Terus Beritakan Injil, Hidup di Dalamnya, dan Setia
Berbicara tentang Kerajaan Sorga dan panggilan kita itu tidak bisa dibayar murahan. Saudara tidak bisa membayar harganya kalau hanya setengah hati. Dengan seperti itu, Saudara bisa saja kandas di tengah jalan. Namun apabila Saudara bertekun di dalam firman, terus hidup di dalamnya, dan memberitakan Injil kerajaan sorga di mana-mana maka itu yang membuat Saudara diselamatkan. Paulus saja sampai berkata “celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil”. Berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus terus disampaikan kepada seluruh makhluk. Setelah itu barulah kesudahannya. Kalau kita tidak terus memberitakan Injil, kita bisa menjadi serupa dengan dunia ini. Jangan mengkonsumsi apa yang dari dunia, tapi konsumsilah hal-hal kerajaan sorga sehingga kita bisa merebut jiwa-jiwa di dunia ini. Kita harus terus fokus terhadap panggilan yang Tuhan beri.
Ada 3 hal yang harus kita lakukan supaya kita terus hidup di dalam panggilan Tuhan:
1. Berita pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan.
Kalau hal ini tidak lagi mengalir dari dalam kita maka kita harus berseru,
berdoa, bahkan berpuasa supaya gairah untuk memberitakan Injil keluar
lagi. Mari kita kembali mengingat ketika kita awal bertobat dan dilahirkan kembali. Bukankah kita mau memberitakan Injil tanpa disuruh? Sekarang ke mana gairah itu? Apakah pekerjaan, sekolah, kuliah yang menghalangi kita? Dan apakah alasan-alasan itu diterima oleh Tuhan? Renungkan perumpamaan tentang 5 gadis bodoh dan 5 gadis bijaksana. 5 gadis bodoh tahu tujuannya, tetapi mereka terlambat sehingga mereka akhirnya ditolak oleh mempelai prianya. Kita harus waspada dengan hal-hal seperti ini. Jangan merasa sudah tahu segalanya.
“…Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Matius 4:17). Inilah isi Injil yaitu supaya orang masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kalau Saudara tidak bergairah lagi tentang ini, bagaimana Saudara mau memberitakannya? Saudara pasti akan memberitakan yang lain. Semua orang berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Tuhan, tapi kalau pemberita-pemberitanya sudah tidak mengutamakan dan memikirkan yang lain, ya bagaimana? Kerajaan Sorga sudah dekat dan Saudara adalah pemberita-pemberitanya. Jangan sampai kita menukarkan Kerajaan Sorga dengan kesuksesan yang ditawarkan oleh dunia.
Di Matius 3:1-2 Yohanes Pembaptis juga memberitakan tentang Kerajaan Sorga sudah dekat, tapi mari kita lihat tentang Yesus Kristus. Dalam Kisah Para Rasul 1:1-3 dikatakan bahwa Yesus itu hidup. Menurut Saudara apakah Yesus betul-betul hidup atau mati? Mungkin dulu Saudara pernah beriman bahwa Yesus hidup, tapi apakah sekarang Yesus tetap hidup dalam Saudara? 40 hari setelah Yesus bangkit, Ia terus memberitakan tentang kerajaan Tuhan. Hal ini juga yang harus terus kita minta kepada Tuhan secara pribadi maupun saat bersama-sama. Kerajaan Sorga itu tidak hanya dekat, tapi Kerajaan Sorga ada di dalam kita. Jika kita masuk ke dalamnya maka kita harus membayar harganya dan menyerahkan hidup kita seluruhnya.
Selanjutnya tentang Paulus dalam Kisah Para Rasul 28:30-31. Dia terus memberitakan Injil dan itu juga yang harus kita lakukan. Dalam ayat itu diceritakan bahwa Paulus menyewa rumah sendiri dan menerima semua orang yang datang kepadanya. Hal ini Paulus lakukan untuk berita Injil, bukan yang lain. Paulus berbicara tentang Injil dengan terus terang, artinya tidak ada maksud tersembunyi yang ditujukan hanya untuk dirinya sendiri. Pemberitaan Injil ini tugas siapa? Tugas kita. Kesadaran ini harus kita tingkatkan di dalam diri kita supaya kita tidak tersesat dengan pesona dunia ini. Jaga berita ini supaya jangan berlalu begitu saja. Semua orang harus mendengarnya. Pastikan mereka tidak hanya mendengar, tapi juga menjadi bagian di dalamnya.
