari kita beritakan kebenaran kepada orang lain karena jika kita tidak memberitakan kebenaran lagi maka kita akan banyak melihat kepada diri
kita sendiri. Kita adalah orang-orang yang berbuat kebenaran. Kita harus tahu bahwa orang yang lahir dari
Tuhan, ia akan berbuat kebenaran. Orang yang berbuat kebenaran adalah orang yang hidup oleh Roh dan dipimpin oleh Roh. Selanjutnya dalam 1 Korintus 3:16-18 tertulis dimana ada Roh Tuhan di situ ada kemerdekaan. Kebenaran yang diberikan Roh Tuhan akan membawa kemerdekaan. Hal tersebut yang dicari oleh banyak orang yaitu kemerdekaan di dalam Tuhan tanpa selubung yang menutupi. Marilah kita
menjadi pelaku kebenaran karena kita mencerminkan gambaran Tuhan dalam diri kita.

Kotbah: Darwin Egan Lontoh

Pernikahan

Pernikahan

Dalam Efesus 5:22-27, seorang istri tunduk kepada suaminya bukan karena ia hanya mengasihi suaminya. Seorang istri tunduk kepada suami, karena ia tunduk kepada Tuhan. Sepasang suami istri perlu melihat lebih jauh dari apa yang terlihat baik di hadapanya. Suami istri harus melihat bahwa apa yang mereka lakukan adalah seperti yang dilakukan Kristus kepada jemaat-Nya. Laki-laki dan perempuan sudah jelas memiliki banyak hal yang berbeda. Namun saat dipersatukan oleh Tuhan sebenarnya manusia sudah tidak bisa menuntut satu sama lain karena sudah menjadi satu daging. Seseorang harus mengasihi orang lain sebagaimana ia mengasihi dirinya sendiri karena dalam pernikahan hidup sudah tidak lagi untuk diri sendiri.

Komunikasi merupakan hal yang penting dalam sebuah pernikahan. Suami istri akan menemukan bagaimana sebuah komunikasi yang dapat dipahami antara keduanya. Kebahagiaan seorang istri adalah pada saat ia melakukan yang terbaik apa yang menjadi bagiannya. Pada saat melakukan apa yang menjadi bagiannya hal itu bukanlah hal yang mudah, oleh karena itu seorang istri harus memperoleh pengertian akan hidup tunduk kepada suami. Suami istri perlu saling mempelajari bagaimana pola pikir dan cara hidup pasangannya, karena pada dasarnya sudah dipersatukan untuk bersama-sama oleh Tuhan. Perbedaan yang terjadi terkadang membuat suami istri gagal untuk berkomunikasi.

Pertengkaran terjadi karena ada hal sepele yang tidak diselesaikan. Pasangan suami istri pasti ingin mencapai kebahagiaan. Masing-masing pasangan memiliki cara sendiri untuk mencapai kebahagiaan tersebut. Saling menerima pasangan satu sama lain merupakan hal yang perlu dilakukan dalam sebuah pernikahan. Banyak perbedaan yang akan terjadi dalam pernikahan. Tetapi yang mempersatukan hal tersebut jika seorang istri mengetahui bahwa dasarnya bukan hanya karena suami mengasihi istri. Seorang istri yang semangat dan berbahagia karena ia sudah menemukan Tuhan dalam kehidupannya. Pernikahan yang dilewati perlu
iman kepada Kristus dan takut akan Tuhan dengan kasih untuk saling menghormati satu sama lain. Setiap hari suami maupun istri harus menjadikan dirinya serupa dengan Kristus sehingga perbedaan yang terjadi akan membuat pasangan saling melengkapi. Tuhan akan terus meneguhkan komitmen suami dan istri sampai pada akhirnya dengan proses yang luar biasa.

Kotbah: Silviana Lontoh

Pernikahan

Pernikahan

KEBAHAGIAAN bisa kita dapatkan jika kita memperoleh hal yang luar biasa dari Tuhan. Hal yang luar biasa tidak didapatkan dengan mudah begitu saja. Sebuah pernikahan merupakan kebahagiaan, tetapi banyak juga tantangannya. Dalam Kejadian 2:21-22 dikatakan bahwa pada saat ini pertama kalinya perempuan diciptakan dari tulang rusuk Adam dan Tuhan membawa Hawa kepada Adam. Saat
Adam pertama kali melihat Hawa, yang ia katakan adalah "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." (Kejadian 2:23). Kebanyakan pasangan yang telah menikah, mereka tidak mengatakan hal tersebut saat pertama kali
bertemu. Adam melihat Hawa dari kedalaman hatinya, bahwa Hawa diciptakan untuk menjadi satu dengan Adam (Kejadian 2:24). Suatu hal yang sempurna bukan dilihat dari parasnya, Kecocokan bukan berasal dari fisik, tetapi dari pernyataan yang berasal dari kedalaman hati. Sebuah hal yang tidak kita sangka jika datang tiba-tiba akan terasa hingga ke tulang-tulang, begitulah saat kita memperoleh kasih yang paling besar.

