Monday, 11 January 2016

Hidup dalam iman Abraham

Hidup dalam iman Abraham

JIKA Saudara mempunyai iman maka Saudara adalah anak-anak Abraham (Galatia 3:7). Abraham mentaati
apa yang Tuhan katakan dan ia diuji terhadap janji Tuhan. Setiap orang pasti menginginkan untuk memiliki
iman seperti Abraham. Kita percaya karena kita mendengar dan apa yang kita dengar akan terus diuji
itulah pekerjaan iman. Saat Abraham berumur 75tahun, ia dipanggil oleh Tuhan dan Tuhan memberkati
Abraham supaya ia menjadi berkat bagi bangsabangsa. 25 tahun kemudian barulah Abraham
mendapatkan apa yang dijanjikan Tuhan yaitu anak. Tuhan sudah mengatakan bahwa melalui keturunannya
semua bangsa akan diberkati. Janji yang Tuhan berikan kepada Abraham begitu besar oleh karena itu ujiannya juga semakin besar. Sama halnya dengan kita, janji Tuhan dalam hidup kita begitu besar sehingga kita harus siap dengan pengujian yang besar.

Selanjutnya dalam Roma 4:20-21 dikatakan Abraham dikuatkan dengan imannya. Ia memastikan
Iblis tidak merampas apa yang sudah ia percayai dalam janji Tuhan. Meskipun dalam menunggu
memerlukan waktu yang lama, tetapi ia terus memperkuat imannya terhadap janji Tuhan. Ishak
merupakan anak perjanjian yang dinantikan oleh Abraham (Galatia 4:28-29). Sedangkan kita bisa
menjadi anak-anak Abraham karena iman kita. Saudara harus bertobat dan dilahirkan kembali supaya
Saudara hidup dalam iman. Di Galatia 3:1 tertulis “Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah
mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di
depanmu?” Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa orang Galatia begitu bodoh karena mudah sekali
terpesona dengan hal lain yang ditawarkan selain Yesus Kristus. Paulus mengatakan Roh yang sudah diberikan kepada mereka seharusnya tidak membuat mereka berpaling dan percaya pada kata-kata yang
mengenakkan daging mereka. Paulus begitu geram terhadap apa yang sudah terjadi pada orang-orang
Galatia, apa yang sudah dimulai dengan Roh dapat dengan mudah diakhiri dengan daging (Galatia 3:2-3).
Hidup kudus tidak menjamin kita untuk tidak mengalami kematian, tapi percaya kepada kuasa salib
Kristus yang akan membuat kita menjadi orang yang bertindak dan bangkit dari kematian. Apapun dapat
mempesona kita jika kepercayaan kita kepada Tuhan tidak penuh lagi. Banyak gereja yang sudah ditipu
dengan pengajaran yang hanya menyenangkan telinga. Kita mentaati Roh Kudus bukan karena
percaya kepada Hukum Taurat, tetapi karena beriman kepada pemberitaan Injil (Galatia 3:5). Kita menjadi
benar karena kita meletakkan iman kita sepenuhnya kepada Kristus. Roh yang Tuhan berikan kepada kita
membuat kita dapat melakukan mujizat yang Yesus lakukan sehingga orang dapat melihat bagaimana
Tuhan bekerja. Kita harus terus percaya kepada janji Tuhan meski kita harus menunggu, tetapi kita harus terus maju untuk percaya.

Dalam Kejadian 18:18-19 dijelaskan bahwa Tuhan memilih Abraham bukan karena ia akan mengajarkan
kepada anak-anaknya. Melainkan Tuhan mengajarkan supaya Abraham dapat melatih anak-anaknya artinya
hal ini bukan lagi dengan kekuatannya sendiri. Ketika Tuhan mengatakan hal ini, ia belum mempunyai anak.
Tuhan secara ajaib membuat Abraham dapat mempunyai anak. Dalam Kejadian 15 diceritakan
bahwa Abraham harus menunggu selama 400 tahun sampai janji itu terjadi (keturunannya akan seperti
bintang di langit dan pasir di laut). Ketika menunggu dalam waktu yang sangat lama, pada saat itulah
Abraham harus mengajarkan kepada anaknya apa yang sedang ia percayai. Pengajaran akan dilakukan
secara terus menerus oleh keturunan orang percaya. Setiap orang menginginkan iman seperti Abraham,
tetapi tidak banyak orang yang mau menunggu dengan iman seperti yang Abraham lakukan. Iman
memang bukanlah hal yang mudah karena iman akan diuji. Kita dapat melakukan hal yang gila karena kita
menantikan janji Tuhan. Oleh karena itu kita tidak dapat melakukannya dengan kekuatan kita.
Diperlukan hal yang supranatural supaya kita dapat menantikan janji itu sampai itu terjadi. Sara saja tertawa
ketika mendengar ia akan melahirkan seorang anak (Kejadian 18:9-14). Namun Tuhan tetap mengatakan
kepada Abraham bahwa istrinya, Sara, akan melahirkan anak yang menjadi berkat bagi bangsa-bangsa
(Kejadian 17:15). Seharusnya Sara bersyukur bahwa ia akan melahirkan anak, tetapi justru ia tertawa.
Abraham beriman mengenai hal tersebut maka ia juga mengajarkan kepada Sara supaya ia beriman terhadap
janji Tuhan.

Kotbah: Ian McKellar-Singapore

0 comments:

Post a Comment