Pertemuan kemarin di Kuala Lumpur berbicara tentang membangun. Di dalam jemaat, hal yang dibagikan secara tidak sadar sudah pernah kita alami. Banyak orang yang membangun kelihatan luarnya bagus tetapi mereka tidak terus membangun kehidupan di dalam roh dan pada ujungnya berakhir kepada rutinitas jasmani. Pastikan setiap hari kita memiliki kehidupan dalam Roh itu. Kehidupan dalam roh itu dimulai pada saat kita bertobat dilahirkan kembali. Jika kita tidak dilahirkan kembali, kita tidak akan pernah mengenal kehidupan di dalam roh itu. Dalam buku John Wesley, ditemukan dalam dirinya bahwa ia mengalami suatu perubahan. Ia dididik dalam lingkungan gereja metodis yang ketat dan berasal dari kehidupan gereja Anglikan. Orangtuanya termasuk orang yang keras dalam mendidik anaknya. Bagi orangtuanya jika mereka tidak memiliki kehidupan yang agamawi, mereka tidak akan mencapai hidup yang tertib. Suatu ketika ia pergi ke Amerika karena ingin mengikuti jejak ayahnya yang juga seorang pendeta atau pengkhotbah. Ketika di Amerika, ia memiliki hasrat menginjili orang-orang Indian tetapi yang didapatinya adalah jiwanya gelisah. Hal itu didapati pada bukunya terdapat kutipan “aku pergi ke Amerika untuk mempertobatkan orang-orang Indian tetapi ohh siapa yang akan menobatkan aku, siapa yang dapat melepaskan aku dari hati yang jahat ini. Aku mengalami musim panas agama yang menyenangkan, aku bisa berbicara dengan baik, tidak mempercayai diriku sendiri sementara tidak ada bahaya mendekat sementara kematian menatap wajahku dan rohku gelisah. Akupun tidak dapat berkata mati adalah keuntungan” John Wesley begitu bangga akan kehidupan agamawi yang ia miliki berikut semua aturan di dalamnya. Lalu ia bertemu seseorang dari Morafiah dan orang itu bertanya apakah kamu sudah dilahirkan kembali?” kemudian catatan harian John Wesley mengatakan ”Aku dikalahkan juga oleh bukti nyata kesaksian hidup yang bersaksi bahwa Allah mengerjakannya di dalam mereka dalam sekejap mereka memberi iman yang sedemikian rupa di dalam darah PutraNya. Yang memindahkan mereka dari gelap kepada terang, keluar dari dosa dan ketakutan menuju kekudusan dan kebahagiaan. Di sinilah akhir dari perdebatan saya, sekarang saya hanya dapat berseru, Tuhan tolonglah ketidakpercayaanku” dalam sejarah John Wesley adalah seorang yang luar biasa. Dalam kutipan buku hariannya yang lain yang ia tulis pada 21 Mei 1938, “aku merasa terjual dibawah dosa, aku tahu aku tidak pantas mendapatkan apapun selain murka, penuh kebencian. Semua pekerjaanku, kebenaranku, doa-doaku membutuhkan penebusan sendiri. Aku tidak mempunyai apapun untuk dibela. Tuhan kudus, aku tidak kudus, Tuhan adalah api yang menghanguskan, aku sepenuhnya orang yang berdosa yang pantas dihanguskan, namun aku mendengar suatu suara, percaya maka kau akan diselamatkan. Yang percaya akan dipindahkan dari kematian kepada hidup. Ohh biarlah tidak ada satu orangpun yang menyesatkan kita dari suatu kata-kata yang seolah kita telah mencapai iman ini, Juruselamat umat manusia, selamatkanlah kami dari mempercayai Engkau, bawalah kami dekat kepadamu, biarkan kami mengosongkan diri dan penuhkan kami dengan damai dan sukacita dalam mempercayai, biar seseorang dan sesuatupun yang memisahkan kami dari kasihmu dalam kekekalan” .