Ketika Tuhan menempatkan Adam dan Hawa di taman Eden, Hawa memberikan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat kepada Adam. Setelah mereka berdua memakan buah tersebut, mereka menjadi malu. Pada saat itu belum ada orang lain, hanya mereka berdua tetapi mereka dapat menjadi malu. Rasa malu dapat terjadi karena mereka kehilangan kasih yang berasal dari Tuhan dan digantikan dengan hawa nafsu daging. Apa yang terjadi saat itu membuat Adam menyalahkan Hawa yang sudah Tuhan tempatkan baginya. Hal tersebut juga terjadi ketika pasangan suami istri menemukan kesalahan diantara mereka, pada akhirnya mereka pasti saling menyalahkan. Tuhan menginginkan hubungan manusia kembali kepada-Nya
dengan utuh dan tidak bercacat kerut.

Tuhan menciptakan perempuan karena didapati bahwa tidak baik Adam seorang diri saja, Tuhan memerintahkan supaya manusia beranak cucu dan bertambah banyak untuk memenuhi bumi. Jadi tujuan manusia dipertemukan dengan perempuan adalah untuk berkuasa atas bumi. Pada akhirnya laki-laki dan perempuan akan menjadi orang tua bagi anakanaknya. Orang tua akan bertanggung jawab kepada anakanaknya dan anak-anak tersebut akan bertanggung jawab kepada anak-anaknya kelak. Sukacita yang terbesar adalah ketika manusia merasakan cinta yang pertama dimana ia tidak memikirkan dirinya sendiri lagi. Kita harus dilahirkan kembali karena ada “pernikahan” antara kita dengan Tuhan.

Tuhan melihat kita sebagai anak-Nya. Itulah sebabnya Tuhan begitu menginginkan kita menjadi satu dengan Dia. Terdapat beberapa contoh pasangan yang sudah menikah di dalam jemaat. Apakah mereka bahagia di
dalam pernikahannya? Kebahagiaan dalam sebuah pernikahan adalah karena bertemu dengan Tuhan.
Ada sebuah ayat tertulis, “Laki-laki akan meninggalkan orang tuanya dan menjadi satu denaan perempuan… Apa yang sudah disatukan oleh Tuhan tidak boleh diceraikan oleh manusia” (Matius 19:5-6). Pernikahan merupakan sebuah perjanjian dengan Tuhan karena Tuhan yang mempersatukan.


Kotbah: Darwin Egan Lontoh

Kesatuan

Kesatuan

Berbicara mengenai kesatuan, kita harus menyadari bahwa
Tuhanlah yang mempersatukan kita di dalam jemaat.
Banyak gereja mengalami perpecahan karena tidak memiliki
satu tujuan. Kecenderungan manusia adalah mencari apa
yang cocok bagi dirinya dibandingkan mentaati apa yang
Tuhan perkatakan kepada mereka. Pada kenyataannya kita
harus menjadi satu karena hanya di dalam kesatuan orang
bisa menjadi bertambah kuat dan bertumbuh. Apa yang
mempersatukan kita di dalam jemaat adalah pertobatan
kelahiran kembali. Saat kita bertobat dan dilahirkan kembali
kita mengenal jemaat dan diajarkan tentang komitmen.

Banyak orang yang menginginkan untuk mengikut Tuhan,
tetapi jarang sekali yang mau berkomitmen untuk hidup
menjadi satu. Hal itulah yang membedakan pertobatan
kelahiran kembali dengan orang yang hanya mengatur
dirinya sendiri. Apakah Saudara bahagia disatukan di dalam
jemaat? Jika kita bersatu dengan Kristus kita utuh, sempurna,
dan tidak berkekurangan suatu apapun.