2. Kita wajib hidup di dalamnya.
Kita tidak hanya memberitakan, tapi juga hidup di dalamnya. Paulus berkata, “celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil karena waktu aku memberitakan Injil bisa-bisa aku sendiri ditolak”. Jadi Injil bisa menolak kita meskipun kita sudah memberitakannya. Di 1 Korintus 9:27 dikatakan kita harus menguasai seluruhnya, ini bicara tentang fokus. Jadi kita tidak cukup memberitakan Injil saja, tapi masih ada syarat lain yaitu jangan kita sendiri ditolak setelah kita memberitakan Injil. Lalu bagaimana bisa hidup di dalam Injil dan terus? Ya kita harus menjadi murid. Kalau hanya memberitakan saja kita seperti seorang “calo”.
“Calo” Injil hanya bisa memberitakan Injil, tapi tidak hidup di dalamnya. Saudara harus memberi diri untuk menjadi murid. Dalam Lukas 14:25-27 judul perikopnya adalah segala sesuatu harus dilepaskan untuk mengikut Yesus. Kita harus lepaskan kalau mau betul-betul menerima mahkota kemenangan Tuhan. Di ayat itu diceritakan banyak orang berduyun duyun mengikuti perjalanan Yesus. Hati-hati dengan kata-kata di ayat ini. Perjalanan di sini adalah perjalanan fisik, bukan perjalanan roh karena mereka cenderung mencari enaknya saja. Diikuti orang yang hanya mencari enaknya saja, itu malah menjadi beban. Waktu itu, Yesus ingin mencari orang-orang yang lebih sungguh-sungguh lagi, bukan sekedar yang mau ikut-ikutan. Dan syaratnya yaitu sampai nyawa sendiri pun harus dilepaskan karena kalau tidak maka ia tidak dapat menjadi murid Yesus. Kemudian ia harus memikul salib dan mengikut Yesus. Ini merupakan syarat selanjutnya setelah segala sesuatu dilepaskan. Hal ini seperti sebuah penyeleksian dimana tidak ada kompromi. Semakin tinggi tingkatannya maka syarat-syaratnya pun akan semakin tinggi.
Kalau sikap hati kita tidak terus berpegang pada syarat-syarat itu maka kita bisa dicemooh orang (Lukas 14:28-33). Hidup kita pasti diperhatikan orang, tapi jangan takut dan berusaha menyelamatkan diri kita sendiri. Jangan gunakan kekuatan kita sendiri. Tuhan sudah menyediakan kekuatan yang berlimpah-limpah. Mari pastikan kemenangan kita. Jangan sampai kalah. Jika kita kalah, kita akan menanggung penderitaan berkali-kali lipat termasuk diperbudak. Oleh karena itu, jangan sembrono dalam mengambil keputusan-keputusan penting. Kita perlu pemuridan. Tanamkan dalam diri kita masing-masing “aku mau jadi murid Kristus”.