Hidup adalah sebuah pencarian sedangkan keselamatan adalah pencarian jiwa yang membawa kepada kehidupan. Setiap orang harus mengalami pertemuan Ilahi dengan Tuhan. Kita harus bersabar dalam pemberitaan kita karena untuk orang berbalik dari jiwa mereka yang tersesat kepada Tuhan itu harus ada pertemuan Ilahi. Jangan tertipu oleh kehidupan yang agamawi seolah-olah sudah di dalam Tuhan, padahal hatinya belum di dalam Tuhan. Siapapun kita, pastikan Roh Tuhan berkobar-kobar dalam hidup kita karena jika roh kita tidak menyala-nyala di dalam hatimu, maka si jahat sudah di dalam kita. Untuk menjadikan satu orang menjadi pahlawan yang gagah perkasa di dalam Tuhan, dibutuhkan perjumpaan yang khusus bersama dengan Tuhan. John Wesley mencari Tuhan dengan seluruh kehidupan keagamawiannya yang ketat. Dulu ia bangga dengan hal itu tetapi ternyata hal itu tidak dapat menjamin hidupnya. Selalu ada kebencian, tipu daya, iri hati, sakit hati dalam hidupnya tetapi ketika ia menantikan suatu yang kudus sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang porter (pembawa barang-barang) dan ada hal sederhana yang porter itu tanyakan kepadanya ”apakah kamu sudah mengalami Tuhan dalam hatimu?”. Dari perkataan itu, ia menemukan suatu yang kudus dan berharga itu. Pada 11 Juni 1938, setelah ia bertobat pada hari ke 18 ia menulis, “Dengan bagaimanakah seorang yang berdosa bertobat dari dosa-dosanya? Dengan usaha-usahanya sendiri? Bukan. Seandainya usaha itu sangat banyak dan kudus, semua usaha itu bukan miliknya sendiri, melainkan milik Allah. Seandainyapun kamu berusaha, itu bukan karena kehebatan kita. Seandainya pun kamu punya niat, itu pun bukan karena usaha kita tetapi mereka semua tidak kudus dan mereka semua membutuhkan pertobatan baru. Buah yang buruk hanya tumbuh dari pohon yang buruk dan hatinya sudah rusak dan jahat, telah kehilangan kemuliaan Tuhan. Kebenaran mulia yang mewarnai jiwanya pada mulanya sesuai gambaran penciptanya yang besar.
Oleh karena itu karena tidak memiliki apapun untuk dimohonkan baik itu kebenaran atau usaha maka mulutnya sama sekali terkunci dihadapan Allah”
Tidak ada yang sulit ketika kita mau mengenal Tuhan dan kembali kepada keselamatan yang Tuhan sudah sediakan. Firman Tuhan sederhana yaitu ”barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan”, tetapi di kehidupan yang nyata manusia bisa berdalih. Banyak orang yang sulit berseru kepada Tuhan. Firman Tuhan itu adalah pelita yang sanggup menunjukan siapa kita dan Firman itu menerangi dan memperlihatkan siapa sesungguhnya orang itu. Sama halnya dalam menginjil. Biarkan Firman itu yang bekerja sebagai benih Ilahi, kita hanya tinggal memberitakannya saja. Kita tidak perlu menambahkan Firman supaya lebih tajam karena Firman itu sudah tajam. Yang diperlukan hati kita adalah suatu yang tulus dan murni untuk menyatakannya. Firman Tuhan tetap Firman. Tidak ada yang bisa menghalangi jika Tuhan sudah berbicara kepada orang itu. Kenyataannya mulut pendosa sulit untuk mengakuinya. Harus ada titik di mana dia sadar dan mengaku. Seperti ada perumpamaan, seseorang yang sudah jatuh dan ketika ada yang memberikan tali untuk menolongnya dan menyelamatkannya dari kematian, pilihan sekarang ada pada orang yang jatuh itu untuk mengambil tali itu atau tidak. John Wesley ditolak di Inggris karena apa yang diberitakan tidak sesuai dengan ajaran Calvin yang sedang dianut oleh orang Inggris pada saat itu. Akhirnya ia berpindah ke Jerman dan bergabung dengan orang morafiah dan ia berkata “dan di sini aku menemukan apa yang aku cari, bukti dari kuasa iman”. Apakah hidup kita mencerminkan bukti dari kuasa iman itu? Jika kita memiliki kehidupan itu, orang akan datang dan akan menemukan kehidupan itu. Jangan kita kompromi. Hidup terus dalam kebenaran. Jadilah pribadi yang merdeka. Injil bukan sesuatu yang dijual murah. Jika kita mau memenangkan orang yang kuat dan jika kita mau merubah sejarah yang dibutuhkan hanyalah orang yang bersungguh-sungguh dengan Tuhan. Jika kita mau Injil sejati ini hidup pada setiap kita, mari kita memberitakannya. Jika tidak ada orang-orang yang berani memegang teguh dan bersungguh-sungguh kepada Tuhan dan hidup dalam kekudusan, kita tidak akan pernah berubah.
Kita membayar harga karena kita tahu ada tujuan. Hitler melakukan banyak hal supaya Jerman menjadi negara yang kuat dan para pengikutnya banyak berkorban demi tujuan itu terjadi.
Permulaan hidup kerohanian tidak akan dimulai jika tidak ada kelahiran kembali. Banyak orang kristen yang tidak mengerti perjalanan rohaninya. Pikiran masih tertutup, bagi mereka hal itu sudah cukup tetapi kita memiliki perjalanan. Ketika bangsa Israel melewati laut Teberau menuju ke tanah perjanjian. Dalam perjanjian lama bangsa Israel melewati perjalan dari Mesir ke tanah Perjanjian. Perjalanan itu bukan perjalanan yang mudah tetapi perjalanan yang sulit dan panjang.