Apa yang sudah dilakukan Yesus di kayu salib adalah
untuk mempersatukan kita dengan Bapa. Yesus saat itu hidup
juga di dalam daging tetapi di dalam Roh ia mentaati
kehendak Bapa. Realitas yang terjadi bahwa Yesus adalah
Kepala dan kita adalah tubuh-Nya. Paulus menyatakan
bahwa ia memperlengkapi penderitaan Kristus dengan
menderita bagi jemaat-Nya. Apa yang dikatakan oleh
Paulus, itu juga yang seharusnya kita kerjakan. Di Efesus 4:1-7,
11 dikatakan bahwa kita menjadi satu supaya kita
berpadanan dengan panggilan yang sudah ditetapkan
Kristus kepada diri kita. Apabila kita tidak menyadari bahwa
panggilan ini begitu berharga maka tidak ada gunanya
Tuhan mengaruniakan rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik
pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan
pengajar-pengajar. Hal itu yang mengingatkan bahwa
panggilan kita ini sangat berharga karena kita juga sedang
mengambil bagian di dalamnya. Panggilan yang berharga
ini yang membuat kita mengerti betapa berharganya suatu
kesatuan di dalam jemaat sebagai tubuh Kristus. Mengapa
orang tidak menerima firman yang berharga? Karena bisa
jadi masih ada hal dunia yang lebih berharga dibandingkan
panggilan keselamatan yang kekal ini.

Selanjutnya dalam Kisah Para Rasul 2:36-41 dijelaskan
bahwa semua orang harus menyadari bahwa Bapa yang
menjadikan Yesus sebagai Tuhan dan Kristus. Jika kita tidak
memiliki pengharapan di dalam Tuhan, kita tidak mengerti
apa yang dimaksud dengan kesatuan. Apapun yang kita
miliki sekarang, itulah yang membuat kita bersemangat akan
janji Tuhan. Kesatuan kita dalam jemaat yang membuat kita
terus bertumbuh untuk saling menguatkan satu sama lain.

Saat kita diberikan Roh yang baru itulah yang membuat kita
bersemangat untuk memberitakan Injil kepada orang lain.
Pada ayat di atas, sebanyak 3000 orang menggabungkan diri
dalam jemaat. Hal tersebut memperlihatkan bahwa
bagaimana mereka sungguh-sungguh menjaga kesatuan di
dalam jemaat. Mari kita membayangkan, apakah kita siap
jika banyak orang yang bergabung kepada kita? Kesatuan di
dalam roh adalah hal yang membuat kita kuat. Semua orang
yang menjadi percaya tetap bersatu (Kisah Para Rasul 2:43).

Bagaimana dapat mengatur orang sebanyak itu jika tidak
bersatu? Mereka pasti saling memperhatikan satu sama lain
dan setiap hari mereka memuji Tuhan. Pemimpin yang
mengajarkan kita untuk tidak berjalan sendiri. Dasar dari
kesatuan adalah karena adanya kerasulan di dalam takut
akan Tuhan. Rasul yang terus mengingatkan diri kita untuk
terus hidup dalam satu tujuan. Orang di luar akan melihat
bagaimana kita menjadi satu kesatuan (Kisah Para Rasul 2:44-
47). Yesus mengatakan kita akan menjadi murid-Nya jika kita
saling mengasihi satu sama lain. Hal tersebut yang
menjadikan keberadaan kita sebagai kumpulan yang
berbeda.

Banyak orang bertanya-tanya bagaimana caranya untuk
bertobat dan dilahirkan kembali (Kisah Para Rasul 4:32-35).
Namun jarang sekali dari mereka yang mau untuk
berkomitmen dan hidup sungguh-sungguh di dalam satu
kesatuan jemaat. Jika kita ingin menikmati perjalanan kita itu
berarti kita melakukan perintah Tuhan. Pengenalan akan
Tuhan dengan benar akan membuat diri kita menerima orang
lain apa adanya. Kita menjadi satu roh karena ada
pemberitaan tentang kebangkitan Yesus. Manusia baru yang
Tuhan berikan akan membuat kita hidup sehati sejiwa karena
Injil kebenaran firman Tuhan. JIka suatu kumpulan tidak lagi
melakukan kehendak Tuhan maka dapat dilihat bahwa tidak
ada kesatuan dalam kumpulan tersebut. Apa yang
membuat kita bersemangat untuk memberitakan Injil? Yaitu
kita penuh dengan pengharapan bahwa orang-orang
menggabungkan diri untuk hidup sungguh-sungguh dalam
panggilan Tuhan. Kesatuan tidak pernah berupa bentuk, itu
terlihat dari tindakan. Persekutuan yang erat ada karena kita
mengetahui tujuan Tuhan yang begitu mulia dalam hidup kita
(Kisah Para Rasul 5:12-14). Janganlah Saudara menjadi biasa
dalam setiap pertemuan selgrup maupun pertemuan ibadah.