3. Kita harus tetap setia.
Dalam 2 Timotius 2:1 judul perikopnya panggilan untuk ikut menderita. Maksud menderita di sini yaitu menderita dalam pemberitaan tentang pertobatan dan pengampunan dosa. Di ayat tersebut, kita dipanggil anak berarti Tuhan benar-benar fokus kepada kita. Seorang bapa pasti lebih fokus kepada anaknya sendiri daripada yang lain. Namun sebagai anak ada saat di mana kita juga diuji oleh bapa. Hanya saja seorang bapa pasti tidak menginginkan kematian anaknya ketika anaknya diuji. Kemudian di situ dikatakan jadilah kuat oleh kasih karunia berarti kita harus tambahkan kekuatan kita dengan kasih karunia. Bukan tambahkan dengan sakit hati atau kekecewaan, tapi dengan kasih karunia. Peperangan yang kita jalani semakin kuat dan kuasa kita harus lebih kuat dalam kita oleh kasih karunia itu. Untuk menjadi kuat oleh kasih karunia prosesnya yaitu ikutlah menderita sebagai seorang prajurit (2 Tim 2:2-4). Kalau tidak ikut menderita bisa-bisa kita tidak sampai pada keselamatan yang kekal. Kita harus terus dalam perjuangan dan tidak memusingkan soal-soal penghidupan. Tidak memusingkan bukan berarti tidak diperhatikan, tapi jangan sampai pusing memikirkan soal-soal penghidupan. Ingat, sebagai prajurit kita mempunyai komandan dan seorang prajurit harus fokus komandannya yang memberi komando.
Kemudian, kita juga harus mengikuti aturan mainnya seperti olahragawan (2 Tim 2:5). Jika kita ingin menjadi juaranya kita harus mengikuti aturan mainnya. Tuhan terus memperhatikan kita, tapi kita harus terus berjuang supaya menjadi juaranya. Selanjutnya kita juga perlu bertekun seperti seorang petani (2 Tim2 :6). Kalau kita bertekun pasti ada hasil. Meskipun sedikit, tapi pasti ada. Perhatikan, renungkan, camkan, Tuhan akan memberimu pengertian dalam segala hal (2 Tim 2:7). Kadang kita salah, kita belum berperang, belum menabur, belum berlatih, tapi kita sudah minta banyak pengertian. Padahal waktu diberi pengertian belum tentu kita bisa melakukan dalam prakteknya. Yang jelas, pengertian itu diberikan supaya kita terus melangkah. Tuhan menyediakan pengertian waktu kita taat. Percayalah Tuhan pasti memberi pengertian.
Injil keselamatanlah yang harus diberitakan, bukan injil-injil yang lain karena semua orang harus diselamatkan (2 Tim 2:8-10). Namun sekarang pertanyaannya, mengapa firman Tuhan seolah-olah terbelenggu padahal Saudara tidak sedang dipenjara? Ini yang kita perlu bertobat jika pemberitaan Injil tidak terus bekerja. Paulus sabar menanggung semua penderitaan bagi orang-orang pilihan Tuhan. Kalau Saudara mementingkan diri sendiri maka Saudara tidak akan pernah menjadi sabar. Ini berbicara tentang memuridkan dan dimuridkan.
Waktu Saudara memuridkan, Saudara perlu sabar melihat buah-buah itu menjadi nyata. Kita harus mau membayar harganya supaya keselamatan itu sampai kepada semua orang.
Kita harus mati dengan Dia kalau kita mau bangkit bersama-sama dengan Dia (2 Tim 2:11-12). Tidak pernah ada kebangkitan kalau tidak ada kematian. Kemudian kita juga akan memerintah bersama-sama dengan Tuhan. Namun kita perlu bertekun karena untuk memerintah kita perlu hikmat pemerintahan dan itu harus belajar dengan ketekunan. Selanjutnya, ini karakter yang harus kita pegang juga untuk menyelesaikan panggilan Tuhan yaitu kesetiaan (2 Tim 2:13). Kesetiaan itu pasti diuji dalam penderitaan bahkan dalam menghadapi kematian. Contoh kesetiaan bisa dilihat dari Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Walaupun mereka dimasukkan ke dalam dapur perapian, mereka tetap memilih untuk menyembah Tuhan. Lalu Daniel, dia juga dimasukkan ke dalam kandang singa, tetapi dia tetap tidak mau menyimpang dari Tuhan. Sekarang bagaimana dengan kesetiaan Saudara kepada Tuhan dan jemaat? Kesetiaan terhadap pergerakan? Kesetiaan dalam pemuridan? Kesetiaan dalam pemberitaan Injil? Mari cek diri kita masing-masing. Apakah berita Injil terus kita sampaikan dan kita terus hidup di dalamnya, dan setia? Tanpa itu semua, kita tidak akan mencapai keselamatan yang kekal.