Klik untuk melihat
Gambar di atas merupakan suatu gambaran mengenai suatu perjalanan. Dalam suatu perjalanan pasti ada awal dan akhir, tetapi masalahnya banyak orang yang terjatuh pada perjalanan sehingga sedikit orang menuju finish itu. Seperti bangsa Israel yang masuk ke tanah perjanjian hanya dua orang yaitu Yosua dan Kaleb. Kita perlu dibangun setiap saat supaya kita dapat sampai dalam perjalanan hidup kita. “Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh” (Efesus 2:22). Kita perlu dibangun karena segala sesuatu tidak akan kita dapatkan dengan instan. Kita harus mempelajarinya sedemikian rupa sehingga kita sampai pada akhir perjalanan. Di bawah ini adalah gambar base dalam kehidupan berjemaat.
Klik untuk melihat
Orang yang baru dilahirkan kembali ditempatkan dalam keluarga Tuhan dan di sini ia menjadi seorang murid. Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah (Efesus 2: 20). Kita menjadi keluarga karena kita memiliki satu tujuan, di awali dari kita dilahirkan dari air dan roh lalu menjadikan kita anak-anak Allah. Di dalam keluarga Tuhan kita mendapatkan teguran, didikan dan dibangun. Dasar dari keluarga Tuhan adalah Firman Tuhan. Firman Tuhan menjadi sebuah kehidupan seperti seorang ayah yang menasehati anaknya.
Kita bertumbuh karena kita adalah keluarga. Murid-murid adalah orang-orang yang taat kepada Firman.
Setelah menjadi keluarga kita mengalami kedewasaan. Kedewasaan kita diuji supaya kita tidak menjadi orang yang gampangan. Di dalam jemaat kita memiliki kepribadian yang berbeda-beda tetapi yang menyatukan kita adalah Roh Tuhan. Pada Efesus 4:1-3 Paulus menginginkan kita memiliki hidup yang berpadanan dengan panggilan itu. Tuhan memanggil kita memiliki suatu tujuan. Dan di sinilah berbicara tentang kesatuan iman. Di luar sana banyak orang yang memiliki komunitas tetapi komunitas itu dibangun atas dasar keuntungan saja. Membangun kesatuan roh bukan suatu yang mudah tetapi hal itu harus terus dibangun. Orang bisa rasakan damai sejahtera di antara kita karena ada ikatan roh. Tanpa ada kesatuan roh yang terjadi adalah sebuah percekcokan, iri hati, saling membenci, dll.
Pada Efesus 4:11-12, setiap kita pasti dibangun dan dipersiapkan karena ada tujuan yang nyata yaitu mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah. Kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (Efesus 4:13). “sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan” (Efesus 4:14). Jika kita masih diombang-ambingkan dengan hal itu, kita tidak bisa bersama-sama karena hanya orang yang memiliki keyakinan yang teguh yang memiliki kesatuan itu. Panggilan ini bukan hal yang murahan karena ada yang kita tuju yaitu Kristus sebagai kepala (Efesus 4:15). Dan setelah berada di keluarga Tuhan selanjutnya dibentuk menjadi Koinonia. Koinonia berbicara tentang persekutuan yang memiliki tujuan yang besar. Kita menjadi satu karena ada yang kita kerjakan baik secara persekutuan dan juga kemitraan. Ada visi yang mengikuti kita jadi tidak ada waktu untuk kita memikirkan diri sendiri. Orang bisa mengerti definisi koinonia tetapi untuk menghidupinya belum tentu orang itu bisa menghidupinya. Awal dari koinonia adalah hubungan kita dipulihkan dahulu yaitu lahir kembali kemudian diberikan hati yang baru dan taat dan barulah kita bisa menjadi koinonia. Di dalam kehidupan koinonia ada pemberitaan Injil yang disampaikan. Dari koinonia ada misi yaitu menjadikankan semua bangsa menjadi murid Tuhan. Ke manapun kita dalam misi menghasilkan orang-orang untuk dimuridkan. Koinonia berbicara tentang menderita sebagai orang kristen. Penganiayaan juga bukan menjadi suatu pola yang dibentuk. Harus ada penganiayaan yang terjadi. Penganiayaan datang ketika kita memberitakan Injil. Jika kita mulai berbicara dan masuk dalam kehidupan orang lain, kita akan mulai dianiaya. Yang membuat berhenti penaniayaan ketika kita memilih hidup dalam zona aman.
Brother dan sister, yang menggerakkan itu semua itu adalah Roh Kudus. Kita bisa mengasihi dan mengampuni orang-orang tanpa kita sudah dipenuhi Tuhan. Jika kita tidak membangun dengan Roh Kudus, perubahan itu tidak akan pernah bertahan lama. Tidak mudah menuntun orang-orang dan mengajarkan orang-orang. Tetapi kita bisa karena ada Roh Tuhan. Hidup berlimpah-limpah tanpa tujuan semuanya sia-sia. Jika kita tidak berapi-api sekarang, biar kita dipenuhi oleh Roh Kudus. Jangan takut dengan masa depan kita, Tuhan sudah menyediakan segala sesuatunya. Mari kita menyelesaikan panggilan Tuhan sampai kemuliaan Tuhan dinyatakan dalam hidup kita.
Khotbah: Sukaryo (klik untuk melihat foto)
Jubilee Semarang
0 comments:
Post a Comment