Jika kita menganggap biasa maka kita tidak akan
mendapatkan apa yang bisa membentuk hidup kita.
Yesus melihat rancangan Bapa dalam diri-Nya (Yohanes
17:6-13, 20). Ia meminta kepada Bapa supaya murid-muridNya
dan diri-Nya dapat menjadi satu. Bukan Tuhan yang
menahan apa yang kita inginkan tetapi terkadang kita sendiri
yang membatasi keadaan diri kita. Jangan sampai kita
mencampurkan apa yang dikatakan roh dengan perasaan.
Otoritas Tuhanlah yang membuat kita dipimpin untuk menjadi
satu kawanan. Kesatuan yang sesungguhnya adalah kita
melihat orang lain dengan murni, bukan hanya melihat
kepada diri kita sendiri. Dalam 1 Korintus 6:15-17 dikatakan
jika kita mengikatkan diri dengan Tuhan kita akan menjadi
satu roh dengan Dia. Hal ini yang perlu kita perjuangkan
dengan sungguh-sungguh. Berbicara tentang kesatuan
diibaratkan seperti sepasang suami istri (Efesus 5:25-26). Tuhan
mau supaya Ia menyatu dengan jemaat sebagai tubuh-Nya.
Tuhan tidak menginginkan adanya cacat kerut dalam
kesatuan jemaat. Kita harus bangkit supaya jangan sampai
ada dari antara kita yang menjadi lemah.

Kotbah: Dedy Kurniawan

Hidup dalam iman Abraham

Hidup dalam iman Abraham

JIKA Saudara mempunyai iman maka Saudara adalah anak-anak Abraham (Galatia 3:7). Abraham mentaati
apa yang Tuhan katakan dan ia diuji terhadap janji Tuhan. Setiap orang pasti menginginkan untuk memiliki
iman seperti Abraham. Kita percaya karena kita mendengar dan apa yang kita dengar akan terus diuji
itulah pekerjaan iman. Saat Abraham berumur 75tahun, ia dipanggil oleh Tuhan dan Tuhan memberkati
Abraham supaya ia menjadi berkat bagi bangsabangsa. 25 tahun kemudian barulah Abraham
mendapatkan apa yang dijanjikan Tuhan yaitu anak. Tuhan sudah mengatakan bahwa melalui keturunannya
semua bangsa akan diberkati. Janji yang Tuhan berikan kepada Abraham begitu besar oleh karena itu ujiannya juga semakin besar. Sama halnya dengan kita, janji Tuhan dalam hidup kita begitu besar sehingga kita harus siap dengan pengujian yang besar.

Selanjutnya dalam Roma 4:20-21 dikatakan Abraham dikuatkan dengan imannya. Ia memastikan
Iblis tidak merampas apa yang sudah ia percayai dalam janji Tuhan. Meskipun dalam menunggu
memerlukan waktu yang lama, tetapi ia terus memperkuat imannya terhadap janji Tuhan. Ishak
merupakan anak perjanjian yang dinantikan oleh Abraham (Galatia 4:28-29). Sedangkan kita bisa
menjadi anak-anak Abraham karena iman kita. Saudara harus bertobat dan dilahirkan kembali supaya
Saudara hidup dalam iman. Di Galatia 3:1 tertulis “Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah
mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di
depanmu?” Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa orang Galatia begitu bodoh karena mudah sekali
terpesona dengan hal lain yang ditawarkan selain Yesus Kristus. Paulus mengatakan Roh yang sudah diberikan kepada mereka seharusnya tidak membuat mereka berpaling dan percaya pada kata-kata yang
mengenakkan daging mereka. Paulus begitu geram terhadap apa yang sudah terjadi pada orang-orang
Galatia, apa yang sudah dimulai dengan Roh dapat dengan mudah diakhiri dengan daging (Galatia 3:2-3).
Hidup kudus tidak menjamin kita untuk tidak mengalami kematian, tapi percaya kepada kuasa salib
Kristus yang akan membuat kita menjadi orang yang bertindak dan bangkit dari kematian. Apapun dapat
mempesona kita jika kepercayaan kita kepada Tuhan tidak penuh lagi. Banyak gereja yang sudah ditipu
dengan pengajaran yang hanya menyenangkan telinga. Kita mentaati Roh Kudus bukan karena
percaya kepada Hukum Taurat, tetapi karena beriman kepada pemberitaan Injil (Galatia 3:5). Kita menjadi
benar karena kita meletakkan iman kita sepenuhnya kepada Kristus. Roh yang Tuhan berikan kepada kita
membuat kita dapat melakukan mujizat yang Yesus lakukan sehingga orang dapat melihat bagaimana
Tuhan bekerja. Kita harus terus percaya kepada janji Tuhan meski kita harus menunggu, tetapi kita harus terus maju untuk percaya.