Khotbah:
Hosea Hartono
Berbicara tentang Kerajaan Sorga dan panggilan kita itu tidak bisa dibayar murahan. Saudara tidak bisa membayar harganya kalau hanya setengah hati. Dengan seperti itu, Saudara bisa saja kandas di tengah jalan. Namun apabila Saudara bertekun di dalam firman, terus hidup di dalamnya, dan memberitakan Injil kerajaan sorga di mana-mana maka itu yang membuat Saudara diselamatkan. Paulus saja sampai berkata “celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil”. Berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus terus disampaikan kepada seluruh makhluk. Setelah itu barulah kesudahannya. Kalau kita tidak terus memberitakan Injil, kita bisa menjadi serupa dengan dunia ini. Jangan mengkonsumsi apa yang dari dunia, tapi konsumsilah hal-hal kerajaan sorga sehingga kita bisa merebut jiwa-jiwa di dunia ini. Kita harus terus fokus terhadap panggilan yang Tuhan beri.
Ada 3 hal yang harus kita lakukan supaya kita terus hidup di dalam panggilan Tuhan:
1. Berita pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan.
Kalau hal ini tidak lagi mengalir dari dalam kita maka kita harus berseru,
berdoa, bahkan berpuasa supaya gairah untuk memberitakan Injil keluar
lagi. Mari kita kembali mengingat ketika kita awal bertobat dan dilahirkan kembali. Bukankah kita mau memberitakan Injil tanpa disuruh? Sekarang ke mana gairah itu? Apakah pekerjaan, sekolah, kuliah yang menghalangi kita? Dan apakah alasan-alasan itu diterima oleh Tuhan? Renungkan perumpamaan tentang 5 gadis bodoh dan 5 gadis bijaksana. 5 gadis bodoh tahu tujuannya, tetapi mereka terlambat sehingga mereka akhirnya ditolak oleh mempelai prianya. Kita harus waspada dengan hal-hal seperti ini. Jangan merasa sudah tahu segalanya.
“…Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Matius 4:17). Inilah isi Injil yaitu supaya orang masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kalau Saudara tidak bergairah lagi tentang ini, bagaimana Saudara mau memberitakannya? Saudara pasti akan memberitakan yang lain. Semua orang berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Tuhan, tapi kalau pemberita-pemberitanya sudah tidak mengutamakan dan memikirkan yang lain, ya bagaimana? Kerajaan Sorga sudah dekat dan Saudara adalah pemberita-pemberitanya. Jangan sampai kita menukarkan Kerajaan Sorga dengan kesuksesan yang ditawarkan oleh dunia.
Di Matius 3:1-2 Yohanes Pembaptis juga memberitakan tentang Kerajaan Sorga sudah dekat, tapi mari kita lihat tentang Yesus Kristus. Dalam Kisah Para Rasul 1:1-3 dikatakan bahwa Yesus itu hidup. Menurut Saudara apakah Yesus betul-betul hidup atau mati? Mungkin dulu Saudara pernah beriman bahwa Yesus hidup, tapi apakah sekarang Yesus tetap hidup dalam Saudara? 40 hari setelah Yesus bangkit, Ia terus memberitakan tentang kerajaan Tuhan. Hal ini juga yang harus terus kita minta kepada Tuhan secara pribadi maupun saat bersama-sama. Kerajaan Sorga itu tidak hanya dekat, tapi Kerajaan Sorga ada di dalam kita. Jika kita masuk ke dalamnya maka kita harus membayar harganya dan menyerahkan hidup kita seluruhnya.
Selanjutnya tentang Paulus dalam Kisah Para Rasul 28:30-31. Dia terus memberitakan Injil dan itu juga yang harus kita lakukan. Dalam ayat itu diceritakan bahwa Paulus menyewa rumah sendiri dan menerima semua orang yang datang kepadanya. Hal ini Paulus lakukan untuk berita Injil, bukan yang lain. Paulus berbicara tentang Injil dengan terus terang, artinya tidak ada maksud tersembunyi yang ditujukan hanya untuk dirinya sendiri. Pemberitaan Injil ini tugas siapa? Tugas kita. Kesadaran ini harus kita tingkatkan di dalam diri kita supaya kita tidak tersesat dengan pesona dunia ini. Jaga berita ini supaya jangan berlalu begitu saja. Semua orang harus mendengarnya. Pastikan mereka tidak hanya mendengar, tapi juga menjadi bagian di dalamnya.
