Monday, 11 January 2016

BENIH YANG JATUH DI EMPAT JENIS TANAH

BENIH YANG JATUH DI EMPAT JENIS TANAH

Beberapa minggu yang lalu Pak Darwin pergi ke Kalimantan, ia sangat diberkati waktu perjalanan misi ke Kalimantan. Yang ia temukan waktu pergi ke kota-kota yaitu tidak ada bedanya jemaat di Kalimantan dengan jemaat kota manapun karena ia selalu menikmati setiap perjalanannya. Di Kalimantan, dengan
segala fasilitas yang terbatas, mereka memuji dan menyembah Tuhan dengan semangat bahkan keadaan panas sekalipun mereka tetap menari dengan terlepas. Dari antara mereka ada juga beberapa orang yang memberi diri untuk dibaptis. Mereka tidak melihat keadaan mereka, tetapi mereka terus memberitakan Injil dengan terlepas.

“Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondongbondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri dipantai.” (Matius 13:1-2). Ada sesuatu yang membuat banyak orang mengerumuni Yesus. Mereka mengerumuni Yesus adalah orang yang mencari Dia dengan sungguh-sungguh. “Dan Ia
mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan
menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga hendaklah ia mendengar!” (Matius 13:3-9).

Bagi penabur, benih yang jatuh di pinggir jalan bukanlah benih yang jatuh dengan sengaja. Seorang penabur tidak mungkin menabur benihnya di pinggir jalan. Benih itu adalah Injil. Injil bisa lewat begitu saja dalam hidup kita, kemudian datang burung yang memakan benih itu, burung itu adalah Iblis atau si jahat. Iblis tidak
menyisakan benih itu. Tidak ada seorangpun penabur yang menginginkan benihnya jatuh ke tanah yang berbatu-batu. Kemudian ada benih yang jatuh ke semak duri, tidak ada yang bisa membuat ia bertumbuh karena ia terhimpit semak belukar. Lalu yang terakhir adalah yang diinginkan oleh penabur, yaitu jatuh ke tanah yang subur sehingga ia berbuah berkali-kali lipat. Siapa bertelinga hendaklah ia mendengar. Ini berbicara tentang hidup. Hal yang luar biasa yaitu waktu benih jatuh ke tanah yang subur dan berbuah seratus kali lipat. “Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepadaNya: “Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan? Jawab Yesus: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.” (Matius 13:10-11). Rahasia Kerajaan Sorga tidak dibukakan untuk sembarang orang. Kerajaan Sorga dibukakan waktu orang itu menerima Roh Kudus. Pada waktu kita menerima karunia Roh Kudus kita diberikan karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga. Di Kisah Para Rasul, Yesus mengajarkan murid-murid selama empat puluh hari tentang Kerajaan Sorga. Mereka bisa mengetahui rahasia Kerajaan Sorga tetapi mereka juga harus diajarkan tentang hal itu. Kita akan menjadi aliran-aliran air hidup waktu Yesus dimuliakan. Namun Yesus harus mati terlebih dahulu, bangkit dan naik ke Sorga barulah kita menerima Roh Kudus sehingga kita mengerti rahasia Kerajaan Sorga itu. Orang yang sudah dilahirkan kembali pasti ingin menceritakan apa yang dialaminya kepada orang lain. Ia akan terus bersaksi karena rahasia Kerajaan Sorga itu tidak hilang. Selalu dimulai dari kesaksian kita, barulah kita bisa mengajar. Di Kisah Para Rasul 1:1 tertulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan oleh Yesus. Banyak orang yang bisa mengajarkan, tetapi tidak menghidupi dan melakukannya.

Pengajaran menjadi sesuatu yang membosankan bila tidak ada hidup di dalamnya. “Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan di ambil dari padanya.” (Matius 13:12). Berbicara tentang pengejaran, orang yang mengejar akan terus mendapat pengertian dari Tuhan. Jika kita berhenti mengejar seharusnya kita bertobat. Tuhan tidak ada tawar-menawar untuk kita menjadi loyo dan frustasi. Di dalam hidup ini ada batu-batuan, semak belukar, dan burung (Iblis) yang kapan saja bisa merintangi kita semua. “Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.” (Matius 13:13) ”Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.” (Matius 13:16-17). Pada zaman Perjanjian Lama, orang-orang tidak mendapatkan apa yang sudah kita dapatkan yaitu pengertian tentang firman Tuhan. Selain itu, tidak sembarangan orang bisa mendapatkannya. Hal yang paling penting di sini adalah mendengar. Tuhan inginkan kita mendengar dengan sungguh-sungguh. Kita bisa membuat seakan-akan ini penting tetapi yang sebenarnya kita membuatnya tidak penting. Kita bisa membohongi manusia,
tetapi kita tidak bisa membohongi Tuhan. Dalam Matius 13: 18, Yesus menjelaskan arti dari perumpamaan itu. Pertama, benih yang ditabur di pinggir jalan adalah orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu. Kedua, benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan
atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun murtad (Matius 13:20-21).

Ketiga, yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini
dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah (Matius 13:22). Firman itu bisa terhimpit dan menjadi mati. Yang terakhir adalah benih yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, karena itu ia menjadi berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat (Matius13:23). Waktu kita bertobat lahir kembali kita akan bersaksi, kita harus mengerti dimana benih itu jatuh. Kita diurapi bukan karena kepintaran kita tetapi karena
Tuhan sendiri yang membuat kita mengerti. Orang yang lemah tidak akan pernah bisa bersaksi. Orang diurapi bisa menjadi lemah, karena firman sudah menjadi lemah. Waktu firman itu kuat, kita menjadi orang yang berotoritas. Otoritas tertinggi bahwa kita adalah anak-anak Tuhan. Jangan sampai firman itu tertindas. Kita bukan hanya menjaga “harta”, tetapi kita juga memberikan harta yang berharga itu kepada orang lain. Waktu kita dilahirkan kembali, kita tidak dilahirkan dengan benih yang fana. Benih itu adalah firman Tuhan dan firman itu adalah Tuhan sendiri. Orang yang mengerti firman Tuhan dikatakan sebagai tanah yang subur. Waktu orang bertobat dilahirkan kembali, firman itu jatuh ke tanah yang subur. Mari kita terus menjadi
benih yang jatuh di tanah yang subur supaya firman Tuhan menjadi firman yang hidup dalam setiap kehidupan kita dan kita bisa menceritakan perbuatan-perbuatan Tuhan kepada orang
lain.

Kotbah:
Darwin Egan Lontoh

0 comments:

Post a Comment