Dalam Kejadian 18:18-19 dijelaskan bahwa Tuhan memilih Abraham bukan karena ia akan mengajarkan
kepada anak-anaknya. Melainkan Tuhan mengajarkan supaya Abraham dapat melatih anak-anaknya artinya
hal ini bukan lagi dengan kekuatannya sendiri. Ketika Tuhan mengatakan hal ini, ia belum mempunyai anak.
Tuhan secara ajaib membuat Abraham dapat mempunyai anak. Dalam Kejadian 15 diceritakan
bahwa Abraham harus menunggu selama 400 tahun sampai janji itu terjadi (keturunannya akan seperti
bintang di langit dan pasir di laut). Ketika menunggu dalam waktu yang sangat lama, pada saat itulah
Abraham harus mengajarkan kepada anaknya apa yang sedang ia percayai. Pengajaran akan dilakukan
secara terus menerus oleh keturunan orang percaya. Setiap orang menginginkan iman seperti Abraham,
tetapi tidak banyak orang yang mau menunggu dengan iman seperti yang Abraham lakukan. Iman
memang bukanlah hal yang mudah karena iman akan diuji. Kita dapat melakukan hal yang gila karena kita
menantikan janji Tuhan. Oleh karena itu kita tidak dapat melakukannya dengan kekuatan kita.
Diperlukan hal yang supranatural supaya kita dapat menantikan janji itu sampai itu terjadi. Sara saja tertawa
ketika mendengar ia akan melahirkan seorang anak (Kejadian 18:9-14). Namun Tuhan tetap mengatakan
kepada Abraham bahwa istrinya, Sara, akan melahirkan anak yang menjadi berkat bagi bangsa-bangsa
(Kejadian 17:15). Seharusnya Sara bersyukur bahwa ia akan melahirkan anak, tetapi justru ia tertawa.
Abraham beriman mengenai hal tersebut maka ia juga mengajarkan kepada Sara supaya ia beriman terhadap
janji Tuhan.

Kotbah: Ian McKellar-Singapore

BENIH YANG JATUH DI EMPAT JENIS TANAH

BENIH YANG JATUH DI EMPAT JENIS TANAH

Beberapa minggu yang lalu Pak Darwin pergi ke Kalimantan, ia sangat diberkati waktu perjalanan misi ke Kalimantan. Yang ia temukan waktu pergi ke kota-kota yaitu tidak ada bedanya jemaat di Kalimantan dengan jemaat kota manapun karena ia selalu menikmati setiap perjalanannya. Di Kalimantan, dengan
segala fasilitas yang terbatas, mereka memuji dan menyembah Tuhan dengan semangat bahkan keadaan panas sekalipun mereka tetap menari dengan terlepas. Dari antara mereka ada juga beberapa orang yang memberi diri untuk dibaptis. Mereka tidak melihat keadaan mereka, tetapi mereka terus memberitakan Injil dengan terlepas.

“Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondongbondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri dipantai.” (Matius 13:1-2). Ada sesuatu yang membuat banyak orang mengerumuni Yesus. Mereka mengerumuni Yesus adalah orang yang mencari Dia dengan sungguh-sungguh. “Dan Ia
mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan
menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga hendaklah ia mendengar!” (Matius 13:3-9).