2. Kita wajib hidup di dalamnya.
Kita tidak hanya memberitakan, tapi juga hidup di dalamnya. Paulus berkata, “celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil karena waktu aku memberitakan Injil bisa-bisa aku sendiri ditolak”. Jadi Injil bisa menolak kita meskipun kita sudah memberitakannya. Di 1 Korintus 9:27 dikatakan kita harus menguasai seluruhnya, ini bicara tentang fokus. Jadi kita tidak cukup memberitakan Injil saja, tapi masih ada syarat lain yaitu jangan kita sendiri ditolak setelah kita memberitakan Injil. Lalu bagaimana bisa hidup di dalam Injil dan terus? Ya kita harus menjadi murid. Kalau hanya memberitakan saja kita seperti seorang “calo”.
“Calo” Injil hanya bisa memberitakan Injil, tapi tidak hidup di dalamnya. Saudara harus memberi diri untuk menjadi murid. Dalam Lukas 14:25-27 judul perikopnya adalah segala sesuatu harus dilepaskan untuk mengikut Yesus. Kita harus lepaskan kalau mau betul-betul menerima mahkota kemenangan Tuhan. Di ayat itu diceritakan banyak orang berduyun duyun mengikuti perjalanan Yesus. Hati-hati dengan kata-kata di ayat ini. Perjalanan di sini adalah perjalanan fisik, bukan perjalanan roh karena mereka cenderung mencari enaknya saja. Diikuti orang yang hanya mencari enaknya saja, itu malah menjadi beban. Waktu itu, Yesus ingin mencari orang-orang yang lebih sungguh-sungguh lagi, bukan sekedar yang mau ikut-ikutan. Dan syaratnya yaitu sampai nyawa sendiri pun harus dilepaskan karena kalau tidak maka ia tidak dapat menjadi murid Yesus. Kemudian ia harus memikul salib dan mengikut Yesus. Ini merupakan syarat selanjutnya setelah segala sesuatu dilepaskan. Hal ini seperti sebuah penyeleksian dimana tidak ada kompromi. Semakin tinggi tingkatannya maka syarat-syaratnya pun akan semakin tinggi.
Kalau sikap hati kita tidak terus berpegang pada syarat-syarat itu maka kita bisa dicemooh orang (Lukas 14:28-33). Hidup kita pasti diperhatikan orang, tapi jangan takut dan berusaha menyelamatkan diri kita sendiri. Jangan gunakan kekuatan kita sendiri. Tuhan sudah menyediakan kekuatan yang berlimpah-limpah. Mari pastikan kemenangan kita. Jangan sampai kalah. Jika kita kalah, kita akan menanggung penderitaan berkali-kali lipat termasuk diperbudak. Oleh karena itu, jangan sembrono dalam mengambil keputusan-keputusan penting. Kita perlu pemuridan. Tanamkan dalam diri kita masing-masing “aku mau jadi murid Kristus”.
3. Kita harus tetap setia.
Dalam 2 Timotius 2:1 judul perikopnya panggilan untuk ikut menderita. Maksud menderita di sini yaitu menderita dalam pemberitaan tentang pertobatan dan pengampunan dosa. Di ayat tersebut, kita dipanggil anak berarti Tuhan benar-benar fokus kepada kita. Seorang bapa pasti lebih fokus kepada anaknya sendiri daripada yang lain. Namun sebagai anak ada saat di mana kita juga diuji oleh bapa. Hanya saja seorang bapa pasti tidak menginginkan kematian anaknya ketika anaknya diuji. Kemudian di situ dikatakan jadilah kuat oleh kasih karunia berarti kita harus tambahkan kekuatan kita dengan kasih karunia. Bukan tambahkan dengan sakit hati atau kekecewaan, tapi dengan kasih karunia. Peperangan yang kita jalani semakin kuat dan kuasa kita harus lebih kuat dalam kita oleh kasih karunia itu. Untuk menjadi kuat oleh kasih karunia prosesnya yaitu ikutlah menderita sebagai seorang prajurit (2 Tim 2:2-4). Kalau tidak ikut menderita bisa-bisa kita tidak sampai pada keselamatan yang kekal. Kita harus terus dalam perjuangan dan tidak memusingkan soal-soal penghidupan. Tidak memusingkan bukan berarti tidak diperhatikan, tapi jangan sampai pusing memikirkan soal-soal penghidupan. Ingat, sebagai prajurit kita mempunyai komandan dan seorang prajurit harus fokus komandannya yang memberi komando.