Bagi penabur, benih yang jatuh di pinggir jalan bukanlah benih yang jatuh dengan sengaja. Seorang penabur tidak mungkin menabur benihnya di pinggir jalan. Benih itu adalah Injil. Injil bisa lewat begitu saja dalam hidup kita, kemudian datang burung yang memakan benih itu, burung itu adalah Iblis atau si jahat. Iblis tidak
menyisakan benih itu. Tidak ada seorangpun penabur yang menginginkan benihnya jatuh ke tanah yang berbatu-batu. Kemudian ada benih yang jatuh ke semak duri, tidak ada yang bisa membuat ia bertumbuh karena ia terhimpit semak belukar. Lalu yang terakhir adalah yang diinginkan oleh penabur, yaitu jatuh ke tanah yang subur sehingga ia berbuah berkali-kali lipat. Siapa bertelinga hendaklah ia mendengar. Ini berbicara tentang hidup. Hal yang luar biasa yaitu waktu benih jatuh ke tanah yang subur dan berbuah seratus kali lipat. “Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepadaNya: “Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan? Jawab Yesus: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.” (Matius 13:10-11). Rahasia Kerajaan Sorga tidak dibukakan untuk sembarang orang. Kerajaan Sorga dibukakan waktu orang itu menerima Roh Kudus. Pada waktu kita menerima karunia Roh Kudus kita diberikan karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga. Di Kisah Para Rasul, Yesus mengajarkan murid-murid selama empat puluh hari tentang Kerajaan Sorga. Mereka bisa mengetahui rahasia Kerajaan Sorga tetapi mereka juga harus diajarkan tentang hal itu. Kita akan menjadi aliran-aliran air hidup waktu Yesus dimuliakan. Namun Yesus harus mati terlebih dahulu, bangkit dan naik ke Sorga barulah kita menerima Roh Kudus sehingga kita mengerti rahasia Kerajaan Sorga itu. Orang yang sudah dilahirkan kembali pasti ingin menceritakan apa yang dialaminya kepada orang lain. Ia akan terus bersaksi karena rahasia Kerajaan Sorga itu tidak hilang. Selalu dimulai dari kesaksian kita, barulah kita bisa mengajar. Di Kisah Para Rasul 1:1 tertulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan oleh Yesus. Banyak orang yang bisa mengajarkan, tetapi tidak menghidupi dan melakukannya.

Pengajaran menjadi sesuatu yang membosankan bila tidak ada hidup di dalamnya. “Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan di ambil dari padanya.” (Matius 13:12). Berbicara tentang pengejaran, orang yang mengejar akan terus mendapat pengertian dari Tuhan. Jika kita berhenti mengejar seharusnya kita bertobat. Tuhan tidak ada tawar-menawar untuk kita menjadi loyo dan frustasi. Di dalam hidup ini ada batu-batuan, semak belukar, dan burung (Iblis) yang kapan saja bisa merintangi kita semua. “Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.” (Matius 13:13) ”Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.” (Matius 13:16-17). Pada zaman Perjanjian Lama, orang-orang tidak mendapatkan apa yang sudah kita dapatkan yaitu pengertian tentang firman Tuhan. Selain itu, tidak sembarangan orang bisa mendapatkannya. Hal yang paling penting di sini adalah mendengar. Tuhan inginkan kita mendengar dengan sungguh-sungguh. Kita bisa membuat seakan-akan ini penting tetapi yang sebenarnya kita membuatnya tidak penting. Kita bisa membohongi manusia,
tetapi kita tidak bisa membohongi Tuhan. Dalam Matius 13: 18, Yesus menjelaskan arti dari perumpamaan itu. Pertama, benih yang ditabur di pinggir jalan adalah orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu. Kedua, benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan
atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun murtad (Matius 13:20-21).

Ketiga, yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini
dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah (Matius 13:22). Firman itu bisa terhimpit dan menjadi mati. Yang terakhir adalah benih yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, karena itu ia menjadi berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat (Matius13:23). Waktu kita bertobat lahir kembali kita akan bersaksi, kita harus mengerti dimana benih itu jatuh. Kita diurapi bukan karena kepintaran kita tetapi karena
Tuhan sendiri yang membuat kita mengerti. Orang yang lemah tidak akan pernah bisa bersaksi. Orang diurapi bisa menjadi lemah, karena firman sudah menjadi lemah. Waktu firman itu kuat, kita menjadi orang yang berotoritas. Otoritas tertinggi bahwa kita adalah anak-anak Tuhan. Jangan sampai firman itu tertindas. Kita bukan hanya menjaga “harta”, tetapi kita juga memberikan harta yang berharga itu kepada orang lain. Waktu kita dilahirkan kembali, kita tidak dilahirkan dengan benih yang fana. Benih itu adalah firman Tuhan dan firman itu adalah Tuhan sendiri. Orang yang mengerti firman Tuhan dikatakan sebagai tanah yang subur. Waktu orang bertobat dilahirkan kembali, firman itu jatuh ke tanah yang subur. Mari kita terus menjadi
benih yang jatuh di tanah yang subur supaya firman Tuhan menjadi firman yang hidup dalam setiap kehidupan kita dan kita bisa menceritakan perbuatan-perbuatan Tuhan kepada orang
lain.

Kotbah:
Darwin Egan Lontoh