Kemudian, kita juga harus mengikuti aturan mainnya seperti olahragawan (2 Tim 2:5). Jika kita ingin menjadi juaranya kita harus mengikuti aturan mainnya. Tuhan terus memperhatikan kita, tapi kita harus terus berjuang supaya menjadi juaranya. Selanjutnya kita juga perlu bertekun seperti seorang petani (2 Tim2 :6). Kalau kita bertekun pasti ada hasil. Meskipun sedikit, tapi pasti ada. Perhatikan, renungkan, camkan, Tuhan akan memberimu pengertian dalam segala hal (2 Tim 2:7). Kadang kita salah, kita belum berperang, belum menabur, belum berlatih, tapi kita sudah minta banyak pengertian. Padahal waktu diberi pengertian belum tentu kita bisa melakukan dalam prakteknya. Yang jelas, pengertian itu diberikan supaya kita terus melangkah. Tuhan menyediakan pengertian waktu kita taat. Percayalah Tuhan pasti memberi pengertian.
Injil keselamatanlah yang harus diberitakan, bukan injil-injil yang lain karena semua orang harus diselamatkan (2 Tim 2:8-10). Namun sekarang pertanyaannya, mengapa firman Tuhan seolah-olah terbelenggu padahal Saudara tidak sedang dipenjara? Ini yang kita perlu bertobat jika pemberitaan Injil tidak terus bekerja. Paulus sabar menanggung semua penderitaan bagi orang-orang pilihan Tuhan. Kalau Saudara mementingkan diri sendiri maka Saudara tidak akan pernah menjadi sabar. Ini berbicara tentang memuridkan dan dimuridkan.
Waktu Saudara memuridkan, Saudara perlu sabar melihat buah-buah itu menjadi nyata. Kita harus mau membayar harganya supaya keselamatan itu sampai kepada semua orang.
Kita harus mati dengan Dia kalau kita mau bangkit bersama-sama dengan Dia (2 Tim 2:11-12). Tidak pernah ada kebangkitan kalau tidak ada kematian. Kemudian kita juga akan memerintah bersama-sama dengan Tuhan. Namun kita perlu bertekun karena untuk memerintah kita perlu hikmat pemerintahan dan itu harus belajar dengan ketekunan. Selanjutnya, ini karakter yang harus kita pegang juga untuk menyelesaikan panggilan Tuhan yaitu kesetiaan (2 Tim 2:13). Kesetiaan itu pasti diuji dalam penderitaan bahkan dalam menghadapi kematian. Contoh kesetiaan bisa dilihat dari Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Walaupun mereka dimasukkan ke dalam dapur perapian, mereka tetap memilih untuk menyembah Tuhan. Lalu Daniel, dia juga dimasukkan ke dalam kandang singa, tetapi dia tetap tidak mau menyimpang dari Tuhan. Sekarang bagaimana dengan kesetiaan Saudara kepada Tuhan dan jemaat? Kesetiaan terhadap pergerakan? Kesetiaan dalam pemuridan? Kesetiaan dalam pemberitaan Injil? Mari cek diri kita masing-masing. Apakah berita Injil terus kita sampaikan dan kita terus hidup di dalamnya, dan setia? Tanpa itu semua, kita tidak akan mencapai keselamatan yang kekal.
Khotbah:
Hosea Hartono
Jubilee Semarang